Musik adalah cara ia mengenangnya. Menghilangkan rindu yang menyerbu. Mengikhlaskan atas rasa kehilangan.
⭐⭐⭐
Bintang keluar dari kelas setelah bunyi bel pulang telah berlalu 20 menit yang lalu. Hari ini ia ada jadwal latihan dengan Elsa, untuk lombanya yang sekitar seminggu lagi. Mungkin Elsa sudah menunggunya di ruang musik, karena memang kebiasaan cewek itu yang selalu disiplin soal waktu.
Bintang kali ini datang agak telat. Itu disebabkan karena ia tidak ingin jadi artis dadakan di sekolah yang ditanya sana sini. Topik mengenai Bintang dan Airin masih hangat di penjuru sekolah ini.
Bintang melangkah memasuki ruang musik. "Maaf. Nunggu lama ya?"
Gadis berambut panjang itu, Elsa. Tersenyum simpul kemudian menggeleng pelan.
"Kita langsung latihan aja ya," kata Bintang sembari meraih gitar kemudian duduk di kursi tinggi di samping Elsa.
Elsa mengangguk, mulai menyiapkan suara merdunya.
Keduanya pun mulai berlatih.
Elsa bernyanyi. Bintang mengiringinya dengan petikan gitarnya.
Meski tidak ada guru yang mengawasi mereka terus berlatih. Guru musik mereka bilang harus terus latihan untuk mendapatkan hasil yang memuaskan.
Diluar dari itu, Bintang sangat mencintai musik. Musik sudah mendarah daging baginya. Dari kecil ayahnya selalu mengajarinya bermain musik. Sampai beliau meninggal, Bintang tak pernah membenci musik meski musik selalu mengingatkannya akan kenangan indah bersama sang ayah.
Musik adalah cara ia mengenangnya. Menghilangkan rindu yang menyerbu. Mengikhlaskan atas rasa kehilangan.
Musik segalanya baginya.
Baru lima belas menit berlalu. Elsa berhenti bernyanyi. Beranjak dari duduk dan mengambil tas ranselnya.
"Loh, Sa. Ko udahan? Baru sebentar loh ini?" tanya Bintang kebingungan pada Elsa yang sedang mengorek tas.
Elsa tersenyum sambil menyerahkan sebotol air mineral pada Bintang. "Di saat latihan, kita harus fokus. Percuma dong kita latihan kalo lo nya disini tapi pikiran lo ke mana-mana."
Bintang terkesiap. Ternyata cewek ini tahu bahwa dirinya sedang memikirkan sesuatu. "Sorry Sa," keluh Bintang. Memang sejak tadi dirinya selalu memikirkan kejadian siang tadi.
"It's okey. Kita bisa latihan nanti lagi. Hari ini cukup. Gue pulang duluan ya." Elsa bergegas lalu keluar dari ruang musik setelah mendapat anggukan dari Bintang. Sebenarnya sedari tadi, Elsa mencoba mentegarkan hatinya. Elsa sangatlah kecewa. Apalagi dengan kehebohan tadi siang. Elsa bahkan melihat Bintang yang rela menggantikan posisi Airin yang dihukum.
Jadi begini rasanya menyukai orang diam-diam? Elsa tersenyum miris. Ternyata menyakitkan dan hanya terpendam.
Tinggallah Bintang sendirian di ruang itu. Bintang menunduk. Mengacak rambutnya. Rasa bersalah menyelimutinya. Dan fikiran-fikiran aneh berkejaran di kepalanya.
Apakah gadis itu akan baik-baik saja? Bagaimana kalau terjadi sesuatu? Dan itu karena Bintang? Bintang menggerang frustasi.
Bintang pun beranjak. Memutuskan untuk pulang saja, daripada berlama-lama disini dengan fikiran-fikiran yang membuatnya frustasi. Lama-lama bisa jadi gila nanti.
Sekolah sudah sepi. Bintang menyusuri koridor yang lenggang. Benar-benar sunyi. Hanya ada suara burung-burung yang mulai kembali ke sarang dan suara sepatunya yang beradu dengan lantai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bintang
Novela Juvenil"Kalau ada apa-apa bilang. Jangan cuma diam. Biar orang yang sayang sama lo tahu apa yang harus dia lakukan." Airin termangu dengan perkataan Bintang tadi. Airin sangatlah tahu arti di baliknya. Airin berbalik menatap ke manik mata cowok itu tepat. ...