|11

757 100 3
                                    

"Ra. Cerita sama gue. Lo kenapa?"

"Gue demam Da. Lo gak liat? Nih pegang badan gue panas."

"Bukan itu ih!"

"Yaa terus apaan?"

"Cerita sama gue, kenapa lo sampe bisa basah kuyup gitu, catetan sampe basah semua. Mata lo merah pas ketemu gue. Gue tau lo nahan nangis kan kemaren? Pasti ada apa-apa."

"Gue... kayaknya gak jadi Da bilang perasaan gue ke Saga."

"Hah? Kok? Kenapa??"

"...."

"Ra..."

"Saga punya pacar Da."

"Kata siapa? Tau dari mana lo?"

"Gue liat sendiri kemaren."

"Lo yakin itu pacarnya?"

"Ngeliat cara dia ngerapihin rambut itu cewek sambil senyum manis gitu, apa masih bisa dianggep temen doang? Akal sehat gue sih udah gak bisa nerima statement itu."

"Ra..."

"Gue kenapa-kenapa Da, iya gue gak baik-baik aja. Cuma..."

"Nangis Ra. Kalo lo sedih tuh nangis. Ngapain lo tahan-tahan?!!"

"Udah kok seharian kemaren hehhe."

"Gak pake he he he Nara!"

Meski samar terdengar oleh telinga Dimas. Ia tahu apa yang baru saja ia dengar tidak salah. Kekesalan dalam diri Dimas memuncak kala mendengar tawa palsu Kanara. Dimas tahu Kanara sedang tidak baik-baik saja tepat seperti yang di akuinya.

"Kemana lo?" Tanya Tara, setelah ia melihat Dimas menjauh dari daun pintu kamar Kanara yang tertutup. "Dim..."

"Lo tau?"

"Tau. Dia kakak gue Dim, mana mungkin gue gak tau."

"Terus lo diem aja ngeliat kakak lo sampe sakit gitu?"

"Dim, kak Nara demam doang gak sampe separah itu. Ini juga bukan salah bang Saga."

"...."

"Dim! Dimas!!!"


Wira dan Juno sedang asik mengutak-atik keyboard dan gitar listrik mereka. Menyamai irama yang keluar dari alat musik kesayangannya. Di pojok terduduk Saga yang juga sedang asik memetik gitar akustik kesayangannya. Memainkan nada apapun yang terlintas dipikirannya.

Pintu studio terbuka menampilkan sosok seorang Dimas dengan rambutnya yang sedikit basah karena keringat, dan langsung menghampiri Saga dengan tegak berdiri dihadapan Saga. Saga yang mendongakkan kepalanya bingung, begitu juga dengan Juno dan Wira.

"Bang. Gua cerita ke lo tentang perasaan gua ke Nara bukan bermaksud nyuruh lo mundur teratur bang. Gua tau gua salah udah cerita ke lo, setelah gua tau lo juga ada perasaan ke Nara, tapi apa gua ngehalangin lo buat suka sama Nara? Engga kan? Gua... setelah gua tau lo juga suka sama Nara... gua pikir gua bisa bersaing secara sehat sama lo buat ngedapetin hatinya Nara. Dan disaat gua tau kalo hati Nara bukan buat gua. Gua gak masalah bang. Sumpah. Gua gak masalah. Karena gua sayang sama Nara dan gua tau sebahagia itu Nara suka sama lo!!!"

Amarah Dimas tak tertahan. Semua yang seharusnya ia katakan keluar begitu saja dari mulutnya dihadapan Saga.

"DAN LO JUGA TAU KALO NARA SUKA SAMA LO!"

"Dim... Dim..." Wira mencoba untuk menenangkan Dimas.

Saga yang kini tersudutkan hanya bisa diam. Mengiyakan semua yang diucapkan Dimas.

"Gua gak nyangka lo bisa sebrengsek gini bang."

Setelah menyelesaikan setiap kata yang ingin ia sampaikan, Dimas pun meninggalkan studio. Meninggalkan Juno, Wira, dan Saga dengan segala rasa bersalahnya, dengan segala pikiran kacaunya, dengan segala kekecewaan terhadap dirinya.

Hanya bisa terdiam. Saga merapikan gitar akustiknya kedalam ransel gitarnya. Bersiap meninggalkan studio, tahu bahwa sudah tidak ada lagi urusan dirinya disana. Saatnya menenangkan diri meski tahu akan sangat sulit untuk bisa tenang disaat tahu seseorang yang dicintai tersakiti karena ulahnya sendiri.

"Lo gak bisa dengan gampangnya ngerubah hati perasaan orang Ga." kata-kata Juno menghentikan langkah Saga yang sudah siap mendorong pintu studio.

"Lo bukan Tuhan. Yang bisa seenaknya ngerubah hati manusia. Kalo lo mikir dengan ngebuat Nara kecewa, benci sama lo, dengan cara lo jadian sama cewek lain dan ngebuat dia gak suka lagi sama lo, gak cinta lagi sama lo, gua bakal bilang kalo apa yang lo lakuin salah.
Lo pinter Ga, tapi bego lo juga gak nanggung-nanggung."

Tahu tak ada lagi yang akan diutarakan Juno yang akan semakin menyudutkannya, Saga melanjutkan langkahnya keluar dari studio menuju parkiran dimana motornya berada.

Penyesalan karena telah bertindak tidak sesuai dengan akal sehatnya yang mengakibatkan tersakitinya hati seseorang yang seharusnya ia jaga dan berakhir dengan rasa perih yang ia rasakan dalam dadanya. Dengan tertutup kaca helm, meski tak terlihat dunia setetes air bening perlahan keluar dan turun dari matanya.

Dirinya, kini tengah bersiap untuk menyakiti perasaan yang lainnya.

"Cinta beneran bikin orang jadi bego yaa bang."



S A G ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang