awal

46 8 1
                                    

Bab 4: awal

Sebelum aku tidur dan istirahat sesuai permintaan Angkasa, aku berniat mengirimkan pesan chat ke Angkasa.

B: woy
A: apa? Masa baru ditinggal sebentar sudah kangen. Kalau gini aku gak tega jadinya ninggal.
B: sebenernya kamu mau kemana sih?
A: keluar kota
B: kemana?
A: kepo. Besok kamu mau antar kepergianku?
B: di bandara maksudmu?
A: iya. Eh, bukan. Di stasiun kereta
B: yasudah gapapa. Aku antar ya
A: iya. Tapi kamu nggak boleh ikut keluar kota
B: kenapa nggak boleh?
A: nggak boleh. Rahasia
B: main rahasia rahasiaan_-
A: istirahat sana. Daritadi kan udah aku bilang, ISTIRAHAT
B: iya iya
A: malam ya.
B: malam

Jujur, aku belum mengantuk. Tapi karena yang minta Angkasa, jadi kuturuti semua keinginannya. Lalu, ada Alya masuk ke kamarku.

"Hai kak," sapanya.

"Hello, Al. Apa kabar?"

"I'm fine, thanks. Gimana kak?"

"Apanya?"

"Kampus."

"Ya gitu--"

"Ya gitu deh. Sekarang jadi malesan dan nggak jadi jadi koasnya," tiba tiba Kejora masuk dan ikut nimbrung.

"Ish kamu," sebalku.

"Kakak kenapa sih sekarang bolosan? Kakak kayak sia-siain waktu kakak. Kak, masuk fakultas kedokteran itu susah lho, banyak yang mau tapi banyak juga yang nggak keterima. Jadi kakak harus bersyukur," benar juga ya.

Aku merasa malu. Malu karena aku diceramahi oleh adikku sendiri. Adik yang jelas lebih muda dariku. Kenapa aku sebodoh ini???

"Tuh kak, dengerin apa yang mbak Alya omongin," Kejora pun setuju.

Aku mengangguk paham. "Gimana kamu, Alya di UGM?"

"Bagus sih, kak. Gue puas banget. Disana gua kenal banyak sastrawan muda yang hebat lho."

"Di Yogya?"

"Iyalah. UGM dimana lagi selain di Yogya?"

"Iya juga."

"Lo mau masuk mana?" kini Alya menanyai Kejora yang sedang asyik ngemil cookies.

"Gatau."

"Gimana see," aku merebut cookies yang dipegang Kejora dari tangannya.

"Kak, jangan ahh," Kejora tak mau melepaskannya.

Masih kupaksa dan kutarik cookies itu. Karena aku yang belikan.

"Kan aku yang beli..." belaku.

"Salah sendiri kok nggak cepet dimakan hayo."

"Nggak adil!" bentakku.

"Adil."

"Nggak! Siniin toplesnyaaa."

"UDAHHH!!!" suara Alya membumbung tinggi dan menggelegar di seluruh kamar.

Alya diam. Aku diam. Dan Kejora pun sama diamnya. Kita saling pandang dan...

"Siniin toplesnya. Buat gua aja dah kalo gitu," Alya merebut toplesnya.

Dan... Boom. Kita perang. Kita saling tarik menarik toples sampai aku hampir jatuh dari kasur. Aku paling bersikeras mengambil toples itu. Sampai akhirnya kita bertiga diam karena ada telepon masuk.

"Punya siapa?" tanya Kejora sembari menatap ponselnya.

"Kak Bintang."

Aku pun berjalan mengambil ponselku di meja. Dan ada telepon masuk dari Angkasa. Aku berjalan keluar kamar menuju balkon.

Angkasa RayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang