"Oh rupanya kamu sudah bangun Raka?"
Gue berbalik dengan cepat dan berlari kearah Raka yang memegang tangannya karena luka oleh petir tadi.
"Raka.. Lo udah sadar, syukurlah." ucap gue
"Ra lo gak apa-apa?" tanya Raka yang dengan bodohnya malah nanya balik, yang kenapa kenapa kan dia.
Ketika mau jawab gue lihat disamping gue ada seonggok sampah yang lagi berdiri menatap kami heran.
Iya seonggok sampah itu maksudnya Rangga.
"kenapa dia?..." tanya Rangga ke Pak Zuo dengan heran.
Pak Mus dan Pak Zuo saling tatap. Lalu kemudian menatap gue. Ini kenapa sih jadi saling tatap gini?
"Kalian lagi rencanain ap-- argggghh, panas.. panass. Kalian apain tubuh gue hah! Panas!"
Gue terus berteriak membuat Raka panik dan langsung berdiri kemudian menyerang Pak Mus dan Pak Zuo meskipun dengan tubuh yang belum stabil itu. Sedangkan gue gak bisa apa-apa karena tubuh gue panas.
Dan hebatnya Rangga, dia menciptakan besi-besi bulat berukuran sedang yang terus muncul dari tangannya dengan kecepatan yang tak terkendali. Dia mengarahkan besi-besi itu ke arah Pak Zuo.
Jujur Raka sering belajar menggunakan kekuatannya, dan ini inovasi baru dari kekuatan besi milik Raka.
Pak Mus dan Pak Zuo berteriak kesakitan karena banyak bola besi itu yang mengenai mereka.
Tapi ini gawat! Bisa-bisa Raka kelelahan karena mencoba hal baru dari kekuatannya itu dengan tak terkendali. Gue harus menghentikan Raka!
"Raka stop.." ucap gue, namun itu sia-sia karena suara gue yang lirih
Gila! Pak Zuo benar-benar gila, kekuatan es-nya bisa membuat gue kepanasan kaya gini. Dan sekarang gue lemas.
Raka tolongin gue.
"Oh ternyata kamu masih disini. Dasar bocah sialan! Rasakan ini!"
Dan gue baru sadar ternyata Kak Rangga membawa pisau ditangannya. Gue langsung memejamkan mata, inikah akhir dari hidup gue? Ingin membawa penjahat kaya mereka ke penjara Daerah Invisible malah sebaliknya. Gue yang mati duluan. Dan Raka terluka. Ini salah gue!
Eh tapi kok dia gak kunjung nusuk gue? Kak Rangga nusuk gue gak sih sebenernya?
Perlahan gue buka mata, betapa terkejutnya gue melihat leher Kak Rangga yang terlilit rantai yang tadi digunakannya untuk menampar pipi Kak Rangga. Dan..gue tau ulah siapa ini.
"Raka! Stop Ka."
"Kenapa Ra? Mahluk kaya dia harus musnah! Dia udah bikin lo dalam bahaya."
"Bukan gini caranya Ka!" ucap gue melirik Ka Rangga yang sepertinya mulai kehabisan nafas. "Kalau lo bunuh dia. Berarti lo sama aja kaya mereka yang udah bunuh Tuan Jeffran!!"
Raka tersadar dan melepaskan rantai itu.
Namun lagi-lagi panas di tubuh gue datang. Membuat gue teriak kepanasan dan perlahan semuanya gelap.
***
Cahaya dari jendela yang menyilaukan membuat gue membuka mata. Eh bentar, loh ini kok gue ada di kamar gue? Jadi yang tadi itu mimpi? Aduuh sialan, gue udah cape-cape nyerang anak buah Kak Rangga yang gue lempar ke tembok, itu cuma mimpi?
"Kakak! Kakak udah sadar?? Syukurlah. Lama banget sih bangunnya. Ak..akuu.. Kha..watir." teriak Rere sambil nangis.
"Rere lo kenapa nangis sih, kaya yang gue mau mati aja! Hapus air mata lo ah. Lo gak pantes nangis. Aneh tau gak, lo kan jarang nangis." ucap gue menatap Rere dengan tatapan aneh

KAMU SEDANG MEMBACA
Super Rara•[END]
Fantasi___----___ Jika waktu masuk kelas tinggal 5 menit lagi tetapi dia masih di rumah, maka cara terbaiknya adalah mengeluarkan kekuatan supernya yaitu 'run fast'. Jika dia dalam mode jail, maka tak segan segan mengeluarkan kekuatan 'controller'nya untuk...