Bab 13: Dipanggil Ke BK

27 4 0
                                    

Milky terbangun secara tiba-tiba lagi. Seperti hari-hari sebelumnya, wajahnya bahkan sekujur badannya dibanjiri keringat, dan jangan lupakan napasnya yang selalu terengah-engah jika bangun seperti ini.

Milky mengusap keringat di wajahnya lalu beranjak dari tempat tidurnya. Saat melihat jam weker di meja belajar samping tempat tidurnya, ia menghela napas dengan berat. Jam setengah 4 dini hari. Selalu saja seperti ini. Bangun dengan cara yang tak ia sukai pada saat orang-orang masih ingin melepas lelahnya.

Milky juga ingin seperti orang kebanyakan. Bahkan ia ingin merasakan bangun jam setengah 7 dan bisa terlambat ke sekolah bersama Neisya. Tapi, saat Milky telah terbangun seperti saat ini, ia sangat susah untuk tidur kembali, itu yang menjadi masalahnya.

Tok Tok Tok...

"Mil? Udah bangun?" Ucap seseorang dari luar kamar Milky dengan suara yang sangat pelan namun tetap terdengar oleh Milky.

Milky kaget dan bingung. "Bunda Liana?" Tanyanya agak ragu. Milky bingung, ada apa Bundanya memanggilnya sekarang? Di waktu yang sangat pagi ini?

Milky berjalan ke arah pintu kamarnya dan membukanya, lalu terpampanglah raut wajah Liana yang nampak kesal bercampur cemas.

"Kamu nggak pa-pa?"

Milky mengernyit. Makin bingung mendengar pertanyaan Liana. "Maksud Bunda? Aku baik-baik aja, kok," Sahutnya sedikit berbohong. Tapi, walau ia berbohong, bukankah semua anggota keluarga di rumah ini telah mengetahui penyakitnya dan... rahasianya? Liana juga mengetahui jam-jam berapa saja Milky terbangun dari mimpi buruknya.

"Aduh... kamu ini, ya Milky! Sudah berapa kali dibilangin! Jangan ngelamun di balkon, ya jangan! Nanti kamu... ah, sudahlah! Pokoknya, kalau kamu ada masalah, ya cerita! Jangan dipendam! Kamu tau, kan kalau kamu teringat kejadian itu kamu bisa apa?! Tadi malam kamu hampir mati gara-gara sesak napas, tau nggak?! Kalau kamu nggak teriak manggil Bunda, mungkin kamu tinggal mayat!" Bentak Liana dengan nada suara yang agak dibesarkan dari suaranya sebelumnya.

Milky menunduk. Matanya berkaca-kaca mendengar bentakan Bundanya. Sangat jarang ia dimarahi oleh orang-orang di rumah ini. Milky memang polos dan sangat penurut. Namun terkadang, ia juga bisa menjadi sedikit pembangkang dan ujung-ujungnya akan sakit hati ketika dimarahi seperti sekarang. Walau hanya amarah dan perkataan kasar yang keluar tanpa kekerasan fisik, Milky tetap sakit hati, namun setelah dimarahi, ia menjadi penurut kembali dan tak pernah mengulangi kesalahannya lagi.

Liana menghela napas berat lalu memijit pelipisnya sendiri, pusing dan rasa bersalah yang menghantuinya membuatnya merasa tak tega. Entah mengapa ia menjadi emosi seperti tadi. Padahal, seharusnya ia tak boleh seperti ini, karena ia tahu, walau ia menjelaskan dengan lembut, pasti Milky akan mendengarkannya dan patuh. "Maafkan Bunda, Mil. Bunda nggak bermaksud bentak kamu tadi," Liana meraih dagu Milky lalu mengusap air mata yang mulai tumpah di wajahnya.

"Milky juga minta maaf," Ucap Milky sedikit terbata.

"Iya, nggak pa-pa. Untung pas kejadian itu, Oma sama Ray nggak kebangun. Lain kali, kalau ada masalah, cerita sama Bunda atau Oma, ya?" Ucap Liana. Milky mengangguk. Lalu Liana membawa Milky dalam pelukannya lalu mengusap rambut pendek Milky yang halus.

"Kalian kenapa?" Pertanyaan dari Emma membuat Milky dan Liana yang sedang berpelukan langsung mematung.

Saat tersadar dan telah memiliki alasan yang pas, Liana melepas pelukannya lalu menatap Emma dengan pandangan ragu. "Emm... anu Ma... tadi Milky ketakutan. Habis mimpi buruk katanya,"

Emma tak percaya. Sebenarnya, ia sudah bangun dari tadi untuk ke dapur dan mulai mempersiapkan sarapan untuk keluarganya seperti biasa, dan tak sengaja semua percakapan antara Milky dan Liana ia dengar. Tapi, Emma memilih berpura-pura percaya dengan alasan Liana. Emma memilih memercayakan cucunya ditangani sendiri oleh menantunya, karena ia yakin, Liana tak mungkin memiliki maksud yang jahat kepada Milky. "Yasudah. Ayo ke dapur. Kita siapin sarapan," Katanya kemudian.

Liana dan Milky menghela napas kecil, lega. "Iya, Ma. Yuk, Mil," Ajak Liana seraya menarik dengan lembut tangan Milky menuju dapur untuk membuat sarapan seperti yang selalu dilakukan oleh setiap perempuan di rumah ini.

~✿✿✿~

Tok tok tok...

"Bang Ray! Bangun, Bang! Udah pagi!" Teriak Milky melaksanakan salah satu ritual paginya, membangunkan Ray.

Cklek...

Pintu terbuka disusul Ray yang nampak rapi pagi itu. "Iya. Udah babgun, kok," Ucap Ray disertai senyum lebarnya.

"Bang? Demam?" Milky agak jinjit lalu meletakkan punggung tangannya di kening Ray, memastikan apakah Abangnya ini demam atau tidak. Entah mengapa, Milky bergidik ngeri menatap Abangnya. Ia takut jika ada sesuatu yang merasuki Ray, karena tak biasanya Ray sudah rapi sepagi ini.

Ray menepis tangan Milky dari keningnya dengan agak kasar. "Apa, sih. Pasti nggak percaya, ya kalau abang udah rapi gini pagi-pagi?" Milky mengangguk. Ray menghela napasnya, agak kesal karena tingkah adik sepupunya yang polos namun agak menyebalkan. "Abang mau ngedate sama pacar abang," Ucapnya singkat lalu berbalik menutup pintu kamarnya.

Brian berbalik lagi. Agak terperanjat saat melihat Milky tak bergerak dari posisi awalnya dan melayangkan tatapan penuh tanya. "Astaga! Sampe kaget abang!" Ray mengelus dada bidangnya, berlagak kaget disusul seringaian jahil kemudian. "Penasaran, ya sama pacar abang? Nanti abang kenalin," Ucapnya lalu merangkul Milky dengan sedikit paksaan menuju ruang makan.

~✿✿✿~

"Mil! Lo dipanggil ke ruang BK sama Bu Neni!" Milky yang baru saja mendudukkan pantatnya di kursi kelasnya menoleh ke arah pintu di mana ada seseorang yang sebenarnya ia tak tau siapa meneriakinya.

Alena yang sudah ada di bangkunya juga nenoleh ke arah pintu lalu beralih menatap Milky dengan pandangan agak cemas dan penuh tanya. "Kenapa, tuh Mil?" Tanyanya.

Milky mengedikkan bahunya sebagai jawaban pada Alena lalu berjalan ke arah pintu, di mana orang tadi masih setia berdiri di sana. "Kamu siapa?" Tanyanya.

"Gue Leo,"

"Tau namaku dari mana?"

"Tau dari Brian. Gue temennya. Sekelas juga, sih. Lagian lo juga cukup terkenal dan memang agak mencolok, kok di sekolah," Ucap Leo dengan santai. "Yaudah. Buruan gih ke BK," Lanjutnya lalu berjalan menjauh.

Milky mengangguk lalu berjalan meninggalkan kelasnya yang masih cukup sepi. Langkah kakinya kini tertuju ke arah ruang BK. Dalam hati ia terus bertanya. Mengapa ia dipanggil ke ruang BK?

~✿✿✿~

Hayoloh kenapa hayooo:V
Jawabannya ada di next chapt wkwk
Tunggu yaaa

Janlup vote, komen, share❤

See you🤗

Too Late To Hold YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang