32

430 36 1
                                    

Gue meninggalkan Alinda yang mulai tertidur, mengikuti suara langkah kaki yang semakin lama semakin jelas.

Ah nggak! Sebaiknya gue pake kekuatan invisible, gue takut kalau itu Pak Mus sama Kak Rangga. Kalau itu bener-bener mereka, seharusnya gue balik lagi lagu bawa Alinda pergi atau gue kasih kekuatan invisible gue.

Ketika gue berbalik untuk kembali ke Linda gue denger suara,

"Loh kok titiknya jadi gak ada? Tapi ada satu orang yang gak jauh dari sini."

Mendengar suara yang cukup familiar di telinga gue, akhirnya gue berbalik lagi ke asal suara. Dan ternyata dia,

"Pak Iliyas?!" Pekik gue dan langsung menonaktifkan kekuatan invisible ini.

"Akhirnya ketemu kamu Rara," kata Pak Iliyas memeluk gue, "kita semua khawatir sama kamu."

Fyi, Pak Iliyas punya kekuatan radar. Dia ini belum pernah masuk ke dunia manusia, dia punya peran penting di Daerah invisible, Wakil Ketua Organisasi OBKS. Keren kan?

"Rara takut. Rara pengen cepet-cepet pulang."

"Ayo kita pulang Ra, oh iya menurut info di radar milik saya, ada satu orang lagi di arah sana," katanya menunjuk tepat dimana Alinda berada, "itu temanmu kan?"

"Iya, itu temen Rara. Kok Pak Iliyas langsung tau itu temen Rara?"

"Ayo kita ke teman kamu dulu lalu kita pulang, nanti Om ceritakan secara detail."

***

Sekarang gue udah ada di rumah, Alinda juga ada di rumah gue, dia lagi di obatin dokter di rumah ini karena lukanya yang lebih parah dari gue. Maka dari itu keluarga Alinda juga jadi kumpul di rumah ini.

Mereka semua udah jelasin dari awal. Katanya papah manggil Pak Iliyas karena ternyata gue gak pulang selama dua hari satu malam!

Semua orang panik. Pasalnya papah juga dikasih tahu Raka kalau Alinda juga ilang. Tapi Raka bilang ke papah kalau dia curiga gue sama Linda diculik sama Pak Mus.

Kenapa Raka tau? Nah ternyata sebelum Alinda di tipu Kak Rangga waktu itu, dia nelpon Raka tentang kejadian waktu di Ruang Guru itu. Awalnya Raka gak terlalu percaya Pak Mus ngelakuin hal yang bahaya buat Linda, karena Pak Mus itu Pembina Osis. Dia yakin Pak Mus itu baik. Makanya dia gak percaya. Namun Raka jadi percaya ketika Linda belum pulang padahal saat itu udah jam delapan malam.

Saat itu juga dia minta alamat rumah Pak Mus ke siswa lain, setelah dikasih tau oleh teman sekelasnya dia langsung meluncur ke alamat itu. Namun Raka kaget karena lihat Kak Rangga ada di rumah itu. Dan manggil Pak Mus dengan kata 'ayah'.

Dari sana Raka gak langsung tanya dimana gue dan Linda. Karena Raka tau Kak Rangga itu bukan manusia biasa, maka dari itu Pak Mus yang dipanggil ayah oleh Kak rangga juga pasti bukan manusia biasa. Raka akhirnya ke rumah gue. Dan kasih tau semuanya.

Papah dan Raka langsung pergi ke rumah Pak Mus. Tapi katanya Pak Mus udah gak ada di rumah itu. Mungkin mereka tau kalau papah sama Raka akan pergi ke rumah itu.

Mereka berdua akhirnya pulang karena pada saat itu udah pukul satu malam. Dan berniat meneruskannya esok hari. Dengan bantuan beberapa rekan kerja ayah di Daerah Invisible.

Besoknya Raka gak sekolah untuk nyari gue dan Linda padahal papah udah maksa Raka untuk nyari kita selepas pulang sekolah. Tapi tetep aja Raka maksa.

Akhirnya Papah, Raka dan rekan kerja ayah yang punya kekuatan melihat apa yang terjadi bila menyentuh satu barang (psychometric). Nah temannya Papah ini dengar pembicaraan Pak Mus dan Kak Rangga soal gue dan Linda yang di buang ke jurang di hutan yang jaraknya jauh.

Semua bingung harus mencari di mana. Lalu Rere ngasih saran untuk mendatangi Pak Iliyas di Daerah invisible. Awalnya Papah menolak, karena sudah jelas itu akan merepotkan Pak iliyas, sampai harus pergi ke dunia manusia. Namun karena tidak ada lagi cara lain, akhirnya papah menerima saran itu.

Sore hari Papah dan Raka masuk ke Daerah Invisible menemui Pak Iliyas untuk meminta bantuan. Kemudian permintaan bantuan itu di konfirmasi olehnya. Lalu Pak Iliyas pergi ke dunia manusia dan kemudian menemukan hutan dimana gue dan Linda berada.

Yah seperti itu cerita penyelamatan gue dan Linda. Gue gak kebayang kalau gak ada mereka, mungkin gue juga Linda akan mati karena gak ditemuin mereka.

"Hey ayo masuk di luar dingin." Panggil Raka di depan pintu.

"Eh Raka. Gimana Linda udah beres pengobatannya?" tanya gue

"Udah selesai kok, dokternya juga udah pulang." balasnya

"Gue mau bilang... makasih ya Ka udah bantuin gue."

"Dih apaan gue cuma niat bantuin adek gue aja."

Gue mendelik sebal

"Eheheh canda doang Ra. Gak perlu bilang makasih, gue lakuin ini juga karena gue sayang kalian berdua."

Deg deg

"Ayo masuk. Di sini dingin."

Akhirnya gue masuk untuk liat kondisi Alinda. Kamar tempat Alinda di rawat sedang sepi hanya ada Raka di sana, karena semua orang sedang ada di ruang tengah.

"Sstt Alinda lagi tidur. Mending kita keluar yuk?" katanya berbisik

"Yeuu onta, tadi kan lo yang ngajak masuk." balas gue jadi ikutan berbisik

"Maksud gue, kita sama yang lain di ruang tengah, bukan di luar rumah ontaa." balasnya

"Oh, gue kirain di luar rumah," ucap gue, "Gue gak mau ah, lagian di sana penuh, kaya ada acara aja."

"Emang bener ada acara kok." katanya mengubah suaranya menjadi serius

"Hah? Acara apa? Kok gue gak tau."

"Eh seriusan lo gak tau?"

"Emang ada acara apa? Gue mau keluar deh kalo gitu mau tanya ke mamah." ucap gue akhirnya segera melangkah keluar kamar namun tangan gue di tahan oleh Raka. Sehingga gue berhenti jalan dan berbalik.

"Lo gak tau kalau dua keluarga ketemu, itu tandanya ada mau lamaran."

What?!!!

Ngomong apasih cecunguk ini.

"Cie salting hahahahaha. Pipi lo merah hahahah." katanya menyubit pipi gue

Arrrghhhh!!

Gue lupa yang ada di hadapan gue ini Raka si tengil. Yang harus dibasmi, dikasih racun tikus!!

"Heh enak aja kasih racun tikus!" katanya, mungkin  berhasil mendengar kata-kata gue.

"Bodo amat!" Ucap gue lalu melanjutkan langkah gue yang tadi sempat tertunda oleh Raka gara-gara dia ngomongin hal gak jelas itu.

Ah udah lah. Kesel gue.







***

Pasti banyak typo. Yah maaf dehhh.

6 Oktober 2019

Next

Super Rara•[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang