1. Pria mabuk

880 122 73
                                    

Setelah menghadiri acara makan malam yang membosankan, tidak istimewa dan membuang banyak waktu, Jihoon melangkah pergi meninggalkan rumah besar Seokmin dengan mobilnya.

Pria itu mengemudi dengan tenang menuju lokasi apartemen yang baru dia sewa, mungkin jika Jihoon menyukai tempat itu, dia akan membelinya esok hari, karena Seokmin mengatakan dia membutuhkan waktu lebih dari 1 bulan untuk mempersiapkan semua hal yang menyangkut pernikahan nya. Belum lagi acara pernikahan itu sendiri yang memakan waktu 2 hari. Di lanjut agenda untuk bercinta selama satu minggu. Sungguh waktu yang sangat lama.

Biasanya Jihoon mengunjungi Korea hanya untuk makan siang, pertemuan penting atau sekedar menghadiri rapat selama beberapa jam. Setelah urusannya selesai, Pria tampan itu mengambil penerbangan tercepat untuk kembali ke Jerman.

Terdengar gila, namun begitulah Jihoon. Pria itu tidak suka membuang waktunya untuk hal yang tidak penting. Pekerjaan adalah prioritasnya. Menghasilkan banyak uang adalah kewajiban nya. Di usianya yang menginjak 28 tahun ini pun Jihoon masih sendiri. Kabar buruknya dia baru berpisah dengan kekasihnya sebulan yang lalu. Perpisahan itu Jihoon setujui begitu saja kala wanita cantik berparas elok bernama Bella menangis seraya mengeluh bahwa dia tidak kunjung di nikahi setelah lebih dari 3 tahun dijadikan kekasih.

Seutuhnya itu bukanlah kesalahan Jihoon. Dari awal Jihoon memang sudah mengatakan jika dia tidak serius menjalani hubungan istimewa dengan Bella. Wanita itu memang cukup menghiasi hari-hari Jihoon selama ini. Kehadirannya sedikit membuat Jihoon lupa pada pahitnya kenyataan dunia. Rayuan Bella cukup membuat libido Jihoon naik, dan sentuhan wanita itu pula selalu mampu membuat Jihoon bernafsu. Namun semuanya hanya sebatas itu. Jihoon tidak menemukan hal istimewa lain dari Bella.

Hingga dengan mudahnya Jihoon melepaskan Wanita itu dan membiarkan nya menikah dengan orang lain. Meskipun ada sedikit rasa tak terima di dalam hatinya, Jihoon tetap pada pendiriannya. Dia akan menjadikan Bella mantan terindah, lalu menunggu orang lain yang lebih indah dari wanita itu untuk kelak di jadikan pendamping hidupnya.

Kini Jihoon sedang berada di depan lift, menunggu pintunya terbuka. jarinya yang bosan berinisiatif memainkan kancing kemejanya. Waktu menunjukan pukul 11.00 malam. Gedung apartemen itu nampak sepi. Jihoon melirik ke kanan dan ke kiri untuk memastikan tidak ada yang memperhatikan nya di balik kegelapan.

Ting!
Pintu lift terbuka, Jihoon sontak menatap kedalam seraya berjalan pelan. Kosong. Tidak ada orang selain diri nya. Jihoon menekan tombol untuk lantai 32. Pintu lift akan tertutup tapi seseorang menahannya dengan tangan. Jihoon memperhatikan orang itu yang sepertinya sedang mabuk. Bau alkohol pun sontak memenuhi penciuman nya. Jihoon memberikan sedikit ruang agar pria berhoodie abu-abu itu bisa masuk. Setelah pintu tertutup, pria mabuk itu tak kunjung menekan tombol lantai tujuannya. Jihoon bukanlah orang yang mudah peduli pada orang lain, maka dia hanya diam dan tak sudi melakukan komunikasi.

Pintu lift kembali terbuka saat sampai di lantai 15, seorang ibu dan anaknya yang berusia 8 tahun masuk dengan candaan kecil yang membuat mereka tertawa. Si pria mabuk terus melenguh dan mengeluarkan suara tak nyaman untuk di dengar. Jihoon tau jika pria itu pasti akan muntah sebentar lagi, instingnya mengatakan untuk menjauh namun gerakan Jihoon terlalu lambat. Pria itu benar benar memuntahkan isi perutnya yang sebagian besar mengenai jas dan sepatu Jihoon.

"Sial!!" Jihoon menutup mata, seluruh tubuhnya menegang karna cairan itu. Emosinya memuncak dan siap untuk di keluarkan. Kedua tangannya mengepal, Ingin memberikan tinju pada pria mabuk yang berani mengotori pakaiannya. Suasana sudah memanas. Hingga saat Jihoon menarik pria mabuk itu dan menyeret tubuhnya agar merapat ke dinding, kepalan tangan Jihoon melonggar sesaat setelah melihat pria itu menangis.

"Tuan?" panggil seorang ibu yang sedang menggendong putra nya.

Jihoon hanya memutar kepalanya untuk menatap wanita itu. Mulutnya tak biasa untuk berbicara dengan sembarang orang.

"Saya tau anda kesal karena pakaian mahal anda kotor. Tapi tolong jangan berkelahi di sini. Saya tidak ingin putra saya melihat dan meniru perbuatan anda kelak"

Tak mendapat respon apapun dari Jihoon. Wanita itu memutuskan untuk keluar dari lift bersama anaknya.

Jihoon menghela nafas, menatap wajah pria di hadapannya. Walau pencahayaan terbatas, Jihoon dapat menerka usia pria itu yang setara dengan anak SMA.

"Hey! Bangun! Katakan di mana alamat rumah mu?!" Tamparan kecil Jihoon berikan pada pipi pria itu agar sadar dan mau bicara. Namun usahanya tak membuahkan hasil sampai pintu lift terbuka tepat di lantai 32.

Jihoon berpikir, apa yang harus ia lakukan? Meninggalkan orang mabuk itu di lift atau melakukan kebaikan dengan memberinya tumpangan kamar untuk semalam.

Merasakan suhu tubuh pria itu yang terus meningkat membuat Jihoon tak tega. Hati nuraninya meraung-meraung. Peri kemanusiaan yang telah lama mati seakan hidup kembali dan memintanya untuk bertaubat. Bisikan-bisikan malaikat terus mengganggunya. Hingga setelah Jihoon memberikan pukulan keras pada pantat pria itu, dia mengangkat tubuhnya seperti pengantin dan berjalan menuju apartemennya.

"Menyusahkan!" Jihoon terus mengumpat sepanjang koridor. Langkahnya semakin kecil seiring tenaganya yang semakin terkuras.

Cairan menjijikan yang memenuhi jas hitamnya kini berbaur dengan hoodie yang di kenakan si pria mabuk. Aroma nya benar-benar membuat Jihoon ingin muntah.

Penderitaan pria tampan itu berkurang saat ia sudah berada di dalam apartemennya. Tanpa banyak berpikir Jihoon membawa tubuh pria itu kekamar dan melemparnya ke atas ranjang. Jihoon melakukan peregangan pada otot-ototnya lalu berjalan kekamar mandi untuk membersihkan diri.

Setelah merasa nyaman dengan piyama tidurnya, Jihoon terpaksa kembali menjadi manusia baik hati. Dia melucuti semua pakaian busuk pria itu hingga hanya tersisa celana dalam.

Pemandangan kulit bersih, halus dan bentuk tubuh yang indah membuat Jihoon tertawa. Ia bahkan meremas kuat sesuatu di antara selangkangan pria itu hingga membuat sang pemilik mengerang kesakitan.

"Hey! Kau ini manusia Transgender atau apa? Memiliki penis tapi tubuhmu seperti gadis"

Tak mendapat jawaban, Jihoon segera melompat keatas ranjang lalu menutupi tubuhnya dan tubuh pria telanjang di sebelahnya dengan selimut.

"Minggir sedikit!" Jihoon menendang bokong pria itu kala jarak mereka terlalu dekat.

Eung..
Bukannya menjauh, pria itu justru berbalik dan memeluk tubuh jihoon. Menyandarkan kepalanya di dada pria tampan itu.

"Tubuhmu bau alkohol, sialan! Menjauh lah! Aku tidak bisa tidur!" Jihoon terus mendorong pria itu. namun karena kantuk menyerang, tenaganya tak sekuat tenaga pria sejati pada umumnya.

Hingga posisi mereka tetap sama, Berpelukan di bawah selimut tebal hingga esok hari.

🍁

TBC

Bad guy🍁 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang