"Je vais être belle ce soir juste pour vous!^17"
"Baiklah, hubungi aku jika kamu sudah siap, baru aku akan berangkat." kata Ambar setelah mendengar suara Médhéliné.
"Aku mencintaimu!" pekik Médhéliné
Ambar tersenyum, dia merasakan darahnya berdesir lembut. Dadanya berdetak kencang saling menyahut dengan suara detik pada jam dindingnya. Dia mencintainya, mencintai Médhéliné sangat dalam. Ambar mengangguk seakan Médhéliné dapat melihatnya, sebelum menutup telepon dia membalas rapalan kalimat sakral itu dengan tenang.
Telepon terputus. Ambar menghela napas matanya sedikit berbinar membayangkan betapa manisnya kencannya dengan sang gadis malam ini. Mengatur waktu kencan sangat sulit baginya mengingat dia adalah seorang designer dan kekasihnya adalah seorang model kelas atas. Tentu saja membuat keduanya sibuk dan sangat jarang memiliki waktu bersama.
Ambar berdiri, dia melepas kaus v necknya dan menggantinya dengan turtleneck berlengan panjang berwarna hitam, tak lupa dia juga bisa ngambil Grey Suit dari dalam lemarinya. Ambar mematut dirinya di depan cermin panjangnya, melihat apakah lelaki itu cocok dengan pakaian yang ia pilih.
"Aku selalu tampan walaupun mengenakan apapun." ucap Ambar dengan percaya diri dengan tanganya merapikan rambut berwarna coklat itu.
Suara ketukan pintu terdengar membuat Ambar tersentak, dia menghela napas panjang, lalu berjalan ke arah pintu dan membukanya dengan perlahan, terlihat seorang wanita paruh baya ada disana, berdiri menghadap padanya. Ambar tersenyum ketika sebuah tangan yang sudah tak lagi lembut menyentuh telapak tangannya.
"Ada apa? Butuh sesuatu?" tanya Ambar
"Tidak boy, ibu ingin bicara denganmu bisa?"
"Apakah membutuhkan waktu lama?"
"Kamu akan pergi kemana? Kencan dengan Médhéliné?"
"Tentu saja, memangnya dengan siapa lagi?"
"Kamu sudah tidak pernah membawanya kemari, kenapa?"
"Karena suamimu."
"Ayah berbuat sesuatu? Kamu kesal?"
"Oh Ibu, kumohon buat lelaki tua berhenti berusaha menjodohkanku."
"Ambar, masalah itu ibu tidak bisa ikut campur, ibu juga tidak bisa melarangnya atau melarangmu menolaknya."
"Apa ibu tak punya pendirian?"
Ambar mengerang frustasi, ia mengacak rambutnya, dia tidak ingin marah kepada ibunya, dia tidak ingin membuat ibunya itu sedih, tapi Ayahnya berhasil membuat Ambar menggerutu kesal kepada Ibunya. Aghata menggenggam tangan anak semata wayangnya, dia mengerti bagaimana kegelisahan seorang anak ketika dipaksa melakukan sesuatu yang tidak ia sukai oleh orang tuanya. Aghata sudah berusaha merayu suaminya, tetapi tetap saja Karl sudah terlanjur berpegang teguh dengan ucapannya.
"Ibu..." rengek Ambar
Oh lihatlah siapa yang merengek sekarang, seorang lelaki dingin bermulut pedas sedang merengek kepada induknya.
"Ibu sudah mencoba Ambar, tetap tidak bisa, kamu berjanji akan membuat ibu bahagia bukan? ikuti perintah ayahmu. Ibu akan benar-benar merasa bahagia." kata Aghata dengan nada sedih
"Ibu memihak ayah begitu? Ibu mau aku menjadi boneka ayah?" serobot Ambar
"Kalau begitu buktikan kepada Ibu jika memang kamu tidak mau menikah dengan pilihan ayah, buat Médhéliné menerima lamaranmu malam ini, tidak ada kebohongan Ambar. Jika kamu gagal, kamu tetap harus menikah dengan pilihan ayahmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
hello ambar ; re-publish
Romantizm"Kedatanganmu dalam hidupku, benar-benar membuatku muak." Gertak Ambar "Sakiti aku Ambar, pukul aku, maki aku sesukamu, aku baik-baik saja." ─⌽ ©2019 rumourblaze present Ps. This story original from Rumour Blaze Don't cl...