"Kanara?"
"....."
"Kanara kan?"
"I...iya."
"Inget gak? Aku, Saga."
13 tahun yang lalu.
"Ra....Nara....buruan, keburu mulai. Mereka udah siap-siap tuh."
Kanara, gadis berkacamata itu kini tengah terburu-buru menyelesaikan catatan pelajaran kimia-nya.
"Iyaaaa, bentar."
"Mereka nya udah siap-siap itu. Tuh kan tuuhh Kak Juno udah genjreng-genjreng tuuuuuuhh. CEPETAN IH RA."
"BAWEL IH. AYOK."
Setelah selesainya Kanara mencatat, Kanara pun mengamit lengan Hilda dan langsung mengajaknya berlari ke arah lapangan agar bisa mendapatkan tempat paling depan, tepat di depan panggung.
Hari itu hari terakhir classmeeting di sekolah Kanara. Sebagai penutupan, band sekolah menampilkan kebolehan mereka untuk menghibur teman-teman.
Beranggotakan lima orang yang salah satunya adalah seorang alumni yang tahun lalu baru saja menyelesaikan sekolahnya dan kini baru saja memasuki dunia perkuliahan.Tidak ada gadis yang tidak mengidolakan mereka, salah satunya Kanara.
Bukannya hanya mengidolakan keahlian mereka yang sangat apik dalam memainkan instrumen musik, tapi ada salah satu teman dekat Kanara yang menjadi anggotanya, berdiri dibalik keyboard, melantunkan harmonisasi yang indah ditelinga siapapun yang mendengarnya.•
"Kak Juno makin tampan aja.""Mulai deh mulaaiii."
"Yeeee sirik aja lo." Kesal Hilda yang sedikit mendorong tubuh Kanara. "Eh tapi Ra, tadi Kak Bara keren banget gak sih?"
"Ih dasar gak bisa dikasih cowok ganteng dikit. Semua aja lo demenin."
"Emangnya lo, sok setia." Ucap enteng Hilda meninggalkan temannya yang terlihat kesal.
"Yeeeeee."
Kanara
Hari itu, pertama kali aku melihatnya, di antara barisan motor siswa-siswa yang berjejer rapi, dia dengan ransel besarnya berbentuk sebuah gitar sedang asik mengobrol dengan temannya yang entah siapa.
Tak ada ketertarikan kala itu, hanya sekilas melihatnya dan aku berlalu begitu saja melewatinya menuju tempat di mana temanku menunggu.Hari demi hari tak ada yang istimewa, tak ada yang aneh sama sekali. Namun, satu yang ku sadari. Pandanganku tak pernah tak menoleh ketika dirinya ada. Ketika dia ada di tempat biasa memarkirkan motornya, aku selalu menyempatkan untuk menoleh melihatnya, mencarinya ketika dia tidak ada di tempat biasanya. Hingga saat itu, aku menjadi terbiasa untuk terus melihatnya dan mencarinya.
Aku bisa mengatakan, itu bukan suka apalagi cinta. Karena jantungku terasa biasa saja. Tak ada getaran-getaran seperti yang orang-orang bilang ketika jatuh cinta. Aku hanya terbiasa untuk keberadaannya.
•
"Ga!!! Saga!!!" teriak Bara dari arah kantin menuju koridor kelas menghampiri Saga."Apaan."
"Entar jadi latihan? Jam berapa? Biar gua booking studionya."
"Jadiinlah. Jam empat-an aja."
"Oke." Tanda setuju Bara mengacungkan ibu jari kanannya.
Dari arah yang berlawanan...
"Ra, itu nanti abu gosoknya buat apaan?"
"Buat di ituin ke telornya."
"Di ituin, di apain?"
"Di ituin loh, di apain sih namanya itu—,"
Sedang asik mendiskusikan tugas prakteknya, langkah Kanara terhenti.
"Woy Ra, entar latihan."
"Hah?" Jawab Kanara yang terlihat kebingungan.
"Bukan elo, gue Wira. Ra." Jelas Wira teman Kanara yang sedari tadi berdiskusi dengannya. Bahwa yang dimaksud Bara adalah dirinya.
"Ooh."
"Jam berapa bang?" Tanya Wira kepada Bara.
"Jam empat. Jam empat kan Ga?" Jawab Bara sembari bertanya kepada Saga untuk meyakinkan.
"Iya jam empat aja."
"Okeh, siap bang." Tukas Wira dengan gestur tangannya seperti tanda memberi hormat. "Lah, temen gua tadi mana bang?"
"Mana gua tau."
•
Chat-roomWira : Ra, besok jadinya gua bawa apaan aja?
Kanara : Bawa telor bebek aja, 2 biji.
Wira : udah itu doang?
Kanara : iyaa itu doang
Wira : terus lu bawa apaan?
Kanara : abu gosok
Wira : abu gosok doang? anjir lu yg mahal lu kasih gua
Kanara : hahahaha yaelah telor bebek berapaan sih paling. Entar lu juga lebih pasti minta duit nya. Heleh-_-
Wira : tai lu.
"Siapa sih Ra, sibuk bener dari tadi kaga lepas itu hp."
"Ini bang, ngomongin tugas buat bikin telor asin."
"Tugas kelompok?" Tanya Juno.
"Iyaa. Untung tugas kelompok, kalo enggak, yang ada tuh telor mening gua kasihin ke tukang martabak dah."
"Sama temen lo yang tadi?" Tanya Bara penasaran.
"Iyaa sama dia."
"Cakep tuh Ra, kenalin lah." Ucap Bara dengan gaya genitnya.
"Galak tau bang." Sahut Dimas di balik drum-nya.
"Lah, lu kenal Dim?"
"Nyokap gua sama nyokap dia temenan. Makanya kenal."
"Oooohh. Bentar lagi dijodohin tau lu Dim sama doi. HAHAHAHA." Ledek Bara.
Di satu sisi, di sudut lain ada yang sedang asik dengan gitarnya, dan hanya mendengar dan sesekali tersenyum lembut dengan candaan teman-temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
S A G A
RandomKanara yang menyimpan rasa untuk seorang laki-laki bernama Saga. Berawal dari mengagumi hingga membuatnya jatuh hati. Saga berusaha untuk menyimpan perasaannya begitu dalam membiarkan perasaannya terkubur. Meski tahu ada hati yang akan tersakiti ya...