⚔ KA DALAPAN

2.5K 312 24
                                    

Flashback

"Ada orang aneh yang nawarin perjanjian sama urang jaminannya setangkup roti lapis, lucu ya?"

Bagas mendengus, meletakan kamera DSLRnya dengan hati-hati, takut lecet atau terbanting terlalu keras. Kata Bundanya "Jangan sampe rusak belum lunas." Bisa-bisa tidak diberi makan jika dirinya merusak barang yang dirinya damba-dambakan sejak kelas delapan.

"Mana ada lucu konyol mah iya."

Satria terkekeh pelan, meraih kamera milik Bagas dengan serampangan, berbandi terbalik dengan Bagas yang super hati-hati.

"Ai sia hati-hati! Can lunas eta kamera, bisa mampus urang ditangan si bunda mun rusak!"

"Tong sok lebay, asal bisa ngarawatna pasti moal rusak."

Satria nyari objek yang sekiranya menarik buat dia jepret. Tapi didepannya sama sekali tidak ada hal menarik, hanya lapangan luas dengan rumput hijau.

"Gas."

"Paan."

Bagas mendongak, menatap pohon beringin besar yang menaungi dirinya juga Satria dari terik matahari. Tongkrongan keduanya berada dilapangan luas milik tentara. Dimana ada satu beringin besar dipojok sebelah barat lapangan. Bagas sendiri yang temuin ini tempat, katanya tempat paling cocok buat nongkrong sebari nyebat kalo lagi mau.

"Sesempurna apa gua dimata lu?"

Bagas mendelik, menatap aneh pada Satria yang masih sibuk membidik. "Maneh kasurupan naon Sat?"

"Gua serius nanya."

Kamera Bagas diletakan, lebih hati-hati kali ini.

"Ada yang iri sama gua."

"Maneh gak sempurna, cuma ya gitu, maneh boga loba bakat, megang ini itu bisa."
(Kamu gak sempurna, cuma ya gitu, kamu punya banyak bakat, megang ini itu bisa.)

"Ada yang iri sama gua." Kata Satria sambil terkekeh geli.

"Saha?" (Siapa?) Tanya Bagas penasaran.

"Orang yang sama yang nawarin perjanjian pake jaminan setangkup roti sama gua."

"Dia cuma belum kenal maneh, kelas baraha?"

Satria menggeleng, melempar daun kering yang ada didekatnya asal-asalan. "Jangankan kelas, namanya ge urang teu nyaho."
(Jangankan kelas, namanya juga aku gak tahu.)

"Dia kenal maneh tapi?"

"Heuh."

"Weleh weleh." Bagas tertawa bangga. "Jadi penasaran seberapa terkenalna sohib urang, sakali-kali mah ajak urang tamasya ka sakola maneh Sat."

Satria mendelik jengkel, Bagas sempet-sempetnya berkata demekian. "Tapi Gas dia tau berat badan gua turun, hebat ya pada hal gak ada yang tau berat badan gua turun selain gua sendiri."

"Berat badan maneh turun?" Bagas bertanya bingung.

"Nahkan sohib gua sendiri gak tau berat badan temennya sendiri turun."

"Serius ai maneh."

Satria mengangguk mengiyakan.

"Sat, gua curiga tu orang suka sama lu."

Bagas menyimpulkan.

"Dibilang dia iri sama urang."

"Taruhan sama urang sok."

"Ogah, mikir atuh aya kitu lalaki anu resep ka lalaki deui?"
(Mikir dong ada gitu laki-laki yang suka sama lelaki juga?)

Tiba-tiba saja Bagas bergidik. "Serem oge, urang kira awewe."
(Serem juga aku kira perempuan)

Hening, Bagas sibuk membayangkan seorang laki-laki yang mendambakan sesama laki-laki, sedang Satria sibuk mengingat-ngingat bagaimana sosok buronan guru BK dengan baik dikepalanya.

"Tapi Gas, orangnya manis, cantik juga kalo diliat baik-baik."

"Sinting sia Sat!"

Flashback off

"Kudunya maneh udah terbiasa Sat dibenci si Fabi."

Itu kata Bagas sambil mencomot kentang goreng punya Satria dalam jumlah banyak. Songong memang.

"Bacot Gas."

Saut Satria galak, meraih piring kentang gorengnya sebelum benar-benar tandas digerus mulut Bagas. Jadi nyesel minta Bagas datang buat dengar curhatannya.

"Orang galau gitu ya."

"Ngapa?"

"Galak."

Bagas lari, keluar rumah Satria setelah meraup kentang goreng milik Satria dengan jumlah banyak. Menyisakan sedikit kentang goreng diatas piring Satria.

"Bagas blegug sia jadi jelema teh." Kata Satria sambil mendengus jengkel.

"Bu tolong buatin Satria kentang goreng lagi." Kata Satria sambil teriak.

"Ai kamu Satria baru aja ibu gorengin sepiring gede masa udah abis." Balas si Ibu dari dapur.

"Kentang goreng Satria dirampok Bagas barusan."

"Bilang atuh kalo ada Bagas teh, biar ibu masak banyak sekalian."

"Ibu anak ibu teh Satria atau Bagas?"

"Kalo bisa ibu pengen tukeran anak sama tante Nia."

Satria mendengus mendengar tawa ibunya yang terbahak-bahak didapur. Sialan memang, ibu nya itu selalu lebih memilih Bagas si anak tetangga ketimbang dirinya si anak kandung.

...

@/fabiojuan.ar Instagram update

❤ 💬 ↪Liked by bagasafikar, davdik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

❤ 💬 ↪
Liked by bagasafikar, davdik.mhr and 112 others
fabiojuan.ar Rasa bersalah dan tidak enak hati ini menggerogoti hati dan jiwa ragaku . . .
View all 4 comments
bagasafikar Potonya AW captionnya EW
mutiarovik Tolong dong, aa kalo buat caption jangan suka alay, aku jadi malu kalo mau promotin ig aa sama tmn"ku
zarra.arovik Aa captionnya apa-apaan 😤
fabiojuan.ar @bagasafikar @mutiarovik @zarra.arovik Berisik kalian wahai netizen negri +26

















-TBC-
Double up kan aku awokwok 🌚 hayo siapa yang kaget bagas sama satria ternyata sohiban juga 🌚👌 atau jangan jangan dah ada yang mikir satria sama bagas itu sohiban 😭

LMLYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang