5 Kepala Srigala

5 1 0
                                    

Hari ini Axelle tengah bersiap-siap untuk pergi kehutan selama 3 hari, hari libur ini dia manfaatkan untuk berlatih apalagi dia sudah melihat Zeline berada satu tingkat dibanding dengan dia.

Barang bawaan Axelle pun hanya seadanya saja botol minum dan pedang. Dia akan berjalan kearah barat karna arah itu yang terbilang paling aman dari clan Blue Eyes, bukan dia takut tapi lebih baik menghindari pertarungan agar bisa lebih lancar.

"Bu aku berangkat....!" Pamitnya.

"Iya, hati-hati...." balas Ibunya.

Ayah Axelle yang juga pimpinan Red Hunter sudah 3 hari tidak pulang karna sibuk di tempat kerjanya atau biasa disebut Red kuil. Walau tidak peduli juga Axelle terhadap Ayahnya namun mengantisipasi sesuatu yang tidak ingin dia harapkan Axelle menyuruh Ibunya untuk memanggil Ayahnya agar pulang.

Dengan dandanan seperti seorang pemburu mungkin tidak akan di curigai oleh orang lain, terutama clan-clan musuh. Kehiduapan di negeri ini sangat-sangat tidak bebas, kesana kesini pasti akan ada pertatungan individu dan jika tidak berhati-hati siapa pun pasti akan kena serangan dadakan dari orang lain.

Baru sekitar seperempat jalan masuk hutan tiba-tiba ada seseorang tengah bertarung dengan 5 ekor srigala hitam yang terkenal sangat buas di hutan ini.

Dan aura cakra yang menyelimuti pedangnya berwarna biru.

"Hyaaat!" Pedangnya membelah satu ekor srigala.

'Keren!' Batin Axelle.

Lalu satu persatu srigala itu dikalahkan dengan mudah. 'Jika aku yang melawan 5 srigala itu pasti akan memakan waktu yang lumayan lama' batinnya lagi.

Saat orang itu ingin pergi Axelle segera memanggilnya. "Tuan....! Tuan! Bisa tunggu sebentar"

Orang itu berhenti lalu menoleh kearah Axelle tengah berlari menghampirinya.

"Jika boleh tau siapa nama tuan?" Tanya Axelle.

"Tidak penting...." jawabnya seraya pergi, namun Axelle mengikutinya.

"Saya Axelle, saya amat sangat kagum dengan teknik pedang barusan"

"Lalu...."

"Bolehkah saya menjadi murid tuan" katanya langsung to the point.

Orang itu tidak menoleh, tidak berhenti pula jalannya yang dia lakukan tersenyum sambil berkata.

"Hanya dengan sekali melihatku bertarung kau sudah ingin menjadi muridku, kenapa?"

"Aku.... ingin menjadi lebih kuat dari hari ini dan aku ingin mengentikan peperangan ini"

Seketika mata orang ini membesar kaget dan berhenti jadi jalannya di ikuti pula oleh Axelle yang melihatnya dengan heran.

"Anu.... tuan, ada apa? Boleh kan ya, saya mohon"

"Oh, enggak gapapa. Jika kau ingin menjadi muridku kau harus menampilkan keterampilanmu dengn cara, bawakan 5 kepala srigala hitam"

"Li-lima kepala srigala.... s-serius?"

"Iya, kenapa? Gak sanggup? Yaudah kau cari saja guru yang lain" ujarnya lalu pergi lagi.

Axelle hanya diam mematung seperti memikirkan sesuatu dikepalanya.

"Jika kau bersedia langsung bawakan 5 kepala srigala itu dan temui saya di tengah hutan ini"

"BAIK! Saya akan bawakan 5 kepala srigala kepada tuan...!" Teriaknya.

Orang yang diketahui bernama Petra itu pun tersenyum tanpa membalas perkataan Axelle yang langsung hilang entah kemana.

10 menit sudah berlalu petra pun tengah memakan buah yang baru dia petik di hutan tersebut. 20 menit pun sudah berlalu masih belum terlihat batang hidung Axelle. Hingga 30 menit masih belum terlihat sosok Axelle.

'Mungkin sudah mati anak itu di telan Srigala' batin Petra. 

Sambil bersender di pohon besar tiba-tiba ada 5 kepala srigala dengan kaki seseorang di belakang kepala tersebut.

"Selesai, jadi aku bisa jadi muridmu bukan...." ucap Axelle dengan nafas ngos-ngosan.

"Terlalu lama, hanya 5 kepala saja butuh waktu lama gimana 20 kepala" hinanya.

"Sial..." sebalnya. ".... jadi... aku gagal" tambahnya seraya duduk lemas.

"Saya tidak pernah bilang kau gagal, mulai hari ini kau resmi jadi muridku"

Bibir Axelle langsung berkembang dan dia terlihat sangat terlihat bahagia.

"Yeeeeeeeeeees!!!!" Teriaknya.

***

Hari sudah mulai gelap api unggun sudah menyala di tengah-tengah mereka agar suhu tubuh mereka tidak kedingingan. Suasana hutan itu sangat sunyi, tenang tidak ada suara apapun selain kayu pohon yang terbakar oleh api.

"Axelle boleh saya bertanya"

"Ya, ada apa guru?"

"Kenapa kamu ingin menghentikan perang sedangkan perang itu sudah terjadi sejak 20 tahun yang lalu"

"7 tahun yang lalu Ayah, Kakek, Nenek, dan Kakakku ikut berperang demi membela clan saat itu aku masih kecil dan tidak bisa apa-apa...."

".... Tapi yang paling menyakitkan saat itu Kakek, Nenek dan Kakakku terbunuh karna perang. Mulai saat itu aku sangat benci yang namanya perang, tapi saat ini aku masih belum bisa apa- apa. Makanya aku ingin menjadi muridmu agar bisa menghentikan perang di negeri ini"

Seketika suasana disana kembali hening dengan hembusan angin yang menusuk-nusuk badan. "Maaf sudah buat kau teringat tentang hal-hal yang sedih" kata Petra.

"Iya tidak apa-apa guru"

"Panggil saja paman, saya tidak setua itu" candanya.

Axelle hanya tersenyum renyah. Tidak lama mereka tidur dengan gubuk yang dibuat oleh Petra yang entah sudah berapa bulan ada di hutan.

***

Esok paginya mereka sarapan dengan buah alakadarnya dan memulai latihan. Latihan pertama mereka adalah sebuah gerakan baru dengan dibarengi keahlian Axelle yaitu kecepatan.

Hingga siang mereka istirahat dan dilanjuti dengan latihan pengaliran cakra ke pedang. Latihan ini sangat sulit karna butuh keahlian dari masing-masing orang, beruntung sejak kecil dia sudah sedikit berlatih.

1 hari berlalu Axelle berlatih dan dia masih menyisakan 2 hari lagi untuk latihan bersama Petra. Mereka jadi makin akrab, Axelle juga sudah tau jika Petra berasal dari clan Blue Eyes tapi karna Petra juga punya keinginan sama seperti Axelle yang ingin melihat negeri ini damai tanpa adanya peperangan.

Sudah hari terakhir Axelle latihan bareng Petra tapi dia masih sulit menyelimuti pedangnya dengan cakra secara menyeluruh dan baru setengah pedang yang terselimuti.

"Siaaaal!" Sebal Axelle.

"Sabar Xel, dengan seiring berjalannya waktu cakra kamu juga sempurna"

"Siap Pam...." perkataan Axelle terhenti karna ada anak panah yang nyaris mengenainya dan meleset kepohon.

"SIAPA ITU! KELUAR!" Teriak Petra.

Tiba-tiba ada 3 orang yang turun dari atas pohon dan berdiri di hadapan mereka. Pakaian mereka serba hitam dengan kepala tertutup dengan tudung pakaiannya.

"Kalian!"

Bersambung....

Bringer Of PeaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang