ㅡ 04. Midnight Talks

1.1K 146 10
                                    

“Seungyoun..”

Aileen menghembuskan nafasnya kasar. Ia sudah tidak tahan dengan atmosfer yang terjadi diantaranya dengan pria bernama Seungyoun itu.

Sudah hampir 15 menit sejak keduanya sampai di kedai minuman dan duduk disana, tapi baik Seungyoun maupun Aileen tidak ada satupun yang mau memulai percakapan terlebih dahulu.
Jujur saja, Aileen sangat kesal. Ia kesal dengan sikap Seungyoun yang tiba-tiba berubah seperti ini.

Cho Seungyoun, teman yang sudah lama Aileen kenal. Memiliki sifat menyenangkan dan cenderung menjadi mood maker di setiap suasana, Seungyoun tipikal orang yang sangat suka bicara dan jarang sekali terlihat marah atau sedih. Dia adalah pengembali energi saat lelah, seperti itulah Cho Seungyoun.

Mungkin orang-orang menganggap semua itu kebohongan semata jika pada nyatanya yang dilakukan Seungyoun saat ini adalah diam membisu dengan ekspresi wajahnya yang sangat dingin. Jauh dari deskripsi Cho Seungyoun tadi.

Memang benar, Cho Seungyoun yang seperti ini bukanlah Cho Seungyoun yang sesungguhnya. Hatinya terlalu pedih untuk menjadi mood maker seperti biasanya. Ia bahkan tidak memiliki kekuatan untuk tersenyum. Mengembalikan energi ke tubuhnya sendiri saja sangat sulit sekarang. Seungyoun sedang tidak dalam kondisi yang baik untuk menjadi Seungyoun seperti biasa.

Alasannya hanya satu, yaitu Aileen. Gadis yang duduk dihadapannya itu menjadi alasan mengapa semangat dalam diri Seungyoun tiba-tiba hilang.

“Kau sangat tega..”

Seungyoun tersenyum tipis. Hatinya berdenyut dan terasa sangat sakit saat kata-kata itu keluar dari mulutnya. Ia menatap Aileen yang kini sudah memalingkan wajahnya, seperti sudah tahu dan merasa muak dengan arah pembicaraan Seungyoun.

Lagi-lagi Seungyoun hanya bisa tersenyum tipis. “Kau mengabaikan perasaanku dan merasa seolah tidak terjadi apa-apa. Bagaimana bisa kau melakukannya?”

“Kita sudah membicarakan ini sebelumnya, Seungyoun..”

“Dengan kau yang menikah sebagai jawabannya?”

Aileen memejamkan matanya sebentar. Mendengar ucapan Seungyoun membuat kepalanya tiba-tiba merasa pusing. Aileen tahu jika pembicaraannya dengan Seungyoun pasti akan mengarah ke masalah perasaan Seungyoun yang tidak bisa Aileen balas.

Ya, sudah sejak lama Aileen menyadari bahwa Seungyoun menyimpan perasaan padanya. Ia tahu jika Seungyoun sangat menyukainya dan bahkan mempunyai rencana untuk menanam saham di perusahaan Ayahnya agar bisa menikahinya suatu hari. Aileen tahu semua itu.

Jika ditanya apakah Aileen juga menyukai Seungyoun, maka jawabannya adalah tidak. Aileen akan menjawab dengan lantang bahwa ia sama sekali tidak menyukai Seungyoun. Terdengar jahat, dan sayangnya itulah yang terjadi.

Bodoh memang. Aileen bahkan mengakui kebodohannya karena tidak bisa menyukai lelaki sebaik dan semenyenangkan seperti Seungyoun. Pantas dikatakan jika Aileen menyia-yiakan sebuah mutiara.
Salahkan Aileen, ia terlalu egois sehingga tidak ingin kehilangan Seungyoun sebagai temannya, sebuah alasan yang klasik bukan?

Bagi Aileen, Seungyoun sangat berharga. Jauh di lubuk hatinya yang paling dalam, cinta memang pernah tumbuh disana untuk Seungyoun. Dulu.. dulu sekali, Aileen memang sempat memiliki perasaan yang sama. Ia sempat menyukai Seungyoun. Tapi setelah dipikir lagi, Aileen tidak ingin jika rasa cintanya pada Seungyoun menyebabkan lelaki itu menjauh darinya. Aileen takut jika kelak cintanya pada Seungyoun hanya akan menjadi sebuah kebosanan dan menjadikan Seungyoun harus pergi meninggalkannya. Logikanya meminta, lebih baik tetap berteman dan saling menyayangi layaknya teman pada umumnya.

“Youn, kita berteman sudah lama 'kan? Kenapa tiba-tiba seperti ini?” tanya Aileen dengan nada sedikit kesal.

Seungyoun mendengus. Aileen selalu seperti ini, ingin mengalihkan pembicaraan dengan membawa pertemanan sebagai senjatanya. Membuat emosi Seungyoun semakin memuncak.

12시 30분 • Han SeungwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang