Chapter 11

225 54 12
                                    


'lalu bagaimana dengan selendangku? Kau sudah menemukannya?' aku menelan ludah

'belum' jawabku singkat, merasa gugup

'aku akan memberikannya padamu kalau sudah ketemu' jiyeon hanya mengangguk paham

'apa yang akan kau lakukan setelah menemukannya?' tanyaku ragu, takut untuk menatapnya

'pulang tentu saja' jawaban yang sudah pasti

'akan kutemukan secepat yang kubisa' dia mengangguk kembali lalu tersenyum

'aku mengantuk jadi...' aku tak melanjutkan hanya menunjuk ke arah lantai atas

'ne, tidurlah kau pasti lelah' dia menepuk lenganku beberapa kali

Sesampainya di kamarku aku menantapi kotak kayu yang masih kuletakkan di atas nakas di samping tempat tidurku. Sampai sekarang masih aman. Tapi aku tak tahu apa yang akan kukatakan kalau jiyeon sampai mengetahui tentang ini. Sejak awal aku bahkan sebenarnya tidak punya alasan yang cukup untuk menahannya di sini hanya saja, hatiku mengatakan untuk menahannya agar selalu berada di jangkauanku.

******

'kau tidak bekerja?' aku menggeleng

'aku membolos' jawabku cuek duduk di sampingnya

'kita mau kemana tuan?' tanya kang ahjussi melirikku sedikit dari kaca spion

'gyeongpodae pavilion' jawabku singkat yang diangguki kang ahjussi

'kita mau kemana?' jiyeon bertanya

'kau sudah mendengarnya' jawabku malas

'iya tapi tempat apa itu?' aku menghendikkan bahu

'yaaaah' dia memukul bahuku kesal

'gunakana saja ponselmu' jiyeon mengeluarkan ponsel itu dari kantong jaketnya

'ah matta, aku bisa gunakan ini' dalam sekejap dia sudah tenggelam dalam dunia ponsel sampai mengabaikan aku

'sejak kapan kau mahir menggunakan benda itu?' dia mendongak

'kupikir bidadari tidak menggunakan ponsel' cibirku

'memang, kami menggunakan telepati' jawabnya polos

'lalu apa jang ahjumma yang mengajarimu?' jiyeon menggeleng

'kau tau, tv sekarang bisa membawakanmu segala ilmu yang kau perlukan' katanya bangga entah untuk apa

'lalu apa yang kau dapat?' tanyaku lagi

'pantai dan gedung yang indah dibangun di masa goryeo, lalu bunga sakura' jawabnya sambil menatap ponselnya

'kita tidak bisa melihat sakura' matanya kembali menatapku

'ini musim panas' mulutnya manyun mendengar jawabanku

'aku bisa membuatnya berbunga' aku menggeleng

'wae?' protesnya

'ini akan membuat semua orang menjadi bingung' jelasku

'wae?' dia masih memaksa

'ini tidak biasa' jawabku lagi asal

'wae?' tanyanya lagi masih tak terima

'tidurlah, ini memakan waktu' aku menyandarkan kepala lalu memejamkan mataku. Mengabaikan semua pertanyaan yang dilontarkan oleh jiyeon

******

Begitu sampai di gyeongpodae pavilion aku dan jiyeon turun meninggalkan kang ahjusai sendiri di dalam mobil. Karena musim panas cahaya matahari bersinar sangat terang dan menyengat. Pepohonan banyak yang kehilangan daunnya. Kami menaiki tangga satu per satu sampai ke atas gedung tua yang masih sangat terawat ini.

Angel and beastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang