Dilarang menjiplak, menyalin dan mempublikasikan karya-karya saya tanpa izin penulis.
.
.
.
Bab 24. Dua Pilihan
.
.
.
Happy reading!
.
.
.
Kepala sekolah duduk dengan sikap tenang walau berada di bawah tekanan Pak Kim yang datang bersama sepuluh wali murid. Kedatangannya tentu bukan tanpa maksud. Pak Kim tetap bersikeras menginginkan Jae Yong dikeluarkan dari SMA Hwang.
"Kepala sekolah sebelum Anda pasti sudah menidak tegas bocah ingusan itu," kata Pak Kim, masih berapi-api. Dia duduk berpangku kaki, menatap lekat kepala sekolah yang tetap bersikap tenang di bawah intimidasinya.
Ada jeda pendek sebelum Pak Kim kembali bicara dengan nada sama, "Anda baru dua bulan menjabat di sekolah ini, bukan? Bayangkan bagaimana masa depan Anda jika pihak luar mengetahui mengenai kejadian memalukan yang dilakukan salah satu murid Anda."
Kepala sekolah tidak langsung menjawab. Ekspresinya begitu teduh saat menjawab, "Terima kasih karena Anda sudah mengkhawatirkan masa depan saya, Pak Kim, tapi sepertihalnya Anda, saya pun mengkhawatirkan masa depan murid-murid saya."
Ia menjeda untuk mengambil napas panjang. "Saya sudah mempelajari latar belakang Jae Yong. Selama hamper tiga tahun sekolah di sini, dia tidak pernah memulai keributan—"
"Bukankah dia pernah berkelahi dengan beberapa murid sebelumnya?" potong seorang wali. Wanita itu berumur paruh baya, dengan potongan pendek modis dan pakaian serta perhiasan mahal melekat di tubuhnya. Wajah tirus serta mata kucingnya membuat ekspresi wanita itu terlihat sinis. "Saat peristiwa itu terjadi, Anda belum menjabat menjadi kepala sekolah di sini. Mungkin Anda tidak tahu tentang kejadian itu."
Kepala sekolah mengangguk. "Saya sudah membaca mengenai laporan itu, dan bukan Jae Yong yang memulai perkelahian itu. Dia hanya membela diri, tidak lebih. Bukti dan para saksi sudah membuktikan ketidakbersalahannya."
"Bukan berarti dia bebas dari tindakan kriminal," sambar seorang wanita paruh baya lain. Rambut keritingnya bergerak pelan saat dia mencondongkan tubuh lalu mengetuk meja kayu beberapa kali. Mereka memang duduk melingkari meja panjang di ruang rapat saat ini. "Dia bisa mencoreng nama sekolah dan membawa pengaruh buruk untuk murid-murid lain. Jae Yong harus segera dikeluarkan dari SMA Hwang!"
Ruang rapat pun menjadi riuh untuk beberapa waktu hingga sebuah ketukan menghentikan kegaduhan di dalam ruangan itu. Eve dan Jung Woo melangkah masuk ke dalam ruangan dengan dagu diangkat. Keduanya menjabat tangan kepala sekolah lalu memberi salam kepada semua wali murid serta Pak Kim yang ada di dalam ruangan itu.
"Ah, aku baru ingat jika Nona Lee merupakan wali angkat dari Jae Yong," kata seorang pria yang merupakan wali juga keluarga dekat Pak Kim. Ia membetulkan jas abunya lalu lanjut bicara, "Kami tetap tidak bisa mentolerir perilaku anak walimu, Nona Lee. Akan sangat buruk jika kami mentolerir perilaku kriminal Jae Yong hanya karena dia anak perwalianmu."
Eve tidak langsung menjawab. Sebenarnya Jung Woo melarangnya untuk ikut, tapi Eve bersikeras untuk datang karena Jae Yong anak perwaliannya, bukan anak perwalian Jung Woo. Eve memiliki tanggung jawab untuk datang. "Apa Anda semua sudah mendengar cerita secara keseluruhannya?" Tanya Eve, dengan tenangnya. Ia menyisir semua wajah yang ada di dalam ruangan itu, satu per satu. "Atau hanya mendengar cerita dari salah satu pihak saja?"
KAMU SEDANG MEMBACA
TAMAT - Lavender Dreams
RomanceVERSI LENGKAP BISA DIBELI DI GOOGLE BOOK/PLAY Lavender Lee, wanita berusia tiga puluh tahun lahir dari salah satu keluarga terkaya di Korea Selatan. Sosoknya yang karismatik, dan tegas seringkali membuat ia ditakuti oleh orang-orang di sekitarnya. ...