1. Gugatan Cerai Juang (GCJ)

5.2K 412 24
                                    


Happy reading
.
.
.
.

🐣Cinta POV

Kehidupan pernikahan yang pernah aku impikan tuh kayak Mama dan Papaku, kakek dan Nenekku. Setiap hari akan ada tawa, ngobrol ringan maupun berat. Kumpul di meja makan bersama untuk makan. Aku merindukan suasana itu saat ini.

"Nak" panggilan itu sudah ku hafal sejak menginjakkan kaki di rumah besar keluarga Gemilang ini.

"Iya Ma?" Dania--ibu mertuaku yang saat ini duduk di kursi roda, tengah tersenyum teduh padaku. Wajah keriput dan pucat itu menjadi satu.

"Melamunin apa?" Aku menggeleng.

"Hanya mencoba mengingat jadwal operasi Ma" Mama mertuaku mengangguk.

"Juang-- apa dia nyakitin kamu?" Aku hanya tersenyum dan menggeleng.

Bodoh kamu Cinta, padahal kamu sendiri yang menerima ajakan menikah itu. Sampai enam bulan ini usia pernikahanku dengannya. Tak ada komunikasi yang terjalin sempurna. Juang akan tidur di kamarnya, dan aku akan tidur di kamarku sendiri, tapi aku sering menghabiskan waktuku di rumah sakit hanya untuk menghindari tatapan tajam Juang.

"Ma, Cinta tinggal ke rumah sakit ya" Mama mertuaku mengangguk. "Nanti kalau ada apa-apa, telepon cinta aja" mama mertuaku mengangguk.

Aku keluar dengan menenteng sneli ku dan tas yang biasanya ku bawa. Berjalan menuju garasi tempat city car milikku berada disana. Jazz manis berwarna pink dengan stiker hello Kitty disana. Jadi ingat dulu Papa sering ngomel kalau aku yang menjemputnya, dan sekarang aku paham, bahwa mobilku terlalu girly diantara mobil keluarga gemilang.

Sebuah Lamborghini warna merah berhenti tepat disampingku. Aku segera masuk ke mobil dan menyalakan mesinnya.

Tok tok tok

Kaca jendela mobilku diketuknya. Tumben sekali dia mau ngetuk mobil bututku. Ku buka sedikit jendelanya.

"Ya?"

"Turun" titahnya. Aku memutar bola mataku malas, melirik jam tanganku yang terlihat manis untuk seusiaku.

"Gak bisa, aku udah telat" ku jalankan mobilku untuk keluar dari garasi rumah megah ini.

Emangnya enak digituin. Biar kamu tuh tahu, kalau aku juga sakit hati kalau kamu perlakuanku seperti itu.

Aku kangen Papa dan Mamaku, mereka orang pertama yang nentang keputusanku untuk menikah dengan Juang.

"Dia tidak mencintaimu sayang" mama membelai rambutku lembut.

"Tapi aku jatuh cinta padanya Pa, Ma" papa menggeleng.

"Bukan. Itu hanya obsesi kamu, sebentar lagi kamu akan sadar, bahwa dia bukan untuk kamu nak"

"Papamu benar sayang. Kami tahu bagaimana kamu" aku hanya diam.

"Sebenarnya, Papa sudah menyiapkan seseorang yang mampu membuatmu bahagia. Batalkan pernikahan mu, dan kembalilah pada Kami"

Tak terasa air mataku menetes sendiri, aku menyesal Pa, Ma. Harusnya saat itu aku mengikuti apa yang kalian katakan. Aku menyesal.

Aku menangis meraung-raung di dalam mobil yang berhenti karena kemacetan ibu kota. Berharap rasa yang menghimpit dadaku ini segera sirna.

Sampai saat ini, Papa dan Mamaku tidak ingin bicara padaku. Aku menghapus air mataku yang sialnya tidak mau berhenti mengalir.

Aku menatap hapeku yang bergetar dan tertera nama Papa tersayang. Aku segera menghapus air mataku dan menenggak air untuk menghilangkan suara serakku.

"Papa?"

"Sayang? Kamu dimana?"

"Lagi dijalan mau ke rumah sakit Pa. Papa dimana?"

"Papa tunggu di ruangan Papa, ada yang ingin Papa bicarakan sama kamu"

"Siap Pa"

Ku lajukan kembali mobilku menembus kemacetan ini. Perasaan apa yang menjalar padaku saat ini, aku tidak tahu itu.

Aku berlari menuju ruangan Papa di lantai dua, tertulis disana 'dokter Rangga, Sp.A'. ku buka pintunya dan menemukan Papa sedang duduk bersama Juang dan Mama.

"Ya Pa?"

"Duduk"

Aku duduk di dekat Mama. Juang menatap Papa dengan tenang, ini ada apa sih. Aku bingung dengan situasi seperti ini.

"Saya minta maaf karena keputusan yang diambil tanpa bertanya dulu pada bapak dan Ibu. Maafkan saya karena sudah lancang menikahi Arcinta. Saya akan menggugat cerai banak bapak secepatnya. Bapak tenang saja, Arcinta masih suci, karena kami tidak tidur di kamar yang sama, saya sering menghabiskan waktu saya di apartemen"

Juang sialan. Ku kira apa, ternyata mau ngajakin cerai toh. Tapi entah kenapa rasanya biasa aja, gak ada rasa sakit atau apapun itu yang kurasakan saat ini.

"Baik. Silahkan urus, saya ingin kamu kembalikan putri saya dengan baik" kata ayah tegas.

"Baik. Permisi pak" Juang pergi gitu aja tanpa menoleh ke arahku.

Jadi janda dong aku?.

🐣🐣🐣

Haiy sedikit aja jangan banyak-banyak entar batuk🙏🏃

Siapa yang mau kasih ide untuk cast Melviano,silahkan gaes.

Ugly Duckling (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang