Reyatha - •••••

1.8K 151 11
                                    

hari ini tepat satu tahun hubunganku dengan Rey, dia tidak pernah berubah. tetap seperti Rey yang pertama kali aku kenal.

"pulang nanti tunggu aku selesai latihan dulu ya" kata Rey, akhir-akhir ini ia sering latihan basket sehabis pulang sekolah, katanya, akan ada pertandingan sebentar lagi dengan sekolah lain.

"tidak, aku akan pulang saja bersama Jojo" jawabku

"oh ayolah, nanti siapa yang membawakanku minum?" kata Rey dengan memasang puppy eyesnya.

"hahh baiklah" ucapku pasrah, malas sebenarnya.

"nah begitu lebih baik, aku kekelas dulu" pamitnya, aku mengangguk.

berjalan kekelas seperti biasa, Jojo sudah ada didalam. kami tidak berangkat bersama, dia bilang, tugas Matematika belum selesai.

"wajahmu kenapa?" tanya Jojo

"tidak apa-apa, hanya sedikit tidak bersemangat" ucapku jujur.

apa Rey lupa jika hari ini adalah anniversary kami yang pertama?

"kau ada masalah dengan Rey?"

"tidak, kami baik-baik saja"

"lalu?"

"huhh apa dia lupa jika hari ini adalah hari anniv kita?" ucapku bersungut-sungut

"mungkin dia tidak ingat"

"tidak ingat apanya lupa kutil badak?"

Jojo hanya mengendikkan bahu saja, huftt pulang sepertinya lebih baik, seandainya.

___

"ingin ikut denganku kekantin? kau tidak membawa bekal hari ini" tanya Jojo

"tidak, aku tidak lapar. kau pergi saja"

"baiklah" ucapnya kemudian melangkah keluar kelas.

huftt bosan dikelas.

kursi disebelahku ada yang menarik, tumben Jojo cepat kekantinnya, tapi tidak peduli juga, ku lanjutkan aktifitasku membaca.

tapi sepertinya ini bukan Jojo, bau parfum Jojo tidak seperti ini, ah lebih tepatnya ini adalah Rey.

"kenapa tidak menitip makanan jika tak membawa bekal?" tanyanya, pasti ini kelakuan Jojo.

"sedang tidak lapar"

"makan ini" ucapnya sambil membuka bungkus sandwich sariroti ditangannya.

"kubilang aku tidak lapar Rey"

"makan atau kau mau aku beraksi disini?" ucapnya dengan sedikit ancaman, ah bukan... lebih tepatnya memang mengancam, aku bergidik ngeri.

hahh aku kalah lagi

"iya iya baiklah NONA RAISYA!" ucapku dengan menekankan kata nona Raisya, Rey terkekeh.

"aku pergi dulu, habiskan makanannya" aku mengangguk.

___

sudah jam 4 lebih, tapi Rey belum ada tanda-tanda akan selesai, ia terlihat sangat bersemangat dilapangan sana, senyum dan wajah seriusnya tidak pernah luntur dari sana.

tidak apa-apalah menunggu lama, demi pacar yang tidak tahu diri itu.

15 menit setelahnya, Rey selesai, menghampiriku dengan peluh keringat yang masih setia dibadannya.

kuberikan sebotol air mineral, ia menerimanya lalu meminumnya sampai tandas.

"antar aku keruang ganti" katanya, aku mengangguk kemudian berdiri, berjalan sejajar dengan tubuhnya yang hampir setara denganku keruang ganti.

"mau menunggu disini atau ikut denganku ganti baju didalam?" tanyanya menggoda, oh yatuhan, tolong hapuskan saja makhluk seperti ini.

"tidak, disini saja. kau cepatlah ganti baju Rey!"

"ahaha iya baiklah-baiklah tidak usah cemberut seperti itu juga wajahmu, makin sayang kan" katanya lagi

pipiku seketika memanas, huhh anak ini

"hahaha kiyeowo"

"cepat ganti bajumu Rey" selepas aku mengatakan itu ia melenggang pergi.

"sudah, ayo" kata Rey setelah selesai mengganti baju latihannya dengan seragam.

"kita ketaman belakang dulu" ajaknya.

"untuk?"

"sudah ikut saja"

taman belakang tidak sebagus taman yang ada disamping lapangan, jarang yang datang berkunjung kesini. dan ini adalah kunjunganku yang keempat, mungkin, tidak menghitung.

saat sudah sampai, sebuah tangan melingkar diperutku. Rey, memelukku dari belakang. angin semilir sore ini menambah kesan romantis diantara kami.

"Rey, kau bau keringat" ucapku berusaha melepaskan tangannya.

"biarkan saja, biarkan seperti ini dulu" ucap Rey

matanya terpejam sambil meletakkan kepalanya dipundakku, aku tersenyum. setidaknya, rindu saat-saat bersamanya sudah terobati sekarang.

"aku lelah, kepalaku pusing" katanya, aku memaklumi.

"maaf" katanya lagi, aku mengernyit bingung.

"untuk?"

"seharusnya hari ini kita jalan-jalan, pergi berdua untuk menikmati hari yang ke-365 kita bersama"

kukira dia lupa, maafkan aku Rey.

"tidak apa-apa, begini sudah lebih dari cukup" ucapku.

Rey mengurai pelukannya, kemudian membalikkan badanku menghadap kearahnya.

"semoga ini tidak menjadi 365 hari kita yang terakhir, aku baru merasakannya, dan itu denganmu. aku tidak ingin menuntut apapun, cukup kau selalu denganku. tapi jika suatu saat nanti entah kapan itu, aku meninggalkanmu, marahlah sepuasmu, tapi jangan membenciku, aku tidak bisa"

Rey berbicara panjang dan serius, diakhir kalimatnya ia tersenyum sekaligus meneteskan air mata.

"jangan berbicara seperti itu, kita akan selalu bersama, tidak akan ada yang pergi meninggalkan satu sama lain, jangan menangis" ucapku meyakinkan.

"semoga" Rey tersenyum, lalu mengajakku duduk dibangku taman.

Ia mengeluarkan sesuatu dari tasnya, sebuah buku dan dua buah jepitan rambut.

"untukmu" katanya sambil menyodorkan buku itu

REYATHA, 2017 oleh Azkiya Raisya Nadiva

"novel?" Rey mengangguk.

"itu kisah kita berdua dari awal kau masuk sekolah ini, saat aku mulai menyukaimu sampai satu tahun hubungan kita berjalan melewati setiap masalah"

"aku menulisnya, berhubung pamanku seorang penerbit, aku meminta bantuannya, lalu jadilah novel ini, semoga kau suka" ucapnya, aku terharu oleh sikapnya, selalu bisa membuatku bahagia.

"oh iya, ini untukmu, dan ini untukku" ucapnya lagi sambil memasangkan sebuah jepitan rambut berwarna baby pink dirambutku dan memasangkan sendiri dirambutnya.

"gomawoyo" ucapku, Rey tersenyum.

REYATHA | Completed ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang