31

384 33 3
                                    

"AYAH.. Huhh ayah terlalu masuk kedalam hutan ini. Jadi maaf sedikit terlambat membawa anak ini."

"KAMU!"

"Eh Hai Rara, kamu kaget? Ah pasti enggak dong bukannya kamu sudah curiga saya punya niat yang buruk pada kamu?"

"Kak Rangga, aku gak nyangka kamu... Apa jangan-jangan kamu juga keturunan Daniel Zuo?!" tanya gue kaget.

"Kalau iya kenapa?!!" Teriaknya

"Anak ini, sayang sekali nasibnya, padahal Alinda ini murid yang pandai. Tapi aku harus tega buang dia ke jurang ini!" ujar Pak Mus menyeringai jahat kepada Alinda

"Tolong jangan apa-apain Linda Pak, saya yang salah, Linda gak tau apapun. Kasihan Linda Pak!" Gue memohon dengan sangat.

"Alah cukup dramatisnya, aku buang saja anak ini, dia gak ada gunanya!" Ucap Kak Rangga lalu mendorong tubuh Alinda yang masih terikat itu ke jurang. Sedangkan Alinda yang bercucuran air mata itu mencoba memberontak. Tapi mulutnya tetep gak keluarin suara.

"ALINDAAAA" lalu gue mengaktifkan kekuatan controller gue supaya tubuh Linda bisa terselamatkan, Alinda menangis deras, gue tau dia takut.

Karena mereka tau apa yang gue lakuin sekarang, Pak Mus dengan cepat mendorong gue ke jurang. Gue yang panik itu jadi melepaskan kekuatan controller gue sehingga Linda dan gue terjatuh ke jurang.

Setelah itu gue gak tau apalagi, semuanya, gelap.

***

Sakit!

Itu hal pertama yang gue rasain setelah buka mata. Namun ada hal yang lebih menyakitkan dari luka-luka di tubuh gue ini, yaitu gue yang liat Linda dengan darah yang memenuhi seluruh seragam putihnya. Jelas luka linda lebih parah dari luka gue.

Gue berjalan tertatih-tatih menuju Linda yang belum sadarkan diri. Lalu gue buka ikatan tali yang mengikat tangan Linda.

"Lin.. Lindaa.." Panggil gue dengan suara parau

"Linda bangun, Linda maafin gue Lin, gue salah Lin. Alinda bangun." Panggil gue sekali lagi

Gue mengeluarkan kekuatan controller gue untuk memindahkan Alinda ke dekat pohon tempat gue tadi terbangun. Namun mungkin karena gue yang masih lemah, gue gak bisa memindahkan Alinda meskipun berkali-kali mencoba. Akhirnya gue menyerah.

Gue berdiri, berniat untuk mencari air. Karena gue haus dan luka gue juga luka Linda harus dibersihkan.

Gue gak habis pikir. Jadi, Kak Rangga itu anaknya Pak Mustopa? Dan Pak Mus itu keturunan Daniel Zuo? Otomatis Kak Rangga juga keturunannya?

Pantes aja selama ini Pak Mus selalu judes ke gue padahal ke anak-anak lain gak separah itu. Dan omongan Zaki sama Hansel waktu mereka ketiduran di rumah Kak Rangga dan mereka mimpi Pak Mus, bisa jadi itu bukan mimpi tapi mereka beneran lihat Pak Mus.

Setelah lama akhirnya gue balik lagi ke tempat tadi dengan membawa air.

"Linda.. Akhirnya lo sadar juga. Gue khawatir banget." Ucap gue lalu membantu Alinda untuk duduk

"Ra..ra.. Aku takut." Ungkapnya lalu memeluk gue

"Tenang Lin. Sekarang ada gue." kata gue balas memeluk Alinda.

Lalu gue membantu Alinda untuk duduk di dekat pohon agar bisa bersandar. Gue kasih Alinda air, dan juga membersihkan lukanya pelan-pelan.

"Lin.. Kenapa lo bisa sama si Rangga Mangga pisang jambu sih?" Tanya gue jadi kesel kalau inget orwng yang namanya Ramgga itu tuh.

"Awalnya Kak Rangga datang ke kelas manggil aku. Dia bilang kamu lagi dalam bahaya soalnya kata kak Rangga, kamu dibawa ke mobil salah satu guru secara paksa dan katanya kamu nangis kesakitan. Jadi dia ngajak aku buat selamatin kamu. Disana aku gak mikir apa-apa, pikiran aku cuma inget kamu sama kejadian waktu kita di ruang guru. Makanya aku langsung percaya kamu dalam bahaya. Tapi ternyata, dia bohong." jelas Linda

"Dasar kutu kupret. Awas aja kalau gue ketemu dia sekali lagi." kata gue mengepalkan tangan

"Aku juga gak nyangka Pak Mus itu orang tuanya kak Rangga dan keterunan Daniel Zuo."

"Gue juga gak nyangka Lin, apa mereka udah rencanain ini dari dulu?"

"Bisa jadi Ra, mereka kayanya gunain kamu sebagai alat balas dendam."

"Iya ben-- eh bentar Lin... Nama panjang Pak Mus itu kan Mustopa Zuonudin? Kenapa gue gak sadar ya nama dia ada kata Zuo-nya?  Dulu gue malah jadiin namanya lelucon." ucap gue yang baru sadar nama panjang Pak Mus. Dulu sih gue suka ngakak kalau baca namanya, Zuonudin.

"Rara! Aku baru inget, berarti... Kepala Sekolah kita juga punya kekuatan!"

"Ha? Maksud lo apa nih?"

"Kamu gak tau? Pak Mus itu kan anak kepala sekolah."

"Pudji Zuo Santosa! Wah berarti misi gue yang dulu itu Pak Mus! Oh my god gue gak nyangka."

"Misi kamu?"

"Iya, misi gue dulu harus masukin anak guru yang sekolah di SMK Galaksi Bima Sakti. Gue bodoh banget ya, kenapa baru sadar sekarang."

"Oh gitu.. Ah iya Ra by the way, gimana cara kita keluar di hutan ini. Cahayanya makin gelap Ra. Gue takut."

"Gue juga bingung Lin. Gue gak tau cara bagi sinyal ke pengguna kekuatan lain. Padahal itu pelajaran dasar. Gue jadi nyesel gak belajar itu waktu dulu."

"Yah gimana dong."

"Gimana kalau kita disini dulu buat istirahat, soalnyague tau luka lo lebih parah dari gue. Pasti lo susah kan buat jalan."

"Iya sih Ra, badanku masih sakit. Tapi masa kita disini terus tanpa usaha buat keluar? Aku juga takut ada hewan buas Ra."

"Gini Lin, emang lo tau jalan buat keluar dari sini? Dari pada energi gue ataupun lo dipake buat hal sia sia mending kita istirahat. Jadi paginya kekuatan gue bisa pulih, siapa tahu gue bisa kasih sinyal ke orangtua gue. Gue juga bisa pake kekuatan invisible gue supaya gak ada hewan buas yang liat kita ada disini."

"Yaudah kalau gitu."

Beberapa detik setelah itu, entah kenapa perasaan gue ngerasa bakalan ada yang datang.

****

Maaf lama gak update. Lagi gak ada ide buat nulis. Maklum ya penulis amatir mah gini:(

Aku tuh pengen nulis tapi yah kok gak ada ide buat nulisnya, akhirnya karena aku pengen nulis tapi gak ada ide mau nulis gimana jadi gini nih result nya.. ancur:(

28 September 2019

Next

Super Rara•[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang