7. Jalan pintas

647 88 26
                                    

Buruk! Mood ku benar-benar buruk!

Aku tidak menyangka di hari pertama pria bernama Lee Jihoon itu bekerja dia sudah membuat ku ingin mengundurkan diri dari Perusahaan.

Jika saja hidup tidak membutuhkan uang. Aku sudah lama memilih untuk menjadi pengangguran.

Langkah ku lantang keluar dari ruangan dingin itu menuju tempat di mana aku bisa mendapatkan ketenangan.

*Brak!

Aku Meletakkan jurnal dan satu buku tebal di atas meja Rebekah. Rutinitas yang sering aku lakukan jika sedang merasa kesal. Seluruh karyawan pada devisi ku hafal dengan kebiasaan ini. Jadi mereka hanya diam tak berkomentar. Beberapa ada yang mengumpat karena terkejut atau refleksnya yang buruk membuat minuman di atas meja tumpah ke lantai. Itu cukup merepotkan, namun apa peduli ku?

Rebekah memutar bola matanya malas, menatap ku sejenak lalu membenarkan posisi kacamata di hidungnya.

"Kali ini apa?" tanya nya tanpa menatap ku, "Kau di minta untuk memimpin rapat? Melakukan presentasi mendadak? Membeli makanan di sudut kota? Atau mendekor ulang ruang Pimpinan?" lanjutnya seakan hafal pada semua tugas menjengkelkan yang pernah aku lakukan.

"Itu semua kebiasaan Lee Seokmin" jelas ku

"Lalu apa Lee Jihoon berbeda?"

"Dia seorang bajingan!" Ucapku sedikit lebih keras, membuat suasana semakin hening dan beberapa karyawan menatap ku dengan semua pertanyaan yang tertahan di tenggorokan mereka.

"Uhh, Sayang. Kecilkan sedikit suara mu" Rebekah melepas kacamatanya. "Sudah berapa kali aku katakan untuk berhati-hati saat bicara"

"Lagi pula kenapa kau kemari? Bukankah sebentar lagi waktu jam makan siang?"

Aku melihat arloji ku, "Ya, Benar. Memangnya ada apa?"

Rebekah menatap ku tajam. Tidak bergerak dan tidak bersuara. Benar-benar sangat menakutkan. Jika sudah seperti ini, yang harus aku lakukan hanya berpikir, mencari letak kesalahan ku secepat mungkin, sebelum Rebekah mulai kehilangan kesabaran.

Baiklah.. Apa yang harus aku lakukan di jam makan siang?

Pergi ke restoran untuk menyantap sesuatu??
Tidak. Itu terlalu sederhana. Dan di mana letak kesalahannya?

Pulang kerumah??
Untuk apa aku pergi kesana?! Kemarin aku sudah pulang lebih awal, Jihoon pasti akan memecatku jika-

tunggu.. Jihoon?

Dia memiliki jadwal makan siang bersama klien sekarang. Apa dia sudah pergi? Tapi aku belum memberitahu alamat nya.

Oh Ya Tuhan..

Aku menatap Rebekah, hendak membuka mulut untuk mengatakan sesuatu. Namun Rebekah bergerak lebih cepat, dia mengangkat tangan kiri dengan jari telunjuk yang tepat menyentuh bibir ku.

"Ssttt.. Jika kau sudah tau letak kesalahan mu, lebih baik sekarang pergi. Jangan membuang waktu dan jangan ganggu aku" ucapnya seraya mengetik sesuatu pada keyboard komputer.

Aku pun mengikuti apa yang Rebekah katakan, Pergi berlari menuju ruangan dingin itu lagi. Berharap Jihoon masih berada di sana. Namun justru Somi dengan gelas kosong di tangannya yang menyapa ku.

"Ah! Tuan Hoshi? Kau mengagetkan ku" Keluh Somi.

Yeah~ Saat hendak masuk aku memang tidak sempat mengetuk pintu.

"Maaf" Sesal ku. "Apa kau melihat pria angkuh yang duduk di sana?" lanjut ku menunjuk satu-satunya kursi putar yang berada di ruangan.

Somi mengikuti arah pandang ku, "Pria angkuh?? Umm.. apa maksud mu adalah Tuan Lee Jihoon?"

Bad guy🍁 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang