Tiga bulan kemudian....
Seperti biasa, balik dari kampus Mas Ganteng selalu mampir ke kosan minta jatah.
Gak deng, Kian pasti usahain setor muka biar guenya gak nyariin, abis dia ngangenin gitu, sih.
"Pengen makan apa, Mas?" Tanya gue begitu selesai mandi keramas, sengaja pakai balutan handuk doang biar Kian makin betah disini.
"Disini apa yang enak?" Kian looking so fine, neomu yeopso
"Disini apa yang enak?"
"Aku enak." Gue genitin.
"Makanannya."
"Sate kambing depan situ enak, mau coba?" Sengaja nawarin menu kambing biar makin greng dan libidonya naik, asli ya otak gue emang penuh perencanaan.
"Boleh."
"Pempekku juga enak, loh, kamu gak pengen nyobain?" Gue kedipin, mumpung habis hujan, gue tawarin aja yang anget-anget empuk.
"Sate aja." Ih, gak seru masnya.
"Cobain dong, pempek meletusku." Sambil ngomong gini, gue provokasi dengan angkat lilitan handuk gue sampai kelihatan selakangan gue yang bersih dan licin karena rajin di wax.
Kian tetap bergeming meski udah gue sodor-sodorin, ih awas ya, liat aja nanti. Aku enakin ketagihan lu.
Selesai ganti baju, kita jalan kedepan buat beli sate. Sesampainya disana, Kian rada sewot gitu waktu gue dilirik cowok-cowok mata keranjang yang gak bisa lihat cewek bohay pakai rok mini. "Tadi suruh ganti gak mau."
Gue pakai rok jeans dan kaos ketat warna putih, lumayan mengekspose paha mulus dan beha hitam yang ngejeplak samar-samar, makanya Kian sewot mulu.
"Kan sekalian kotor." Alesan gue.
"Minta dicolok matanya!" Kian udah mau nyamperin mereka buat ngasih pelajaran, tapi untung gue tahan lengannya.
"Jangan, ih." Ya gimana dia gak was-was kalo punya cewek cantik dengan rambut panjang item tergerai sampai kepunggung, kulit putih, hidung mancung, wajah oval, dagu lancip belah, bibir tipis, tatapan mata menantang haduh menggoda iman banget pokoknya. Kian autofokus mulu liat betapa cakepnya gue, tengok aja tuh pandangannya gak mau lepas.
Hey gue cantik gini bukan hanya dari sananya tapi juga dari dananya. Gak boleh iri, ya, sahabat.
"Kamu duduk sebelah sini." Kian ngeblokir gue dari pandangan mereka, utuk utuk kiyut banget sih kalo lagi cemburu.
Habis itu kita pesan 20 tusuk plus 2 lontong, eh 3 kalau punya Kian juga dihitung. Sambil nunggu pesenan, kita ngobrol sambil sayang-sayangan dan gelendoton manja.
"Aku boleh nanya, gak?" Sudah beberapa bulan berlalu pasca putusnya Kian dan mbak mantan, selama itu pula kita menjalani hubungan pacaran tanpa pernah menyinggung nama cewek yang berawalan 'T' itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
CRUSH
FanfictionTELAH TERBIT VERSI LENGKAPNYA DALAM BENTUK EBOOK DI GOOGLE PLAYSTORE!! 'Gue ogah punya pacar giveaway, mending nikung lebih kelihatan ada usahanya' - Kirana Azalea