13. Ekspetasi adalah pedang kehancuran yang paling nyata

688 72 58
                                    

"Uhhh!" Hoshi menahan kepala Jihoon saat dia bermain dengan noplenya.

Aneh! Rasanya sangat aneh hingga Hoshi tak mampu untuk menjabarkannya. Dia takut dan juga penasaran?

Mereka sudah melakukan hal itu selama satu jam dan belum ada tanda-tanda Jihoon akan berhenti. Bahkan sepertinya dia baru memulai!

"Apa aku menyakitimu?" tanya Jihoon mendongak menatap Hoshi yang terengah di pangkuannya.

"Kau tidak lelah?" Pria manis itu tersipu dengan pertanyaannya sendiri.

"Apa kaki dan mulut mu tidak kebas?" Lanjutnya mencoba membuat Jihoon mengerti dengan arah pembicaraannya.

Jujur saja Hoshi sendiripun tak begitu mengerti dengan apa yang sedang mereka lakukan? Maksudnya mereka memang sedang bercumbu, tapi tak hanya itu! Jihoon terus mengecup tubuh bagian atasnya dan dia terlihat menikmati? Dan pikiran dewasa Hoshi memberi petunjuk bahwa tak lama lagi bagian bawah Selatan nya juga agak terkontaminasi!

Tidak! Tidak boleh terjadi! Hoshi harus membuat Jihoon berhenti tapi sungguh sialan tubuhnya seolah disandra roh lain yang terus merengek saat Jihoon menyelesaikan ciumannya dalam tempo singkat, Sangat jalang!!

"Kau ingin pindah ke sofa?"

"Huh? ti-tidak.. maksudku.. Ungghh!!" Hoshi kembali kehilangan kalimatnya saat Jihoon meremas penisnya kuat. Bajingan itu sangat tau cara membuat seseorang bungkam.

"Kau sudah sangat basah dan keras, bahkan ketika aku tak memainkannya"

Hoshi menangis, entah karena apa? tapi air matanya tiba-tiba menetes bercampur peluh yang menyatu dengan liur Jihoon di setiap inci tubuhnya. Sangat menjijikan jika di antara mereka ada yang belum membersihkan diri.

*Prang!

Gelas susu yang sebelumnya berdiri manis di atas meja jatuh setelah Jihoon dengan tiba-tiba mengangkat tubuh Hoshi keatas meja, lantai menjadi korban betapa tak sabarannya pria lajang itu, dia bahkan tak sempat menyingkirkan beberapa dokumen yang mungkin akan merepotkan jika rusak akibat tubuh Hoshi yang menimpanya.

"Buka celanamu, biar aku membantunya untuk keluar" titah Jihoon seraya aktif menyingkirkan laptop dan beberapa ATK yang mungkin bisa menyakiti Hoshi saat mereka menggunakan alas meja.

Di sisi lain Hoshi hanya diam menatap Jihoon yang sama sekali tak merubah ekspresi wajahnya seakan perintahnya itu hal yang wajar dan kenapa mulut itu begitu mudah bersuara seolah tak memiliki rasa malu!

"Apa? Kenapa kau diam? Kau lupa cara membuka celana?"

Hoshi tersentak, tidak! Dia sebenarnya malu! Apa yang Jihoon pikirkan saat melihat tubuh telanjang nya? Dan apakah dia tak merasa jijik? Membantunya untuk keluar? Apa artinya Jihoon akan bermain dengan penis nya? Mengulumnya? Ya Tuhan.. Apa Hoshi sedang bermimpi?

Terlalu banyak pertanyaan yang Hoshi pikirkan sampai dia tak menyadari Jihoon sudah menangkalkan kain hitam itu dari pinggang dan kakinya.

"Tak buruk, mirip seperti gadis, dari awal aku memang percaya kau seorang transgender" ujarnya menyentuh dua bola kecil yang terlihat lucu berada di bawah penis yang bergetar.

"Tapi semua ini terlalu nyata dan sempurna untuk ukuran karya tangan manusia" lanjutnya mulai menaik turunkan jemarinya di sana, membuat tempo teratur hingga cepat menghasilkan raungan tertahan dari mulut Hoshi yang tak mampu berteriak dan melakukan penolakan.

Rasanya nikmat, seperti itu jika bayangan lain tak masuk menghantam akal sehatnya bersama dering ponsel yang menyita semua perhatian.

"Acuhkan!" titah Jihoon, tapi Hoshi lebih dulu meraih dan membaca nama yang tertera di sana.

Bad guy🍁 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang