4. Bikin Iri (BI)

4.2K 404 15
                                    

Mengandung part pendek
Jangan lupa vote🌟 and komen

Happy reading
.
.
.
.

🐣Melviano POV

Aku baru saja di telpon Mama untuk minta dijemput di rumah sakit, katanya kangen.

Sejak beberapa bulan lalu, aku pindah ke asrama, jarang pulang ke rumah juga, kalau gak hari Sabtu atau Minggu aja. Kalau gak ada tugas negara.

Lama ku menunggu Mama di mobil, aku paling malas kalau harus masuk ke rumah sakit dan memakai baju doreng seperti ini.

Aku berjalan di lorong rumah sakit untuk menjemput sang Mama tercinta.

Seorang berjas dokter menabrakku, hingga membuatnya terjatuh ke lantai.

Yang nabrak sapa yang jatuh sapa. Batin ku kesal.

Aku mengulurkan tanganku untuk membantu perempuan didepanku ini berdiri. Perempuan itu berdiri dan membungkukkan badannya meminta maaf pada ku.

"Maaf, saya gak lihat ada anda tadi" aku mengangguk. Perempuan itu mengulurkan tangannya untuk berkenalan.

"Saya Atikah, anda?" Tanyanya. Aku sebenarnya malas untuk berkenalan dengan perempuan didepanku ini.

"Melvi. Permisi" aku undur diri menuju ruangan Mama.

"Ah anak Mama yang gantengnya kayak Papa" aku berdecak sebal kala mama menggodaku seperti itu.

"Ayo pulang sekarang Ma, abang gak nyaman sama tatapan mereka" Mama ikutan melirik sekitar yang tentu saja para kaum hawa menatap kagum padaku.

"Oke anak ganteng Mama. Kita pulang yuk" Mama menggandeng lengan ku.

Aku memperhatikan sekitar dan melihat Atikah sedang bersama orang yang ku kenal sebagai atasanku.

"Ayo bang pulang, mana mobilnya?" Ku tunjuk mobil sedan berwarna hitam di dekat Atikah.

Aku berjalan beriringan, Mama menggandeng lengan ku. Aku sangat senang sekali jika berjalan dengan Mama seperti ini, sampai-sampai Papa cemburu dibuatnya.

"Lea" sapa Komandan. Mama tersenyum saat sapaan itu ditujukan padanya. "Apa kabar?"

Mama mengangguk kecil. "Alhamdulillah baik"

Ya. Aku merasa cemburu jika ada laki-laki lain yang menyapa Mamaku kecuali para sahabat Mama yang beliau kenal.

"Lettu Melvi? Anak kamu dan Arsa?" Mama mengangguk, masih menggandeng lengan ku, tanpa berniat melepaskan.

"Ya. Atikah anak kamu?" Komandan mengangguk.

"Ijin mendahului Ndan. Ayo Ma, kita udah ditunggu Papa" Mama mengangguk dan berpamitan pada keduanya.

Mama sangat tahu kalau aku sangat tidak suka Mama dekat dengan orang lain selain Papa dan kedua anaknya, para sepupu dan sahabatnya.

Sampainya dirumah pribadi Papa, Mama turun bersama dengan Papa yang baru saja tiba dengan Billal disampingnya.

Billal segera memeluk Mama dan menggandeng lengan Mama untuk masuk ke rumah. Tentu saja Billal sengaja berbuat seperti itu. Dia malas kalau harus menyaksikan adegan romantis dari keduanya, bahkan aku sendiri juga begitu.

"Dek, main nyelonong aja kamu" Papa mendengus sebal, aku menahan tawa saat melihat wajah cemberut Papa.

Mau ketawa, tapi takut dosa.

"Ngapain kamu? Mau ngejek Papa, hm?" Papa menatapku tajam.

"Siap salah" aku memilih pergi menyusul Billal dan Mama didalam.

"Udah, Mama tuh istirahat aja, biar Billal yang masak" Mama menatap horor Billal. Pasalnya, Billal sangat sering membuat dapur kesayangan Mama berantakan seperti terkena bom.

"Jangan buat dapur kesayangan Mama seperti medan perang ya" Billal terbahak mendengar perkataan Mama.

"Ada abang yang bantuin Ma" Billal bersorak senang.

Adek Terkampret.

Mama membuatkan Papa teh hangat lemon, dan duduk di meja makan bersama. Ah bikin iri deh.

"Pa, tadi komandan abang nyapa Mama" Papa menaruh kembali gelas berisi teh lemon itu di meja. "Tanya kabar juga Pa"

Mama menatapku tajam yang nyengir tanpa dosa. Papa menatap Mama seakan meminta penjelasan.

"Farhan cuma tanya kabar aja Pa" Mama tersenyum.

"Kemarin juga ada dokter yang nyapa Mama lho Pa, dokternya ganteng Pa, kayak artis Korea" Mama makin melotot kearah Billal yang mengalihkan pandangannya kearah lain.

"Ikut aku" Papa menggenggam tangan Mama di meja, menariknya lembut menuju kamar mereka.

"Billal request adik perempuan satu ya" teriaknya saat Papa dan Mama menuju kamar mereka.

Papa dengan cepat mengunci pintu kamarnya. Aku dan Billal tertawa terbahak-bahak karena melihat tingkah Papa yang masih saja cemburu di usianya yang sudah tidak muda lagi.

🐣🐣🐣

Dikit aja gaess, biar gak batuk...🏃

Ugly Duckling (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang