Azarah yang berbeda #4

181 9 0
                                    

"Azarah, apa kamu tidak ada niat untuk pulang menemui keluargamu? Ini sudah lama kalian berpisah. Ustadzah tidak bermaksud untuk mengusirmu. Tapi Ustadzah yakin, keluarga kamu sangat merindukan Azarah."
"Hm..  Rasa bersalah saya belum hilang sampai sekarang Ustadzah. Bahkan saya selalu memperhatikan adik saya dari kejauhan, dia terlihat terbiasa dengan tidak bisa melihat, kadang pula dia sering terjatuh dan terlihat hendak menangis. Azarah tidak kuat Ustadzah."
"Itu semua keputusanmu Azarah. Jika kamu ingin pulang Ustadzah siap membantu kamu."
"Terimakasih banyak Ustadzah."

Azarah pergi menuju Asramanya, gadis yang dulunya tomboy, rambut potongan pendek menyerupai laki-laki, mengenakkan topi, celana sobek-sobek . Kini berubah jauh, Azarah selalu mengenakkan baju gamis, jilbab panjang menutup dada, bahkan bercadar.

"Ini aku Azarah yang sekarang, kejadian dulu membuatku banyak belajar. Apalagi melihat kesedihan Abi yang takut tidak bersama Rasulullah karena aku menghalanginya."

***

Ternyata Azarah ikut menyusul kerumah sakit, dia ingin tau seperti apa keadaan adiknya. Lalu dia melihat Abinya yang keluar dari ruangan Dokter, Azarah langsung bersembunyi.

"Ayah apa aku ini? Anakku bisa berlaku jahat pada adiknya sendiri. Aku gagal mendidik keduanya, aku gagal menjadi seorang Ayah, Ya Allah. Ya Rasulullah apa aku akan datang dihari kiamat bersamamu? Seperti sabda darimu Ya Rasulullah." Air mata Fardan mengalir membasahi kedua pipi nya.

Azarah mendengar suara keluhan Abinya, dia mendengar isak tangis dari Abinya. Lalu dengan pelan dia mengintip untuk menatap wajah Abinya, dilihatnya seorang Abi yang iya kenal sebagai orang yang tegas, kini menangis karena nya. Azarah berlari keluar, dia menangis dan tak henti menyalahkan dirinya sendiri.


"Maafkan Azarah Abi! Azarah tidak sengaja. Ya Allah ampunilah Hamba, Hamba tidak mau menjadi penghalang Abi kesurga, Hamba ingin membawa Abi kesurgamu Ya Allah. Adek maafin Kakak ya! Kamu benar Kakak harus taubat, dan maaf Kakak harus pergi dan tidak bertanggung jawab."

***

"Ukhti Azarah, Ukhti udah lamakan tinggal disini?" tanya Nisa, teman sekamar Azarah.
"Iya, aku 2 tahun lebih dulu dari kamu ukhti."
"Afwan, aku boleh nanya tidak?"
"Boleh, selagi aku bisa menjawab."
"Gimana ceritanya Ukhti bisa sampai dipesantren ini. Maaf ya ukhti, aku pernah dengar katanya Ukhti itu dulu seorang gadis tomboy dan tidak tau sama sekali dengan pelajaran agama."
"Iya tak apa, tomboy itu aku dulu. Bukan tak tau pelajaran agama! aku diajarkan oleh Abi dan Umi, mereka orang yang sangat taat dalam hal agama. Adikku juga seperti mereka, adikku itu sangat alim, hanya saja aku yang nakal tidak mau mengikuti mereka."
"Ukhti bukan terlahir dari keluarga miskinkan, katanya Ukhti anak pengusaha."
"Ukhti kayaknya ada yang salah deh, ingat ukhti didalam kamus islam ini, tidak ada yang miskin tapi cukup!"
"Astagfirullah, na'am ukhti."

"Iya ukh, aku jawab ya! Ayahku seorang pengusaha pakaian muslim-muslimah. Tapi saat aku masih nakal dulu, aku sempat bingung kenapa orang tuaku menjalani hidup dengan sederhana, padahal mereka punya banyak uang. Tapi setelah di pesantren ini aku banyak belajar dan sekarang aku mengerti. Dulu aku bisa sampai kepesantren ini karena...

***

"Copet-copet, tolong!  Tolong!" teriak seorang wanita.

Azarah yang tengah duduk di pinggir jalan, mendengar suara teriakkan keras itu. Lalu dilihatlah dari arah kiri, seorang pria tengah berlari membawa sebuah tas.

"Kurasa ini pencopetnya!"

Azarahpun berlari dan mengejar pencopet itu. Azarah juga jago dalam beladiri, jadi dengan mudah dia menangkap si pencopet, disaat tas tadi sudah di tangan Azarah, pencopet itu kabur.

Azarah berjalan menuju pemilik tas yang iya pegang, dan dia mengembalikan tas pada pemiliknya.

"Wah bercadar,"guman Azarah, "Ini Bu tasnya."
"Terimakasih banyak nak, Alhamdulillah."
"Sama-sama Buk."
"Kamu wanita?"
"Iya."
"Astagfirullah, kamu tinggal dimana?"
"Aku udah nggak punya rumah, jadi ya tinggal dijalanan."
"Kamu mau tidak tinggal dipesantren? dan kamu akan belajar agama disana."

Mendengar tawaran ibu itu, Azarah teringat keinginannya untuk taubat.

"Tapi aku tidak punya uang Buk."
"Tidak mengapa, ayo ikut Ustadzah."

Azarah baru tau, ternyata Ibu yang dia bantu tadi adalah Ustadzah. Azarah merasa itu adalah takdir.

***

"Oh jadi begitu kisahnya Ukhti,ukhti sangat beruntung bisa selamat dari ukhti yang dulu."
"Iya Ukhti Nisa, aku sangat bersyukur."

Bersambung...

Ketika Aku Buta (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang