bimbang

35 6 0
                                    

Bab 5: bimbang

Dela memutuskan menginap di rumah sahabatnya, Bintang. Bintang masih tercengang dengan kenyataan. Kenyataan yang membuatnya terlalu bimbang. Kenyataan yang membuatnya harus memilih dari kesekian pernyataan. Dia dilema. Dan itu sangat tidak mengenakkan.

Dia bingung. Harus memilih permintaan Angkasa yang menyuruhnya jangan kemana-mana dan tetap di Surabaya. Atau memilih ikut sahabat lamanya, Sean ke Maratua. Kalau dia mengikuti perintah Angkasa, Sean pasti marah. Kalau ia ikut Sean, Angkasa pasti akan mengetahui hal itu dan Angkasa pasti akan marah dan hilang dari hidupnya. Bintang tak mau menyakiti kedua belah pihak. Lalu bagaimana caranya?

"Apa gue belah aja jiwa gue jadi dua. Yang satu ikut Sean yang satu ikut Angkasa?"

"Siapa sih Angkasa itu? Kok dia hebat banget bisa ngehipnotis cewe sepinter lo, secantik lo, sekaya lo, dan secuek lo?"

Bintang menggeleng tak tahu dan tak bisa menjawab apa-apa. Karena ini soal rasa yang begitu saja berjalan tanpa ada perintah. Dan ini kejadian yang tak di sengaja tapi sekarang menjadi rasa yang sengaja ada di dalam jiwa.

"Gue nggak tau bilangnya. Nggak bisa juga jelasinnya," Bintang menunduk.

Dela menggeleng. "Lo masih belum bisa baca diri lo sendiri. Lo masih belum mampu memahami kata hati lo. Tunggu aja, dan lama lama pasti lo paham."

Bintang mengangguk. Dan tak ada cara lain, Bintang pun menceritakan dari awal kejadian dimana Bintang bertemu manusia udik sampai saat ini. Dela mengangguk paham.

"Entah kenapa, feeling gue baik ke Angkasa. Tapi nggak tau lagi sih," kata Dela.

"Dia memang baik. Jujur, dalam jangka dekat gue udah ada rasa sih sama dia. Nggak tahu juga ceritanya gimana."

"Oke. Sekarang gue nanya, hati lo itu milih Angkasa atau milih Sean?"

"Kalo lo jadi gue, lo bakalan gimana dan milih siapa?" tanyanya balik.

"Gue nggak bisa ngomong sih. Tapi sebagai sahabat, gue pasti ngedukung apapun keputusan lo. Mau lo pilih Angkasa atau Sean."

Bintang diam dan bingung harus bagaimana. Dia terlalu rumit kalau memikirkan soal ini.

"Lo harus pikir dalam dalam dan sedetail-detailnya. Lo punya kesempatan tiga belas hari lagi buat mikirin ini semua. Lo harus pikirkan baik baik."

***

Bintang, Dela, Alya, dan Kejora berjalan memasuki satu kedai kopi yang tenar.

"Gimana sensasi lo kesini?" tanya Dela.

"Biasa aja," jawab Bintang seadanya.

"Biasa aja karena nggak ada Angkasa," Kejora menyahut.

"Karena beda cerita, kayak yang kak Angkasa bilang," Alya pun ikut menyahut.

Bintang menunduk. Dia heran kenapa sekarang rasa rindu ini benar benar hebat. Bisa membuatnya uring-uringan.

"Jangan bahas soal itu," kata Bintang.

Dela, Alya, dan Kejora segera diam. Karena mereka tahu, Bintang saat ini sudah mengabdi menjadi budak cinta.

***

Pulang dari kedai kopi, Bintang menyetir mobilnya menuju rumahnya. Sampai di rumah, Bintang memutuskan keluar lagi.

"Lo mau kemana, Tang?" tanya Dela.

"Gue ada perlu sebentar."

"Tapi ini udah malam, kak," Alya dan Kejora menghampiri Bintang.

"Aku enggak apa-apa."

Angkasa RayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang