Setelah menempuh perjalanan selama tiga puluh menit, Bintang akhirnya sampai ke tujuan."Terima kasih, Pak." Bintang mengangguk sopan.
Ketika tangan Bintang akan membuka pintu, Bapak itu berseru.
"Eh tunggu, Nak!"
Bintang jadi batal turun dari mobil.
Duh! Jangan-jangan minta bayaran lagi!, cemas Bintang dalam hati.Bapak itu memberi sebuah paperbag yang di ambilnya dari jok penumpang yang kemudian diterima Bintang dengan bingung.
"Ini apa, Pak?" tanya Bintang lalu membukanya.
"Baju buat kamu. Katanya kamu mau ikut lomba nyanyi kan? Masa pake pakaian yang sudah kusut gitu?" ucap si Bapak dengan ramah.
"Buat saya?" Bintang melihat Bapak itu mengangguk.
"Tapi ini masih bagus," komentar Bintang menyentuh baju di dalam paperbag itu.
"Itu punya anak saya, udah gak ke pake. Kekecilan soalnya. Tapi kalo di pake kamu kayaknya muat kok. Daripada dibuang? Sayang kan?"
Bintang menatap si Bapak merasa bersalah tadi sudah sempat salah paham.
"Terima kasih banyak, Pak. Kalo gitu saya pamit dulu. Assalamu'alaikum," Bintang membuka pintu di sampingnya, keluar dari mobil.
"Waalaikumsalam," jawab si Bapak memandang Bintang yang keluar dari mobil. Pemuda itu mengangguk lagi kepadanya sebelum benar-benar pergi.
Bintang berlari masuk ke gedung itu. Masih ada waktu untuk berganti baju. Ia berbelok menuju toilet untuk berganti.
Bintang langsung saja masuk ketika ia menemukan toilet.Tidak butuh waktu yang lama, Bintang keluar toilet. Dan langsung saja kembali berlari menuju ke ruangan dimana Elsa sudah sejak dari tadi menunggunya.
Bintang membuka pintu yang terbuat dari kaca itu. Kemudian memasukinya. Kepalanya mencari cari sosok Elsa di antara para peserta.
Ketemu. Ia melihat Elsa yang sedang duduk dengan raut wajah yang gelisah.
Bintang menarik nafas menghembuskannya pelan. Mengatur nafasnya yang sempat terengah karena berlari tadi. Ia mulai melangkah mendekat ke Elsa.
"Bintang!" Elsa memekik kecil menatap cowok di depannya yang ditunggunya sedari tadi. Ia berseru senang bahkan refleks berdiri menyambut Bintang.
Bintang tersenyum riang mendapati Elsa yang justru memekik senang ketika ia datang. Di saat kebanyakan cewek marah karena menunggu, Elsa justru sebaliknya. Dia tidak marah sama sekali.
Malam ini Bintang akui, Elsa terlihat sangat cantik. Rambut panjangnya yang biasa tergerai, kini di cepol satu ke atas dengan rapi. Memperlihatkan leher jenjangnya yang indah. Wajahnya dipolesi make up tipis. Tubuhnya dibalut dress selutut lengan pendek berwarna navy. Yang sangat pas di tubuh ideal Elsa yang seperti model itu. Ditambah lagi sepatu heelsnya yang tidak terlalu tinggi dan berwarna sepadan dengan bajunya membuat penampilan Elsa sempurna sudah.
"Cantik," puji Bintang tak sadar.
Elsa tertawa anggun mendengar ucapan Bintang yang terlontar.
Meninju pelan bahu Bintang.
Tak terlalu tersipu dengan ucapan Bintang tadi karena jujur ia sudah sering mendengar orang-orang memujinya seperti itu."Cie .... Baru ya?" goda Elsa melihat kemeja berwarna biru muda yang terlihat baru dipakai Bintang. Entah kenapa keduanya memakai baju yang terlihat serasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bintang
Teen Fiction"Kalau ada apa-apa bilang. Jangan cuma diam. Biar orang yang sayang sama lo tahu apa yang harus dia lakukan." Airin termangu dengan perkataan Bintang tadi. Airin sangatlah tahu arti di baliknya. Airin berbalik menatap ke manik mata cowok itu tepat. ...