(9)Keong Mas

382 99 109
                                    

"Dia ...."
































"Udah pasti cewek lo sih," potong Airin.

Bintang diam sejenak.







"Bukannya cewek gue, itu lo ya?"

"Eh?" Airin mengerjapkan mata bingung.

Hening di antara keduanya.

"Ha ha ha ha." Airin tertawa yang dibuat-buat. Lalu menepuk bahu Bintang pelan. "Apaan sih lo? Gue kan cuma bilang pura-pura." Di depan Elsa, tambahnya dalam hati.

Bintang diam seperti sedang berpikir. "Besok gue mau ketemu sama dia," ucapnya setelah diam lama.

"Oh ya bagus dong," sahut Airin tak memberikan komentar banyak.

"Gue jemput lo besok."

"Ha? Kok gue?" Airin jadi mengernyitkan dahi.

"Temenin gue."

"Ogah!" jawab Airin mentah-mentah.

"Kenapa nggak mau?"

"Kenapa harus mau?" balas Airin.

"Kalo nggak mau, gue turunin lo di sini nih!" ancam Bintang.

Airin mendelik. Berani sekali cowok ini mengancamnya.

"Sok atuh silahkan!" ucap Airin tidak takut. Ia yakin cowok ini gak bakalan tega menurunkannya di sini.

Airin kelimpungan sendiri saat motor Bintang mulai benar-benar menepi.

Seriusan nih cowok?

Emang gila kali ya.

Motor Bintang benar-benar berhenti. Airin beneran di turunin di tengah jalan. Ralat. Di pinggir jalan maksudnya.

Tidak ada pilihan lain. Airin tidak mau jalan kaki dari sini. Bisa pingsan kali. Ikut upacara aja Airin setengah jalan, abis itu lebih milih duduk di UKS.

Ponsel Airin juga di tinggal di rumah, sedang dicharger. Di sini juga jarang ada angkot lewat malem begini.

"Iya gue mau!" sungut Airin sebal.

Bintang kembali menjalankan motornya sembari tersenyum kecil.

Kali ini tidak ada pembicaraan sama sekali. Bintang yang fokus menyetir sedangkan Airin memandang jalanan sisi kirinya. Memandangi pemandangan malam sambil menikmati angin malam yang sejuk. Mungkin karena itu, kini kantuknya tiba-tiba datang. Airin menguap. Kelopak matanya memberat. Sayup sayup ia menutup mata, tapi kemudian menggeleng, membelakkan mata, dan mengangkat alis tinggi tinggi untuk menyadarkan diri agar tidak tidur di atas motor begini. Dalam hati ia juga merutuki, kenapa cafe tadi jauh sekali dengan rumahnya.

Duukk

Bintang merasakan sesuatu membentur helm bagian belakangnya. Ia melirik lewat kaca spion, melihat Airin yang menahan kantuk. Cowok itu jadi menepi lagi. Menoleh ke belakang lalu ke depan lagi.

Cewek ini merepotkan saja. Kalo jatuh kan bahaya.

Bintang menarik kedua tangan Airin lalu melingkarkannya di pinggang cowok tersebut.

Airin yang hanya memikirkan bahwa dirinya ingin tidur, tak memprotes. Ia menyandarkan wajahnya pada punggung Bintang, lalu memejamkan mata. Ia tidak mampu lagi menahan kantuknya.

Bintang kembali melanjutkan perjalanan.

***


Setelah mengantarkan Airin pulang, Bintang pulang ke rumahnya dan langsung menghempaskan tubuhnya di sofa ruang tengah. Tak sengaja matanya melirik ke meja di sampingnya. Sebuah toples bekas sosis yang terisi setengah air dan seekor hewan, menarik perhatiannya.

BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang