Lima

11K 970 452
                                    

Jadi ceritanya, pagi itu gue lagi pengen ngegelibet-gelibet kayak uler, korbannya tentu saja mas ganteng yang lagi ngerjain tugas didepan laptop, daripada gitu kan mending gue aja yang dikerjain

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jadi ceritanya, pagi itu gue lagi pengen ngegelibet-gelibet kayak uler, korbannya tentu saja mas ganteng yang lagi ngerjain tugas didepan laptop, daripada gitu kan mending gue aja yang dikerjain.

"Geser dikit." Kian tadinya mau nurunin gue, tapi gue ogah.

"Ngak mau." Gue makin gelendotan. Kenapa, sih, pundak mas ganteng satu ini nyaman banget buat senderan. Kasur aja kalah empuk, loh. Enak gitu boboan disini.

Kian menghela nafas terus lanjut ngetik dengan gue dipangkuannya, hihi gue terkungkung, tolongin.

Mana bisa, sih, dia nolak pesona gue yang bikin mata kelilipan ini. Malah kadang gue kalau lagi ngaca gitu suka ngebatin, gila sih beruntung banget Kian bisa dapetin cewek cakep kayak gue gini. "Kiaan..."

Gue panggil-panggil sampai colekin pipi, tapi mas-nya masih diem bae, sok sibuk browsing bahan buat bikin laporan.

"Marah, ya? Aku kan gak tahu kamu lagi nugas. Abisnya kamu gak bales chat aku, sih. Kirain gak punya paketan, eh tahunya karena gak ada perasaan." Gue sekalian curhat.

"Itu tahu."

"Kian, mesti gitu!" Gue merajuk kesel. Awas ya, gue gangguin biar lo tegangan tinggi. "Aku tuh gak suka ya, kalau kamu gak suka aku."

"Hm."

"Pacaran aja, yuk? Gak pa-pa biar enak."

Kian cuma senyum dikit tapi baper gue sampai seabad.

"Dicoba dulu, kakak, siapa tahu cocok." Gue macam SPG emol. "Mampir kakak, incip-incip dulu, boleh."

Tai, gak diwaro mulu daritadi, kacang, kacang. "Ayo dong kita pacaran. Ya, ya, ya?"

"Gak." Jawaban mamas begitu singkat dan menyakitkan.

"Kenapa gak? Apa aku kurang cantik buat kamu?"

Kian cuma ketawa denger kesimpulan absurd gue.

"Aku tuh orangnya penakut, loh, apalagi kalau kehilangan kamu." Gue gombalin.

Lagi-lagi gak ditanggepin, heu berasa jatuh cinta sama tembok.

"Kian, Kian tahu, gak?" Gue majuin bibir. "Liat nih, bibir aku kering pecah-pecah, kirain tuh panas dalam, eh tahunya aku belum kamu cium seharian."

"Biasanya nyosor, gak disuruh."

Gue cemberut. "Tapi maunya kamu duluan yang cium aku."

Kian menggeleng, anying gue ditolak untuk keseratus empat puluh tiga juta enam ratus ribu delapan puluh dua kali, wih rekor.

"Cium, gak?" Gue maksa plus ngancem. "Kalau gak mau, aku kirim foto kita waktu bobok bareng ke Tatia, loh."

Kian mengangkat alis, belum selesai gue cengengesan, bibir diraup sama dia. Ulalala kita cipokan gaes, baiklah, gue gak akan menyia-nyiakan kesempatan ini.

CRUSH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang