Bab 14. Gunung Es

3.4K 552 38
                                    

Dilarang menyalin, menjiplak sebagian atau pun keseluruhan isi cerita dan mempublikasikannya tanpa seizin saya.

Source pics : pinterest

.

.

.

Bab 14. Gunung Es

.

.

.

Bohong jika Sunny tidak menaruh dendam terhadap Eve. Semua rencananya untuk mengikat Eric harus berantakan karena campur tangan wanita berhati besi itu. Eve menggenggam gelas winenya erat. Amarahnya semakin tidak terkendali. Berani sekali putri sulung keluarga Lee itu mengancam keluarganya.

Tidak bisa, pikir Sunny. Dia harus membalas perbuatan Eve. Wanita itu harus hidup dengan menanggung rasa malu hingga skhir hayatnya. Namun, pembalasan seperti apa yang cocok untuk seorang wanita seperti Eve?

Di luar, salju masih turun. Pandangan Sunny menerawang jauh, menmbus pekatnya malam yang menyelimuti Kota Seoul. Lampu jalan dan mobil berkelip, menyemarakan suasana malam yang dingin. Sebuah pemikiran yang melintas di kepalanya membuat Sunny tersenyum tipis. Ia meneguk sisa cairan di dalam gelas dalam satu tegukan besar. "Aku akan membuatmu menyesal!" janjinya, penuh dendam.

Sementara itu di apartemennya, Jung Woo tidak bisa percaya akan apa yang baru saja selesai dibacanya. Laporan dari detektif swasta yang ia sewa tidak mungkin ada kesalahan. Dia membaca laporan itu hingga berkali-kali.

Ia membanting map di tangannya dengan frustrasi. Dari semua orang di dunia ini kenapa harus Eve? Kenapa harus wanita itu? Kenapa harus wanita yang dicintainya?

Jung Woo berteriak, menumpahkan semua rasa sakit yang ada di dalam dadanya. "Kenapa harus Eve?" Teriakan pria itu hanya dijawab keheningan panjang. Ia tertunduk, jemarinya saling bertaut. Jung Woo merasa hidupnya dipermainkan oleh nasib.

.

.

.

Eric menaikkan satu alis tinggi saat melihat Eve menuruni anak tangga dengan santai, pagi ini. "Mau kemana?" tanyanya, terdengar biasa. Sam yang sudah setengah jalan menuju dapur segera menghentikan langkah, tatapannya tertuju ke kakak perempuannya yang kini sudah berada di lantai pertama.

"Pesta Keluarga Hong. Aku perlu belanja." Eve menjawab pendek. Dia melanjutkan langkahnya yang tertunda karena pertanyaan adik keduanya. "Apa?" tanyanya saat mendapat tatapan aneh dari Sam. "Apa kalian tidak pernah melihatku belanja?"

"Sepagi ini?"

Eve mengangkat bahu, ringan. "Ada urusan lain yang harus kuurus sebelum pergi belanja." Ia menjawab pertanyaan Sam dengan santai. Di ruang makan, Bibi Kim menyambut ketiganya dengan senyum ramah. Ia menuangkan jus jeruk untuk Eve lalu menuangkan kopi untuk kedua tuan mudanya.

"Aku bisa mengantarmu." Eric menawarkan jasa dengan rendah hati. Ia balas menaikkan satu alis tinggi saat kakak perempuannya melakukan hal yang sama. "Apa aku tidak boleh mengantarmu?"

Bibi Kim tersenyum simpul melihat interaksi ketiganya. Dengan langkah halus dia menuju dapur, memastikan pelayan menyelesaikan pekerjaannya dengan baik.

"Aku hanya akan membuatmu bosan," kata Eve, tenang. Ia meletakkan roti yang baru dihabiskan setengahnya ke atas piring. Eve mengembuskan napas keras sebelum kembali bicara dengan nada tenang yang sama. "Apa kau tidak memiliki pekerjaan hari ini?"

Eric tidak menjawab.

"Tidak perlu khawatir," lanjut Eve. "Jae Yong akan menemaniku belanja hari ini."

TAMAT - Lavender DreamsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang