Prolog

263 13 9
                                    

"Neng, Mangga-nya, Neng," Kata seorang wanita lansia penjual mangga di pasar kepada seorang wanita yang lewat di depan kios jualannya.

Mendengarnya, wanita itu mendatangi kios penjual mangga tersebut. "Saya beli mangga nya, Bu," Katanya sambil tersenyum.

"Iya, Neng. Mau berapa biji? Yang muda atau yang mateng?"

"Yang muda lima biji, Bu,"

Penjual mangga itu mulai memilih mangga dan memasukkannya ke dalam kantong kresek. "Ini, Neng," Katanya seraya memberikan kantong kresek berisi mangga tersebut.

"Berapa, Bu?"

"Lima belas Ribu, Neng," Wanita itu menyerahkan uang senilai Lima Puluh Ribu Rupiah kepada penjual mangga

"Ini, Neng, kembaliannya,"

"Makasih, Bu,"

Setelah membeli mangga, wanita itu berjalan keluar dari pasar menuju mobilnya. Saat sudah sampai di dalam mobil, wanita itu menaruh belanjaannya di kursi sampingnya.

Sebelum menjalankan mobilnya, wanita itu menatap mangga yang berada di sampingnya cukup lama.

Mangga. Buah yang mengingatkannya akan seseorang yang sangat dirindukannya. Sebenarnya ia tak menyukai mangga muda karena rasanya yang asam. Wanita itu lebih suka memakan mangga matang yang manis.

Tetapi, entah mengapa ia membeli mangga muda itu. Mangga yang sangat disukai oleh orang yang saat ini sangat dirindukannya. Orang yang hanya hadir sesaat namun mampu membuat peubahan dalam hidupnya.

"El, Milky kangen..." Lirihnya dengan mata yang berkaca-kaca. Setelah mengusap matanya yang mulai berair, wanita itu melajukan mobilnya meninggalkan area parkiran pasar dengan perasaan yang kalut.

~✿✿✿~

Hayy kleann😁

Maafkan diriku yang membuat prolognya jadi melow gini😥

Janlup tambahin ceritanya ke perpustakan kleann😁
Berikan kritik dan saran kalian lewat komentar yaa🤗
Soalnya aku butuh banget sebagai penulis baru☺
Janlup vote dan share ceritanya juga😘

Sampai jumpa di bab berikutnyaaa🤗

Salam hangat,
Nia

Too Late To Hold YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang