|2

1.5K 169 5
                                    

"Kanarraaaaaaa......" teriak Hilda yang tengah berlari kecil dari arah parkiran.

"Berisik ih lo Da."

Setiap pagi Kanara akan diantar ayahnya untuk berangkat sekolah dan pulangnya Ia akan menebeng dengan motor Hilda.
Di tengah lapangan kini mereka berjalan menuju kelas. Tertawa seru membicarakan persoalan yang tidak penting di pagi hari.
Tidak ada yang menyadari bahwa sedari tadi ada yang tengah memperhatikan di belakang mereka, sambil sesekali ikut tersenyum yang disembunyikan ketika mendengar celotehan kedua siswi yang masih pagi sudah heboh sendiri.

 Tidak ada yang menyadari bahwa sedari tadi ada yang tengah memperhatikan di belakang mereka, sambil sesekali ikut tersenyum yang disembunyikan ketika mendengar celotehan kedua siswi yang masih pagi sudah heboh sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Saga

Tersenyum manis dia disaat hari masih menguarkan udara pagi. Mendengar suara tawa dan celotehan-celotehannya membuatku ikut tersenyum dihari yang masih cukup pagi dengan diri yang masih belum sepenuhnya tersadar, terlalu malas untuk menjalani hari.

Kala itu pertama kali aku melihatnya, selalu bersama temannya. Seperti saudara kembar yang tak terpisahkan. Tertawa, bertengkar saling memukul, saling meledek satu sama lain. Terlalu seru untukku melihat adegan pertemanan mereka. Hingga salah satu dari mereka membuatku tertarik untuk lebih memperhatikannya.

Hilda Ayunda.

Itu yang aku tahu, nama salah satu dari mereka. Sedangkan yang satunya, biasa dipanggil...

Nara... Kanara.


"Mesen apaan lo?"

"Batagor."

"As always."

"Hehhehe."

Suasana kantin yang masih belum begitu ramai, Kanara dan Hilda kini tengah duduk di bangku panjang kantin sekolahnya, memanjang di tengah dari sisi masuk hingga ke sisi dalam kantin. Sedang menunggu pesanan mereka, tiba-tiba ada seseorang dengan sebuah piring terisi nasi goreng ditangan kanannya, dan es jeruk ditangan kirinya. Duduk di hadapan mereka berdua.

"Sendirian aja kak?" Sapa Hilda.

"Hahha, iya nih." Yang di sapa menjawab dengan tawa canggung.

"Kok gak sama yang lain kak?"

"Masih belom kelar kelas kayaknya, kalo si Bara sih, tuh di pojokkan biasa lagi ngebul."

"Oooh." Belum selesai Hilda ber-"ooh" ria, Kanara yang hanya diam mengaduk batagornya yang baru saja tiba, tak begitu tertarik dengan obrolan Hilda dengan laki-laki yang di depannya kini.

"Kalian berduaan mulu, udah kayak anak kembar aja, ke mana-mana berdua terus."

"Nih, si Kanara kak gak punya temen..." yang disangkakan reflek menengok teman disampingnya dengan tatapan "apaan dah anjir".

"...kasian aku, gak ada yang mau temenan sama dia. Galak sih. Makanya masih jomblo. Jomblo kak, jomblo. Ckckck."

"HEH!!!" Kanara yang dikatai oleh Hilda tak terima memukul lengan temannya membuat Hilda mengaduh.

Saga, hanya tertawa melihat kelakuan dua perempuan di depannya kini.

Ada hal yang tersirat dari kata-kata Hilda yang mengungkapkan ke-jombloan temannya. Seperti memberikan informasi kepada Saga, bahwa kini Kanara masih sendiri.

Hilda tahu, bahwa Kanara mengagumi sosok seorang Saga, bahkan lebih. Kanara menyukai seorang Saga. Kakak kelas mereka yang cukup aktif di kegiatan sekolah, mantan anggota OSIS yang dikenal dengan ketampanannya, keahliannya dalam memetik gitar, dan suara khas-nya.


Kanara

Saga, laki-laki yang beberapa jam lalu duduk dihadapanku, dengan menu favortinya 'nasi goreng' dan 'es jeruk'. Kini sedang asik memainkan tungkainya di bawah sana dengan sebuah bola berasama teman-temannya.

Pertama kali aku mengenalnya hanya terasa biasa. Namun, semakin hari aku mulai terbiasa memperhatikannya. Hingga suatu waktu ada yang tidak biasa yang ku rasa. Ada hal aneh yang menjalari dada hingga ke perutku, serasa tidak nyaman ku rasakan, namun aku menikmati ketidaknyamanan itu.

"Bang satu yaa, gak usah pake saos."

"Plastik apa piring?"

"Plastik aja deh bang."

"Sendirian yak, makanya kaga makan di mari."

"Iyaa, ajudan saya lagi sok rajin."

"Hahaha si eneng bisaan aja."

Petikkan gitar mengalun indah dari sisi sudut kantin, memainkan sebuah lagu kesukaanku. Perlahan mulai terdengar suara khas dari nyanyiannya melantunkan setiap bait pada lirik lagu. Ku tengok dari mana arah sumber suara, hingga aku menemukannya, hal yang tak biasa ku rasakan. Seperti ada yang menggelitik dada hingga perutku. Berusaha keras ku coba tahan dan sembunyikan senyumku, tersihir dengan suara indah yang khas dengan lagu kesukaanku.

 Berusaha keras ku coba tahan dan sembunyikan senyumku, tersihir dengan suara indah yang khas dengan lagu kesukaanku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Cause you are my the only one."

Bait terkahir dari lirik lagu tersebut, mengakhiri penungguanku atas antrean batagor yang tadi ku pesan. Namun, tidak dengan detakan jantungku yang sedari tadi tak karuan, namun tetap mengikuti irama dari nyanyiannya.

Pertama kali ku sadari, aku telah jatuh hati untuknya.

S A G ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang