***
Meski tangan tak saling menggenggam namun bagi mereka bahagia tak pernah padam
***
Bintang memasuki ruang Laboratorium Biologi. Untuk pertama kalinya ia masuk ke ruang ini, selama dua tahun lebih sekolah di sini. Jurusan IPS yang dipilihnya tidak memuat pelajaran biologi. Terlihat Airin sedang duduk di atas meja panjang yang biasa digunakan untuk praktikum.
Bintang menghentikan langkahnya di depan cewek itu. Nafasnya terengah karena lari tadi. Ia membungkukan badan. Kedua tangannya memegangi lutut menopang badannya.
Airin tersenyum miring. Akhirnya seseorang yang ditunggu telah tiba di depan mata. Ia memperhatikan cowok di depannya yang masih mengenakan kaos olahraga.
"Mana ... ba ... ju ... gu ... e ....!?" tanya Bintang sambil mencoba mengatur nafasnya. Keringat mengucur dari dahinya.
"Eh, eh tenangin diri lo dulu dong!" kata Airin. "Tarik nafas sebanyak-banyaknya ...." cewek itu mulai menghirup oksigen sebanyak-banyaknya. Memeragakan seperti pelatih senam ibu-ibu yang sering dilihatnya setiap minggu pagi di Alun-alun Kota. "Terus buang pelan-pelan ...." ucapnya kemudian kali ini sambil menutup matanya.
Bintang menegakkan tubuhnya. Tanpa sadar ia mulai meniru gerakan cewek itu tadi.
Airin terkikik geli. Lucu aja gitu, ngeliat cowok kayak Bintang ini. Yang nurut sama perkataannya.
"Balikin baju gue!" ujar Bintang seusai melakukan gerakan yang diajarkan Airin.
Airin menggeleng-gelengkan kepalanya sambil menipiskan bibir, tanda bahwa ia tidak akan memberi tahu.
Bintang berdecak sebal. Maunya apa sih nih cewek. Dari kemarin mengganggunya terus-terusan. "Balikin sekarang!" geramnya. Cowok itu mengedarkan pandangannya ke ruangan ini. Bisa saja bajunya diumpetin di sudut-sudut ruangan.
Tapi nihil.
Dia tidak melihat baju miliknya.
Airin tetap bungkam. Ia tak peduli Bintang yang mulai emosi.
"Balikin baju gue! atau lo ....!"
Bintang menuding Airin."Atau...???" tanya cewek itu penasaran. Apa sih ancamannya?
"Gue bakalan laporin lo ke BK!"
Airin tertawa.
Bintang terperangah. Ia lupa bahwa cewek di depannya ini sudah sering keluar masuk BK.
"Gue bakalan laporin lo ke kepsek!" ancam Bintang lagi.
Airin diam.
Sedetik kemudian tawanya pecah lagi. "Kalo lo berani, silahkan ...." balas cewek itu menantang.
Bintang menurunkan tangannya sambil mengantup bibirnya. Airin yakin cowok di depannya ini gak bakalan berani lapor ke kepsek.
Kepsek di sini terkenal nyeremin.
Itu sih pendapat murid-murid yang gak berani atau lebih jelasnya gak mau di tanya ini itu dan lain sebagainya. Jadi, murid model kayak Bintang ini udah pasti kabur duluan kalo denger ada kepsek.
"GUE BAKALAN LAPORIN LO KE POLISI!" tandas Bintang jadi geretan sendiri pada cewek di depannya.
Airin sedikit terkejut karena suara Bintang yang lumayan membuat telinganya sakit. Dia mengernyitkan dahi, berpikir sejenak. "Lapor polisi ya?" ulangnya sambil mengangguk-anggukan kepala. "Gue juga bakal laporin lo ke polisi!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bintang
Novela Juvenil"Kalau ada apa-apa bilang. Jangan cuma diam. Biar orang yang sayang sama lo tahu apa yang harus dia lakukan." Airin termangu dengan perkataan Bintang tadi. Airin sangatlah tahu arti di baliknya. Airin berbalik menatap ke manik mata cowok itu tepat. ...