⚔ KA OPAT

2.3K 362 17
                                    

Satria melangkah, menatap satu persatu pada kursi yang sudah terisi. Matanya memindai mencari sosok yang dikenal, dirasa tidak ada dirinya tersenyum tipis tanpa diketahui oleh banyak pasang mata yang menatap kearahnya.

"Siapa yang gak dateng rapat hari ini?"

"Fabio Sat." Reandra Pramudito, lelaki dipojok kanan ruangan menyahut, menjawab pertanyaan Satria dengan cepat.

"Ada yang tau dia kemana?" Pertanyaan kembali terlontar.

"Tadi jalan sama Kak Bagas keluar Kak, aku mau ingetin soal rapat tapi Kak Fabio keburu ilang."

Satria mengangguk.

"Jangan ada yang kasih tau kalo rapat udah dimulai, sesuai dengan peraturan yang udah kita buat, paham. Kita mulai rapatnya"

Semuanya mengangguk serentak, Satria melangkah duduk sembari mengambil buku catatan kecilnya dari dalam tas, lalu kembali berdiri dengan tangan yang mulai mencoret beberapa bagian yang ditulisnya pada buku. Lalu mulai berbicara dengan santai menjelaskan tentang apa saja yang akan dibicarakan.

"Berhubung lomba bakal dilaksanakan dua bulan lagi, yang kita lakuin sekarang cuma ngurus segala keperluannya." Bukunya ditutup. "Sekarang kepala sekolah minta dibuatkan desain buat promosi kesekolah lain, kalian buat kelompok kecil khusus anak Multimedia dari kelas 10-12 gabungkan ide sama kreativitas kalian, buat desain semenarik mungkin karna karya anak Multimedia sekolah kita bakal dinilai dari desain promosi yang bakal diedarkan sekolah jadi buat sebagus dan serapih mungkin, gak perlu sempurna cukup enak buat dipandang."

"Kak desain yang kita buat sendiri-sendiri untuk nantinya divoting atau satu kelompok buat satu desain?" Anantasia Putri kelas sebelas, mengacungkan tangan kanannya, memecah hening diruang rapat setelah Satria selesai mengucap kalimat terakhirnya.

"Buat satu desain yang terdiri dari satu kelompok, inget satu kelompok. Gua gak mau nerima dua apa lagi tiga desain. Inget cuma satu, gunaiin kekompakan kalian."

"Siap kak!"

"Buat yang gak ada dikelompok nanti gua bagi tugas kalian apa."

Anggukan diterima, Satria menunduk menatap jam tangan hitam miliknya. Lima belas menit rapat sudah berjalan. "Rapat ditu-"

"Maaf telat."

Semuanya menoleh, menatap pada pintu dimana Fabio tengah berdiri sambil terengah-engah.

"15 menit."

"Sat-tria m-maaf." Fabio berucap sembari mencoba menetralisir nafasnya yang tidak beraturan.

"Rapat ditutup, silahkan pulang kerumah masing-masing." Lengan almamaternya digulung hingga siku. "Dan untuk Fabio sesuai kesepakatan OSIS, bersihin ruangan ini sampe gak ada debu sekecilpun."

Semuanya melangkah keluar, Fabio menganga tidak percaya karena hari ini yang terlambat mengikuti rapat hanya dirinya seorang. "Gak ada lagi yang telat selain aku hari ini?" Tanya nya pada salah satu anggota OSIS yang merupakan anak kelas sepuluh. "Iya Kak, hari ini yang telat cuma Kak Ion doang."

"Satria aku aja yang dihukum?" Fabio bertanya setelah tidak ada siapapun diruangan, sebab tidak mempercayai kenyataan yang dikatakan oleh si adik kelas.

"Iya, hari ini lu doang yang telat."

"Sendiri?" Tanyanya lagi.

Satria mengangguk. "Kenapa?"

"T-takut." Fabio menunduk memainkan jari-jemarinya dengan acak, kepalanya menunduk, bibirnya bawah sudah dia gigiti. Ruangan OSIS berada dibagian koridor ujung sekolah, tepat dilantai empat, lantai teratas sekolah. Sudah hampir pukul empat. Kelas yang berada disamping ruangan OSIS sudah tidak lagi berpenghuni sebab sudah ditinggalkan sejak lima belas menit yang lalu.

LMLYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang