Rekomen sambil dengerin lagu barunya AKMU, gaes... ^^
.
.
.
Dilarang menyalin, menjiplak sebagian atau pun keseluruhan isi cerita dan mempublikasikannya tanpa seizin saya.
.
.
.
Bab 17. Kugenggam Tanganmu
.
.
.
Eve terbangun dengan suasana hati dan sakit kepala kuar biasa. Wanita itu mengerjapkan mata, berusaha menyesuaikan penglihatannya dengan cahaya di dalam ruangan. Sinar matahari menembus kaca jendela besar di sisi kanan membuatnya sedikit terganggu. Eve mengerang, susah payah mendudukkan diri hanya untuk mendapati pakaiannya sudah berganti.
Ia mengerjap pelan, mengurut kening yang berdenyut sakit. Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa dia bisa berada di sisi? Ini dimana?
Pertanyaan-pertanyaan itu melintas di dalam kepala yang masih belum sadar sepenuhnya. Eve kembali mengerang, berusaha mengingat kejadian tadi malam. Nihil. Dia tidak mengingat apa pun.
"Kau sudah bangun?"
Pertanyaan itu langsung membuat Eve waspada. Dia menarik selimut yang menutupi sebagian tubuhnya hingga ke dada. "Kenapa kau ada di sini?" Ia bertanya dengan nada menuduh, seolah Jung Woo seorang penjahat. "Aku ada dimana?" Matanya mengikuti pergerakan pria yang ada di dalam ruangan itu. Jung Woo mendudukkan diri di sebuah kursi sofa berwarna putih gading di sisi kanan ruangan, membelakangi jendela besar dengan pemandangan Kota Seoul. Di luar, salju turun dan suhu masih berada di minus delapan derajat celcius.
"Kau belum menjawab pertanyaanku," kata Eve saat Jung Woo tidak menjawab. Tatapan pria itu entah kenapa membuatnya gelisah. Sikap Jung Woo saat ini membuat Eve gelisah. "Kim Jung Woo—"
"Seseorang memasukkan obat tidur dan obat perangsang ke dalam minumanmu tadi malam."
Penuturan Jung Woo membuat Eve menutup kembali mulutnya yang sudah setengah terbuka. Ia menelan kalimat yang sudah berada di ujung lidah. Wanita itu memusatkan pikiran, berusaha mengingat kejadian tadi malam. Lagi-lagi nihil. Dia tidak mengingat apa pun.
"Jika bukan karena Jae Yong, kami mungkin tidak bisa menyelamatkanmu."
Eve mengerjap. "Jae Yong?" beonya, heran.
Jung Woo mengangguk. Ia mengubah posisi duduknya, bertopang kaki. "Jae Yong bekerja sambilan sebagai pelayan, dan secara tidak sengaja dia mendengar pembicaraan seseorang yang merencanakan sesuatu untuk menjebakmu."
Hening.
Eve menutup kedua mata, lekat. Diembuskannya napas berat. Ah, dia memang tidak mengingat apa pun setelah menghabiskan minuman yang disodorkan oleh seorang pelayan untuknya.
"Aku membawamu ke tempat ini," lanjut Jung Woo. "Pelayan hotel yang mengganti pakaianmu, jadi kau bisa tenang dan berhenti berpikiran buruk tentangku!"
Eve memutar kedua bola mata. "Aku lapar," ucapnya mengejutkan Jung Woo. Sikap tenang wanita itu berhasil mencairkan suasana tegang di dalam ruangan. "Apa kau sudah memesan sesuatu untukku?"
Jung Woo tidak langsung menjawab.
"Aku akan menghajarmu jika kau tidak menyiapkan makanan."
Jung Woo tersenyum simpul. Ia menyisir rambut dengan jemarinya sembari bergerak, berdiri dari tempat duduknya lalu menunjuk ke arah meja rias. "Pakaian ganti sudah kusiapkan. Mandi lalu bergabung denganku untuk sarapan."
KAMU SEDANG MEMBACA
TAMAT - Lavender Dreams
Lãng mạnVERSI LENGKAP BISA DIBELI DI GOOGLE BOOK/PLAY Lavender Lee, wanita berusia tiga puluh tahun lahir dari salah satu keluarga terkaya di Korea Selatan. Sosoknya yang karismatik, dan tegas seringkali membuat ia ditakuti oleh orang-orang di sekitarnya. ...