Chapter 16

193 52 11
                                    


Kuperintahkan kang ahjussi untuk mempercepat laju mobil. Begitu sampai di depan rumah aku cepat-cepat keluar mobil dan berlari memasuki rumah. Menapaki tangga satu persatu lalu membuka pintu kamar jiyeon hanya untuk mendapati kamar yang kosong. Aku berbalik dengan cepat kembali menuruni tangga mencari keberadaan sang bidadari biru tapi tak kutemukan

'ahjumma, jiyeon dimana?' tanyaku dengan nafas tak teratur pada ahjumma yang sedang mencuci sayuran

'wae?' dari kolong counter dapur di depanku muncul jiyeon dengan kedua tangannya memegang pisau dan tomat.

'kupikir kau hilang kemana' aku mengelus dada merasa lega

'memang aku mau kemana?' kedua alisnya mengerut

'tidak kemana mana' jawabku membuatnya menatapku aneh

'kau masak apa?' tanyaku padanya

'sup kacang merah' jawabnya sambil memotong tomat di tangannya

'memangnya sup kacang merah pakai tomat?' tanyaku bingung

'memangnya tidak?' tanyanya sama bingungnya

'kau yakin bisa masak?' dia hanya nyengir

'tentu saja tidak yakin' lalu tawanya meledak membuat aku dan jang ahjumma yang melihatnya hanya bisa menggelengkan kepala heran

'hei aku tidak pernah masak, bahkan makananku dan makananmu berbeda tau' elaknya mencoba membela diri

'ya ya ya yeoja memang selalu benar' kataku menyerah

'itu kau tau' dia mendengus kesal

'agassi sedang belajar memasak, seharusnya tuan memberikan semangat' omel jang ahjumma tanpa berbalik

'tuh dengar' jiyeon menambahkan

'ya aku salah' dia menatapku tajam

'memang kau yang salah' pisau yang ada ditangannya diacungkan kepadaku membuat kepalaku otomatis mundur

'bisakah kau singkirkan benda tajam itu?' aku memegang ujung pisau itu sedikit lalu menggesernya sedikit menjauh dari badanku

'dasar pena....' mulut jiyeon membuka lebar

'omo myungsoo-yaaaa' pisau yang tadi dipegangnya langsung dilemparnya ke lantai, dia berlari menghampiriku membuat jang ahjumma ikut panik

'darah, kau berdaraaaah' teriaknya panik

'eoteokhae, aku harus bagaimana' dia memegangi tanganku, ani sebenarnya hanya ujung jari telunjukku tergores pisau dan berdarah

'kau harus di bawa ke rumah sakit' jang ahjumma yang tadi panik begitu melihat lukaku menjadi sedikit mengernyit

'agassi itu hanya luka kecil' ahjumma mencoba menenangkan jiyeon

'bagaimana itu bisa menjadi luka kecil, dia berdarah' pekiknya entah marah entah panik

'aniya rumah sakit akan terlalu lama. Diam dan tahan, aku akan mengobatinya dengan sihirku' jari tangan jiyeon bergerak lincah, mulutnya merapalkan sesuatu lalu berhenti saat aku memegang tangannya.

'dwesseo' aku menggelengkan kepala

'jangan gunakan tenagamu lagi' jiyeon menatapku sendu

'kau lihat, ini hanya tergores. Kucuci sebentar lalu balut dengan plester maka selesai' jiyeon masih saja diam

'mian' gumamnya dengan wajah tertunduk

'ini bukan hal besar' tanganku terulur mengusap pipinya

'aku akan mandi, kuharap setelah aku mandi makanan sudah tersedia di meja makan ya' kutepuk puncak kepalanya beberapa kali lalu melenggang pergi

Angel and beastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang