Sembilan

37 14 0
                                    

NABILA tak berhenti mengumpat dalam hati, semenjak Reyhan si murid baru datang sepertinya namanya juga jadi ikutan bahan pembicaraan di kantor guru. Seorang Nabila hampir di hukum gara-gara membohongi guru.

"Gue enggak bisa terima lo difitnah sama dia. " Ucap Amel berjalan bersebelahan dengan Nabila.

"Sudahlah, ngapain lo pikirin, itu masalah gue." Jawab Nabila.

"Gue enggak terima aja, lo mau dihukum seperti tadi."

"Buy the way, thanks ya bantuannya, kalau bukan karena lo, gue akan mencatat sejarah di sekolah ini, cewek kelas X membersihkan toilet." Amel diam bingung maksud dari ucapan sahabatnya.

"Maksud lo?"

"Lo memang penyelamat gue."

"Tunggu....tungggguuu."

"Kenapa?"

"Sebenanrya bukan gue yang yang nyelamatin lo dari hukuman itu."

"Jadi? Enggak mungkin dong bu Dona berubah pikiran."

"Yang jelas yang gue liat ketika gue mau jumpai lo ke kantor guru, karena lo enggak muncul-muncul sudah selesai istrihat, gue nyusul lo ke kantor guru sebab terakhir kali Dinda liat lo ngantar buku paket bu Tita ke kantor." Amel mengambil nafas.

"Gue sekilas melihat Reyhan dan bu Dona berbicara, disitu Reyhan terlihat memohon-mohon gitu sama bu Dona, sebenarnya gue enggak tau masalahnya apa. Tapi tiba-tiba bu Dona manggil gue ikut sama dia. Makanya gue bisa sama bu Dona tadi jumpai lo di tolilet."Nabila diam memikirkan kata-kata Amel.

"Apa sebenarnya ini?" tanya Nabila dalam hati.

"Apa Reyhan yang meminta agar tidak jadi dihukum? Tapi enggak mungkin, semua ini ulahnya, enggak mungkin dia membatalkannya dan untuk apa dia meminta maaf sama bu Dona." Batin Nabila.

Benar, Reyhan yang sudah menyelamatkan dia dari hukumannya, Reyhan menjumpai bu Dona setelah Nabila sudah berjalan menuju toilet.

"Bu, mohon maaf bu kali ini, masa ganteng-ganteng gini membersihkan kamar mandi, dan saya masih murid baru, harunya masih ada dispensasi bu. Lagian masa ibu percaya Nabila melakukan itu, ibu yang sudah kenal sama Nabila, gue aja yang kenal beberapa jam yang lalu menyimpulkan dia anak baik-baik."

"Enggak bisa,"

"Gue ngelakuin itu supaya dia ngerasain masa SMA itu asyik bu, bukan hanya berteman dengan buku. Gue boleh jujur bu, ketika gue perkenalan di kelas, hanya dia yang tidak mengalihkan pandangannya dari buku ke depan kelas melihat siapa yang berdiri di sana. Gue simpulkan dia anak yang tidak pernah merasakan hukuman di sekolah." Reyhan kok jadi curhat.

"Nabila teman sekelasmu?" tanya bu Dona.

"Iya bu, kalau seandainya ibu tanya Nabila, gue siapa pasti dia tidak tahu bu. Karena sifatnya memang tidak peduli. Sekali-kali ngasih nasihat seperti ini enggak pa-pa kan bu."

"Bukan seperti ini caranya."

"Iya bu, gue tahu, gue salah bu, gue minta maaf bu, dengan ini dia akan sedikit peduli dengan lingkungan sekitarnya." Ucap Reyhan

"Berarti semua ini sumbernya kamu!"

"Benar bu, ini semua fikti belaka bu, gue pengen aja ngajarin dia gimana caranya ngehargain orang lain yang berdiri di depan."

"Perbaiki bahasa mu, kami gurumu bukan teman mu."

"Baik bu. Hapus hukumannya ya bu, saya mohon." Reyhan mengangkat kedua tangannya memohon di depan bu Dona, Serta memperbaiki gaya bahasanya.

RnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang