|10

659 101 0
                                    

"Tar kak Nara sakit apaan?"

"Demam. Abis ujan-ujanan."

"Ujan-ujanan dimana?"

"Gak tau. Pulang-pulang kemaren udah basah kuyup aja kata bunda."

Dimas yang kini sedang berada di rumah Kanara dengan alasan seperti biasa untuk menemui dan bermain dengan Tara, sebenarnya adalah untuk melihat keadaan Kanara yang dia dengar hari ini tidak masuk sekolah karena sakit.

Derap langkah kaki terdengar menaiki anak tangga, tak berapa lama terlihat sosok bunda dan Hilda.

"Kak Hilda?" Tegur Tara.

"Hai." Dengan lambaian tangan dan senyum terkembang Hilda menyapa balik Tara.
"Eh ada Dimas juga?"

"Eh iyaaa kak hehhe." Dimas yang disapa hanya tertawa canggung.

"Tara, Dimas, mainnya jangan berisik. Volume-nya kecil aja. Biar kakak istirahat. Semalem ngerengek mulu dia, pusing katanya, gak bisa tidur."

"Iyaa bunda." Turut Tara dan Dimas yang mengangguk mengerti.

"Yuk Hilda."

"Iyaa tante. Gak apa-apa nih tante. Nanti Hilda ganggu Kanara lagi istirahat lagi tante."

"Gak apa-apa sekalian dibangunin buat makan siang sama minum obat, Naranya."


Bara

Setelah acara perpisahan waktu itu, gue sama anak-anak seangkatan masih harus ke sekolah buat ngurus ini-itu. Macem-macemlah kayak misalnya cap tiga jari, pengambilan SKHUN, sampe gak tau kapan pada akhirnya nanti hari pengambilan ijazah. Dan itu mungkin bakal jadi hari terakhir gue buat dateng ke sekolah tercinta gue... —halaahh, sebelom gue memulai dunia perkampusan.

Hari ini kelas gue kebagian jadwal buat cap tiga jari, ke sekolahlah gue dengan waktu suka-suka gue. Alias gak perlu pagi-pagi kayak biasanya. Walaupun tetep ditentuin waktu buat ngecap tiga jarinya dari jam berapa sampe jam berapa. Setelah kemaren hampir seluruh kelas jurusan IPA yang melakukan cap tiga jari akhirnya sekarang kelas jurusan IPS buat cap tiga di berkas-berkas yang sudah susah payah gue dapetin selama tiga tahun ini. Sekalian ketemu Kanara yang pulangnya bakal gua ajak makan mie ayam di tempat biasa.

"Bang!"

"Oyy Wir."

"Ngapain? Cap tiga jari yak?"

"Yoi."

"Udah cebok belom tuh?"

"Anying juga lu!"

"Hahhaha. Kalem bang kalem."

"Eh gua kesana dulu yaa Wir."

"Oh iyaa bang sip-sip."

Pas gue mau jalan ke kantin, gue papasan sama si Wira. Gaya banget lagi pake basa-basi segala si Wira. Kan niatnya gue mau absen muka dulu sama Kanara sekalian ngajak pulang bareng, ketemunya malah si Wira.

Gak lama gue ngobrol sama Wira, temen Kanara yang biasa barengan mulu sama Kanara lewat, tapi sendirian. Tumben banget enggak berduaan. Biasanya udah kayak lampu sen, kanan-kiri tak terpisahkan.

"Eh, Kanaranya mana?"

"Eh kak Bara. Nara gak masuk kak, sakit."

"Sakit? Sakit apaan?"

"Katanya sih demam."

"Oooh, oke. Thank you yaa."

"Iyaa kak."

ting~

Juno : entar sore studio. Latihan terakhir sekalian ngomongin gimana nasib ini band.

Wira : siap bang.

Dimas : siap bang(2)

Saga : ok.

Siip

Niat gue buat ngejenguk Kanara gue batalin. Setelah dapet pesen digrup, gue putusin buat kongkow-kongkow dulu sama anak-anak kelasan gue sembari nunggu sore abis itu langsung cabut ke studio. Karena gue tau kita semua bakal kepisah-pisah tersebar keseluruh penjuru Nusantara.

Ini serius!

Si Teuku bakal ngelanjutin kuliah di kampung halamannya di Aceh sana, dan si Kemal —entah ada masalah apa— dia mutusin buat ambil kuliah sampe ke daerah papua sana. Katanya sih biar bisa sering maen ke Raja Ampat. Gak heran sih gue, bocahnya emang demen diving, tapi yaaa gak gitu juga kali Mal.

Gue? Gue udah keterima disalah satu universitas... masih pulau di Jawa, bareng Saga yuhuuu~ mayloff~.


"Ra. Cerita sama gue. Lo kenapa?"

"Gue demam Da. Lo gak liat? Nih pegang badan gue panas."

"Bukan itu ih!"

"Yaa terus apaan?"

"Cerita sama gue, kenapa lo sampe bisa basah kuyup gitu, catetan sampe basah semua. Mata lo merah pas ketemu gue. Gue tau lo nahan nangis kan kemaren? Pasti ada apa-apa."


S A G ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang