cara istimewa

60 10 0
                                    

Bab 3: cara istimewa

Pagi hari kuawali hanya dengan sepi yang menyeruak hati. Pagi ini aku tak ada semangat. Di kamar mandi aku hanya diam.

"Kak, udah jam segini kok belum keluar kamar mandi sih?" Kejora menggedor kamar mandi di dalam kamarku.

Aku diam. Tak menjawab. Tak bisa kubayangkan tak ada hadirnya manusia udik di hari hariku.

"Kak?"

"Duluan aja kamu."

"Yaudah deh. Jangan telat ya, jangan lupa sarapan, sama jangan bolos lagi."

Akhirnya aku mulai membasuh tubuhku dengan air hangat. Aku menyelupkan badanku di bath up. Aku diam dan memejamkan mataku.

Sudah sekitar 20 memit aku berdiam diri. Aku keluar dari kamar mandi dan bersiap memulai hari. Tanpa hadirnya manusia udik.

***
Bintang berjalan menuju halte seraya membawa roti yang sudah disiapkan Kejora. Sepintas bayangan Angkasa dan Sean beradu di pikirannya. Dia merasa nyaman pada Angkasa tapi sayangnya di Sean. Bagaimana ini?

Andaikan ada ibunya disini yang menemani kesulitan. Belum sampai di halte, Bintang dapat melihat bus kota sudah berjalan. Bintang segera berlari tapi sayangnya sudah tertinggal jauh. Bus berjalan menjauhi halte dimana Bintang berdiri.

Hari ini hari sial! batin Bintang dalam hati.

Bintang duduk di kursi halte. Menunggu bus selanjutnya untuk membawanya ke kampus. Bukan bus yang datang melainkan sepeda motor ninja warna hijau yang menghampirinya. Bintang merasa asing melihat laki laki dan helm full face miliknya itu.

Bintang hanya diam. Dia mengira kalau laki laki itu menunggu sesorang. Anehnya, laki laki itu menatap Bintang lama sekali. Sampai akhirnya helm full face nya dibuka. Dan tampak wajah yang tak asing bagi Bintang.

"Sean?" Sean turun dari motor ninjanya dan menghampiri Bintang.

"Bintang kenapa kamu disini? Enggak ngampus?"

"Aku ketinggalan bus, Sean. Aku--"

"Udah enggak perlu diteruskan. Ayo aku antar ke kampus," Sean menggengam tangan Bintang.

"Kamu enggak ke kampus?"

"Maunya ke kampus. Lihat kamu disini sendirian aku jadi kesini."

"Kenapa?"

"Soalnya aku sayang sama kamu," Bintang tersenyum.

Sean memakaikan helm ke kepala Bintang. Dan Bintang segera menaiki motor Sean yang akan membelah jalanan.

Sesampainya di kampus, Bintang tak kunjung turun dari motor Sean.

"Kenapa nggak turun?"

"Aku--"

"Iya aku sudah tahu kok," Sean tahu kebiasaan Bintang.

Sean hanya menggeleng dan menjalankan sepeda motornya lagi. Bintang akhirnya merasa nyaman lagi di sisi Sean.

Aku harus selalu sama Sean biar hatinya Sean enggak aku duakan.

***
Sean membawaku kembali ke rumah.

"Main kerumahku yuk," Sean mengajakku ke rumahnya.

Aku mengangguk. "Mama sama papa?"

"Masih di luar kota."

Sampai di dalam rumah aku melihat barang barang yang sudah tak asing bagiku. Dari mulai aku smp sampai sekarang, barang barang di rumah Sean masih sama. Hanya beberapa yang berubah. Aku berjalan memasuki kamar Sean.

Angkasa RayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang