8. Aku ternodai

801 89 20
                                    

Aku dan Jihoon sampai di restoran yang tidak begitu mewah namun cukup sering di kunjungi kaum bisnisman.

Kami melangkah masuk beriringan, seorang pelayan menghampiri lalu bertanya apakah kami akan atau sudah memesan meja? aku menyebutkan nama salah seorang klien beserta perusahaannya. Pelayan itu mengerti dan mengatakan mereka sudah menunggu di lantai atas.

Aku pun membimbing Jihoon untuk kesana, aku belum pernah kemari bersama Seokmin atau siapapun, tapi aku pernah melihat denahnya pada sebuah situs online saat melakukan survei beberapa waktu yang lalu.

Detik di mana kami sampai pada ruangan yang tertutup namun ramai itu waktu dan oksigen seakan berhenti berotasi karena semua pasang mata menatap tak suka.

Jihoon tidak menyadari itu jadi dia terus berjalan santai lalu menarik sebuah kursi kosong yang tersedia, "Maaf terlambat" ujarnya.

Aku masih setia berdiri tak jauh dari pintu, beberapa orang pun belum bosan menatap ku, hingga salah satu dari mereka mengajak Jihoon bicara, "Kau membawa Sekretaris mu?"

"Ya"

"Seokmin tidak pernah melakukan ini sebelumnya"

Benar, Seokmin tidak pernah membawaku saat melakukan meeting nonformal bersama klien dekatnya. Aku lebih sering disibukan dengan kegiatan di kantor. Itulah kenapa aku merasa sedikit canggung sekarang. Terlebih tidak ada kursi kosong lagi, apa aku harus berdiri selama mereka makan dan berbincang? Aku bukan anjing peliharaan!

"Hey kau! Siapa namamu?" tanya seorang pria berdasi abu-abu. Dia duduk tepat di samping kanan Jihoon.

"Kwon Hoshi" jawab ku seraya tersenyum. Mencoba untuk bersikap sesopan mungkin.

"Kau akan terus berdiri disana?" Ujarnya lagi

"Umm.. Sepertinya aku akan menunggu di luar"

"Tidak! Tidak! Kau bisa ikut bergabung. Pelayan! kami menyewa fasilitas tambahan" dengan cepat pelayan itu pun keluar untuk mengambil sebuah kursi, dan meletakkan nya di sedikit ruang pada seberang meja yang berbeda, diapit oleh orang yang tidak aku kenal.

Aku menatap Jihoon, begitu lekat, berharap dia mampu membantuku, aku tidak ingin duduk di sana! Namun aku kembali tersadar bahwa pria itu sangat buruk dalam hal kebaikan.

Hingga pada akhirnya aku mengalah pada ego ku, bertindak melawan rasa nyaman dan keinginan hati. LAGI! aku merasa sesak karena tuntutan sebuah pekerjaan.

Setelah aku duduk suasana menjadi lebih bersahabat. Pelayan datang memberi buku menu pada Jihoon, semua klien nya sudah lebih dulu memesan, mereka tidak memiliki sopan santun karena memang kini uang yang menentukan sifat dan kebiasaan manusia. Aku tidak terkejut, tapi saat Jihoon mengatakan pesanannya jantung ku kembali berpacu lebih cepat

Kenapa dia memesan Seafood?!

Tubuhku menolak makanan itu, sekalipun koki terkenal yang mengolah nya.

"Tuan Jihoon, apakah aku boleh memesan makanan ku sendiri?" ujarku

"Kau tidak suka menu pilihanku?"

Oh ya Tuhan.. Kenapa ekspresi wajahnya seperti itu? Dia terlihat lebih menyeramkan dari Lee Seokmin.

"Tak apa Jihoon, biarkan sekretaris mu memesan yang lain" ujar salah seorang pria di samping ku. Hey! Dia tampan. Siapa namanya? Kim Mingyu?

"Kau bilang apa?" Jihoon menegakkan tubuhnya, membuat si Kim tampan itu kebingungan.

"Huh?"

"Tadi kau memanggil ku apa? Jihoon?"

Bad guy🍁 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang