Bab 10: Putri Dan Neisya Si Ratu Kepo

31 4 0
                                    

Milky sedang sibuk mencatat catatan yang diberikan oleh gurunya yang ada di papan tulis. Guru yang sedang mengajar pada mata pelajaran saat ini hanya sempat memberikan catatan lalu keluar dari kelas dengan alasan ada urusan yang harus ia kerjakan.

"Perasaan nih guru-guru sering keluar, deh. Sekalinya nggak keluar malah ngasih ulangan. Salah apa gue coba. Belum nerangin materi udah ulangan. Pecah nih pala gue lama-lama gegara nih minggu ama minggu kemaren ulangan mulu," Omel Putri lalu menelungkupkan wajahnya.

Kelima temannya sibuk mencatat, sedangkan ia sama sekali tidak menyentuh pulpennya semenjak pergantian jam pembelajaran tadi. Setelah jam mata pelajaran ini selesai, bel tanda istirahat kedua akan berbunyi, dan Putri sangat menunggunya. Catatan? Menurut Putri itu hal yang gampang karena dia dianugrahi kemampuan untuk menulis dengan cukup cepat. Biasanya ia juga ikut mencatat seperti teman-temannya, namun kali ini ia merasa sangat malas walau hanya untuk memegang pulpen. Nanti ia akan meminjam catatan Alena saja.

"Lo nggak boleh gitu. Mending gurunya masih sempat dateng buat ngasih catatan daripada dia nggak masuk sama sekali," Balas Alena, masih tetap setia untuk mencatat.

Putri menghela napas berat. "Iya, sih," Tiba-tiba ia teringat sesuatu. "Mil, lo akrab sama Kak Cadfael?" Selidiknya seraya memutar badannya menghadap Milky. Sedari tadi mulutnya gatal ingin bertanya kepada Milky namun ia tahan dan akhirnya lupa menanyakannya. Putri menutup mulutnya sendiri dengan kedua telapak tangannya. Takut Sasya dan teman-temannya yang notabenenya merupakan ratu gosip di kelasnya mendengar ucapannya. Putri menghela napas lega karena Sasya dkk sedang tak ada di bangkunya yang dekat dengan pintu masuk. Mungkin lagi kelayapan jadi cabe, batinnya. Keadaan kelas juga cukup ramai dan hanya beberapa yang mencatat termasuk temannya sehingga mereka bisa berbincang tanpa takut ada yang menyebarkan.

"Cadfael?" Milky menghentikan kegiatan menulisnya begitupun dengan Neisya dan Alena yang juga membalikkan badannya menghadap Milky, penasaran. Sedangkan Azizah dan Alya masih anteng mencatat di tempat duduknya karena tak terlalu mendengarkan.

"Itu loh... yang kita bicarain kemaren, yang gendong lo ke UKS tadi..." Gemas Putri. Pasalnya, ia sudah sangat kepo. Sementara Milky yang hampir setiap kali ditanya hanya mngerjap-ngerjapkan mata bulatnya dengan bingung lalu balik bertanya. Ia merasa, Milky itu sangat telmi atau telat mikir.

Milky mengangguk. "Ohh... El? Dia tetangga baruku di depan rumah,"

Putri dan Neisya melotot kaget. "APA?!" Teriak mereka bersamaan membuat hampir seluruh  teman sekelasnya menoleh bingung ke arah mereka, tak terkecuali Azizah dan Alya. Neisya nyengir menatap teman kelasnya sedangkan Putri masih tetap memandang Milky dengan raut kaget dan bingungnya.

"Gimana ceritanya lo bisa tetanggaan? Bukannya rumah di depan rumah lo itu kosong? Ceritain, Mil. Tega lo nggak nyeritain ke kita padahal lo denger pembicaraan kita kemaren," Desak Neisya kepada Milky. Pasalnya, di antara teman-teman Milky, hanya ia yang pernah berkunjung ke rumah Milky, dan pada saat berkunjung, rumah yang hampir tak ada bedanya dengan rumah Milky itu masih kosong, bahkan ia sempat mengira rumah tersebut berhantu. Dan, jika soal kepo-mengepoi, Putri dan Neisya jagonya. Mereka berdua hampir memiliki sifat yang sama, yang membedakan hanya Putri yang jika berbicara terkadang tak disaring.

"Eh, tunggu-tunggu. Cadfael itu siapa, sih?" Tanya Alena yang memang tak mengenal siapa gerangan orang bernama Cadfael yang sedang dibicarakan oleh teman-temannya.

"Oh, lagi bicarain Kak Cadfael?" Tanya Azizah yang sedari tadi menguping dari arah tempat duduknya, sementara Alya telah kembali menyibukkan dirinya untuk mencatat. Mulai lagi gibahnya, batinnya.

"Pertanyaan gue dijawab napa," Celetuk Alena.

"Aduh... jadi gini, ya, Len. Kak Cadfael itu anak pindahan baru. Kelas sebelas. Cakep anaknya. Gue aja tadi pangling pas liat dia," Jelas Putri. Alena manggut-manggut.

"Pertanyaan gue jawab, woi Mil," Kesal Neisya karena pertanyaannya tak kunjung dijawab oleh Milky.

"Jadi..." Milky menjeda kalimatnya membuat teman-temannya semakin penasaran. Milky terkekeh geli sejenak melihatnya. "El itu tetangga aku yang baru pindah kemarin. Dia juga anak temannya Bunda Liana, Tante aku," Sambungnya. Membuat teman-temannya manggut-manggut mengerti lalu entah mengapa mereka melanjutkan pembicaraan mereka ke arah yang lain dan melupakan catatan mereka.

Milky termenung tak ikut berbicara. Tiba-tiba ia teringat akan El dan pembicaraan mereka di taman belakang sekolah tadi. Milky memutuskan untuk tak menjawab pertanyaan Cadfael dan bergegas menuju kelasnya,  dengan alasan sudah pergantian jam dan ia harus segera ke kelasnya untuk belajar, meninggalkan Cadfael yang juga ikut berdiri dan mengambil tasnya dari atas pohon mangga kemudian berjalan menuju kelasnya dengan pertanyaan yang masih menggantung di pikirannya.

~✿✿✿~


Bel pulang berbunyi disusul suara bising yang terjadi pada setiap kelas. Akhirnya, bel yang ditunggu-tunggu telah berbunyi.

"Oke, pembelajaran kita hari ini cukup sampai di sini. Terima Kasih," Kata seorang guru lelaki menutup pembelajaran lalu segera keluar dari kelas Milky.

"Gue pulang duluan, ya. Udah ditungguin sama Kevin di parkiran katanya," Pamit Alena membaca pesan yang dikirimkan Kevin kepadanya lalu membereskan alat tulisnya dan berjalan keluar kelas.

"Ati-ati, Len," Teriak Neisya sebelum Alena keluar dari Kelas. "Gue juga pulang dulu. Udah dijemput sama mobil gue," Ucap Neisya lalu nyengir. Teman-temannya memutar kedua bola mata mereka dengan malas, tahu yang dimaksud Neisya dengan 'mobil' adalah angkutan umum.

"Put, pulang, yuk. Sopir aku udah nunggu di depan juga kayaknya," Ucap Azizah kepada Putri. Mereka berdua memang pulang menggunakan mobil Azizah karena rumah mereka yang searah. Hemat uang, menurut Putri. Toh, Azizah juga tidak keberatan, malahan dia senang karena dapat teman pulang. "Kita duluan Al, Mil," Pamit Azizah diikuti Putri.

"Ati-ati," Ucap Alya. Matanya menatap Milky yang biasanya sudah keluar kelas untuk menunggu jemputannya di halte depan sekolah. "Mil? Nggak pulang? Tanyanya lalu duduk di kursi samping kanan Milky. Teman sekelas mereka juga tinggal sedikit yang berada di dalam kelas. Alya, sih, sedang menunggu parkiran agak sepi agar ia dapat mengeluarkan motornya dengan leluasa.

"Pulang, kok Al. Cuma lagi nunggu Kak Brian jemput aku,"

Alya manggut-manggut. Memang sudah beberapa kali ia melihat Brian mengantar Milky pulang. "Ohh... gitu. Yaudah, gue temenin lo nunggu," Namun, tak sampai lima menit, Alya pamit duluan setelah mendapat sebuah notifikasi dari handphone nya, ada urusan mendadak katanya.

Setengah jam. Milky masih menunggu Brian dengan sabar. Kini tersisa ia di dalam kelas. Mungkin lagi rapat OSIS, tebaknya.

Tak lama, terdengar suara langkah kaki terdengar menghampiri kelas Milky. "Sorry Mil. Tadi ada rapat OSIS. Yuk, pulang sekarang," Ucap Brian dari ambang pintu dengan napas yang agak tersengal-sengal karena habis berlari.

Nah, kan. Benar tebakan Milky. Milky tersenyum lalu berdiri dari bangkunya menyusul Brian. Mereka berdua berjalan beriringan sampai parkiran. Brian naik ke atas motonya diikuti Milky. Tak lama, keduanya meninggalkan area sekolah dengan seseorang yang sedari tadi memperhatikan mereka dengan bantun kacamatanya. Orang itu menghentakkan kakinya kesal. Merasa gerah termakan api cemburu.

~✿✿✿~

Hayoloh hayoloh
Yang ngintip siapa tuhh:V

Yang make kacamata emang siapa, sih??:V

Btw, maaf aku update-nya lama nggak kayak biasanya;(
Besok sama lusa aku up;)
Jadi minggu ini up 3 kali lagiii😁

See you next chap guysss

Too Late To Hold YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang