Bab 16: Mulai Berubah

19 4 0
                                    

Pukul setengah 4 dini hari. Milky terbangun seperti hari-hari biasanya dengan keringat yang membanjiri tubuhnya. Jam 4 tepat, Milky turun ke bawah, ke arah dapur setelah mencuci muka dan menggosok giginya. Liana sudah ada di sana untuk mempersiapkan sarapan untuk keluarganya.

Milky celingak-celinguk mencari keberadaan Emma yang biasanya juga sudah berada di dapur. "Oma mana, Bun?" Tanyanya.

"Eh, kamu sudah bangun. Oma sakit dari tadi malam. Punggungnya sakit katanya. Jadi Bunda suruh istirahat dulu,"

Milky mengangguk mengerti lalu berjalan ke arah Liana, berniat membantu apa yang sedang Liana masak.

"Maaf Bunda baru nanya sekarang," Ucap Liana menggantung dan mendapat tolehan bingung dari Milky. "Kamu kenapa?"

Milky yang paham arah pembicaraan ini menghela napas sejenak. "Kemarin itu, ulang tahun dia... Ulang tahun Lecy. Aku... aku tiba-tiba keingat kejadian itu. Kejadian 5 tahun lalu..." Ucap Milky terbata-bata dengan mata yang berkaca-kaca. Saat menyebut nama Lucy, ia langsung teringat wajah gadis itu 5 tahun lalu yang selalu menemaninya.

Liana mengusap mata Milky yang mulai mengeluarkan bulirnya. "Sudah, sudah. Maafkan Bunda yang kembali ingatin kamu. Kamu sudah membuat surat permintaan maaf untuk Lecy?" Milky menggeleng, rencananya ia akan membuat surat itu tiap tiga hari setelah ulang tahun Lucy dan kejadian itu, karena tepat tiga hari setelahnya, Lecy telah menghilang sampai saat ini. Surat itu, surat permohonan maaf yang setiap tahun Milky buat seperti saat itu, saat di mana ia terlambat memberikannya kepada Lecy yang sudah menghilang darinya.

"Ayo Mil! Semangat! Mana semangat anak Bunda? Ayo semangat! Jangan terpuruk terus. Lecy juga pasti nggak sedih kalau kamu sedih..." Liana memberikan semangat kepada Milky, hal yang sering dilakukannya kepada Milky agar bisa bangkit dan tak terpuruk dengan kejadian itu.

Dalam hati, Milky bertanya-tanya. Apa benar Lecy akan sedih bila ia sedih? Rasanya tak mungkin, kan, nengingat bagaimana kejadian 5 tahun lalu?

~✿✿✿~

Dua bulan telah berlalu. Milky masih bersahabat dengan teman-temannya, masih sering berdebat tentang hal sepele dengan Ray, masih sering melakukan ritual paginya untuk membangunkan Ray dan lain-lain.

Milky juga tampak makin akrab dengan Cadfael. Bahkan, belakangan ini mereka seperti tak terpisahkan. Di mana ada Cadfael di situ ada Milky. Entah sejak kapan semuanya terjadi. Semuanya terasa berlalu begitu cepat bagi Milky.

Sesekali, Milky bersyukur karena telah memilih untuk kembali masuk sekolah umum saat SMA daripada home schooling walau ia tetap merasa rindu dengan Ria. Bagi kalian yang belum tahu, saat awal masuk sekolah ini, Milky agak takut terhadap orang-orang, bahkan ia takut hanya untuk sekedar menatap mereka. Milky rasa, berkat bantuan keluarganya, kelima temannya, orang-orang terdekatnya, Brian, dan tentu saja Cadfael, sekarang ia mulai merasakan perubahan yang berarti dalam hidupnya yang penuh kesedihan. Namun, hal itu tetap tak dapat menghilangkan mimpinya yang tetap terulang dan rasa takutnya ketika melihat kekerasan.

"EL! CEPETAN SINI!" Teriak Milky kepada Cadfael yang sedang berada di dalam mobil. Enggan turun untuk membantunya memakamkan seekor kucing yang mereka lihat telah mati dan mengalir banyak darah dari tubuhnya saat mereka dalam perjalanan untuk ke sekolah pagi ini.

"EL! CEPETAN IH!" Untung saja jalanan itu sepi, sehingga Milky lebih leluasa untuk berteriak. "EL! KALAU KAMU NGGAK TURUN, AKU NGGAK IZININ KAMU KE RUMAHKU SEMINGGU PENUH!" Ancam Milky.

Mau tidak mau, Cadfael turun dari mobilnya, menyusul Milky yang sudah nampak jongkok memerhatikan kucing malang itu. Bukannya ia takut dengan ancaman yang diberikan Milky, ia hanya takut Milky akan marah padanya dan menjauhinya. Ia rasa, cukup orang tuanya saja yang seperti itu. Milky jangan. Dalam beberapa bulan ini, ia merasa Milky sangat berarti baginya.

Too Late To Hold YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang