14. Curhatan Mantan (CM)

4.2K 414 46
                                    

Happy reading
.
.
.
.
.

🐣Cinta POV

Aku berjalan menyusuri koridor rumah sakit, rasa lelah kini menjalar ke tulang-tulang ku. Satu minggu full aku dihajar jaga Malam dan jadwal operasi yang memakan waktu istirahat ku.

Ingin rasanya ku mengadu saat ini pada seseorang. Tentu saja hanya nomor raja gombal yang ku dial sekarang.

"Assalamualaikum"

Ya Tuhan, suara bariton itu mampu meluluh lantakan hatiku ini. Merindingnya sampai ke tulang belulang. Dahsyat sekali the power of voice raja gombal.

"Waalaikumsalam. Haiy Danton"

Ku dengar dia terkekeh di seberang sana. Ku pastikan dia sedikit menjauh dari rekan-rekannya, karena suara rekan-rekannya terdengar sayup-sayup.

"Miss me, eh?"

"Yes Danton. I miss you"

"Ah melayang rasanya kalau kamu bilang rindu seperti ini. Aku juga rindu kamu Cinta"

Hanya mendengar suaranya saja mampu membuay rasa rindu ini sedikit terobati. Tidak terlalu menggebu.

"Cinta, maaf gak bisa lama, aku sedang tugas malam ini. Besok kita bicara lagi ya"

"Oke Danton sayang"

"Jadi pengen cepat halalin kamu deh, setiap kamu panggil sayang gini" aku hanya tertawa menanggapinya. "Assalamualaikum cinta sayang"

Meleleh bang dede

"Waalaikumsalam"

Ku lanjutkan perjalanan ku menuju ruangan residen. Mengistirahatkan sejenak badanku yang terasa remuk ini di kasur.

"Ya ampun wajah lo kek Zombie"

Jangan ditanya lagi itu siapa, yang jelas itu adalah Debby,entah kenapa dia juga ada di sini. Bodo amat, aku mau tidur sejenak.

"Gantiin gue. Gue mau bobok cantik"

Tak ku hiraukan omelan Debby mengenai diriku saat ini yang rela mengambil jaga malam selama satu Minggu berturut-turut. Ku sudah di alam mimpi.

🐣🐣🐣

Aku menyempatkan diri menengok Papa Gilang yang masih di rawat di rumah sakit. Aku membawakan buah segar untuk beliau.

Tok tok tok

"Masuk"

Ku buka pintu ruangan pelan, disana hanya ada Papa Gilang sendirian disana bersama seorang suster yang mengantarkan makanan untuk beliau.

"Pagi Sus"

Sapaku ramah. Suster itu membalas sapaanku. Ku lipat kemeja panjang ku sampai siku karena menggangu.

"Buat Papa Gilang. Lho kenapa buburnya gak dimakan Pa?"

Beliau hanya menggeleng. Lalu wajahnya berubah sendu. Aku duduk di kursi sebelahnya, mengambil alih mangkuk bubur yang masih penuh.

"Makan ya Pa. Saya suapin" Papa Gilang mengangguk, dan tersenyum lemah.

"Saya senan, bapak mau makan, biasanya bapak gak mau makan mbak"

"Lho emang si Saras gak nyuapin Papa?" Beliau menggeleng.

"Boro-boro nyuapin mbak, jaga aja di luar. Ini gak tahu kemana dia"

Ya Tuhan, kasihan sekali Papa Gilang ini. Suster itu pamit pergi. Lalu ku teruskan menyuapi Papa Gilang dengan telaten.

Papa Gilang bercerita tentang rasa kangen beliau pada Mama Dania. Ini yang namanya cinta sejati.

"Kalau Papa udah sembuh, kita ke makam Mama bersama Ya. Nanti saya jemput"

"Kamu beneran nak?"

"Ya Pa. Saya sendiri yang akan antar Papa ke makam Mama. Sekarang Papa minum obat dan istirahat ya Pa"

Papa Gilang menurut. Ku lihat bayangan si Mantan ada disini. Aku lihat Papa Gilang sudah benar-benar tertidur, ku bergegas pulang.

"Arcinta"

Aku berdiri menatap dirinya yang terlihat berantakan. Aku celingukan mencari istri si mantan.

"Gak ada Saras, dia pulang ke rumah orangtuanya" aku mengangguk. "Bisa bicara sebentar?"

Ku anggukan kepalaku dan berjalan di belakangnya. Aku takut tiba-tiba istri dia datang dan bilang kalau aku selingkuh dengannya. Sungguh bukan hal yang aku mau.

"Cinta?"

"Kak Rena, apa kabar?"

Kak Rena memelukku dan tak lupa cipika-cipiki. Mantan masih memperhatikan kami. Aku juga gak enak sendiri kalau harus pergi berdua dengan mantan dan diketahui oleh saudara si raja gombal.

"Kak, ikutan yuk, biar mas Melvi gak ngira aku selingkuh"

"Kita mau bicara Ar" kok ngegas sih.

"Ya bicara aja, tapi gue gak nyaman kalau harus berdua Tan. Lagipula, ini kakaknya calon suami gue kok"

Dia diam dan memilih pergi dan menuruti apa keinginan ku tadi. Ku gandeng kak Rena untuk ikut. Untungnya kak Rena tidak banyak bicara dan bertanya ini itu.

Kami sampai di kantin, dia memilih duduk di pojokan, dan aku tetap dengan menggandeng kak Rena ikutan.

"Kamu pesan apa?"

"Bisa kita langsung aja? Gue gak mau istri lo datang dan ngira yang enggak-enggak"

Mantan diam, dia memandangku dengan wajah sendu. Aku menatap kak Rena yang memasang wajah datar. Ku kira hanya aku sendiri yang selalu memasang wajah seperti itu di depan Mantan.

"Ar, aku nyesel"

Hening

"Aku nyesel udah ceraikan kamu dulu. Papa dulu pernah kasih tahu aku kalau Saras gak sebaik kamu,dia hanya baik denganku tanpa mau dekat dengan orang tuaku"

Satu kata buat lo. SUKURIN

Aku hanya diam mendengarkan dia berbicara. Tujuannya kan dia curhat bukan aku yang curhat.

"Dia gak pernah mau merawat Papa saat Papa sakit seperti ini. Dia sering pergi dengan teman-temannya, belanja dengan geng sosialitanya. Dia beda dengan kamu Ar"

Ya iyalah, dia bukan anak mamaku

"Aku nyesel cerai sama kamu. Ar, kamu mau ya, rujuk denganku"

Aku tertawa mendengarnya, sungguh lucu dia. Benar-benar sakit otak si mantan ini.

"Lucu deh lo Tan. Lo yang gugat cerai gue, dan udah nikah duluan dengan istri baru lo. Sekarang lo bilang nyesel cerai sama gue dan ngajakin gue balikan lagi sama lo, disaat gue mau nikah dengan lelaki baik pilihan gue"

Hening

"Lo sehat Tan?"

"Ar"

"Gue gak bakalan tinggalin mas Melvi cuma gara-gara iming-iming balikan sama lo. Didik aja istri lo sendiri, lo yang mulai, jadi lo yang harus nyelesain semuanya. Dan gue gak pernah mau nikah lagi sama lo. Bullshit tahu gak"

Aku berdiri dan mengajak kak Rena ikutan berdiri juga.

"Ar"

Mantan halangi langkah ku, dia narik tangan ku.

Krek

"Auhh"

"Sorry tan, bukan muhrim lo pegang-pegang gue"

Mposs lo tangan lo gue patahin.

"Selamanya lo itu Mantan gue. Bye Mantan"

🐣🐣🐣

Ugly Duckling (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang