Dunia yang gelap#2

247 12 2
                                    

Sudah sebulan Azazah selalu berada didalam kamar, terkadang dia menangis tiba-tiba. Uminya selalu siap menemani dan tak pernah jauh dari Azazah, dia merawat Azazah sepenuh hati.

"Umi!"
"Iya sayang. Ada apa?"
"Kakak dimana ya Umi? Ini sudah satu bulan, pasti sulit menjalani hidup diluar sana."
"Abi sudah mencarinya, tapi Abi tidak menemukan jejak Azarah."
"Azazah tau Umi, Kak Azarah hanya tidak sengaja melakukan ini."
"Kau adalah surganya Umi sayang, kau Guru Umi, kau mengajarkan sabar dan berlapang dada." Aira meneteskan airmata.
"Semua ini adalah pengajaran dari Abi dan Umi."

Aira pergi keluar untuk menyiapkan pakaian dan air hangat, karena sebentar lagi sang suami akan pulang dari mencari nafkah.

Azazah kembali berdiam, dia hanya berbaring diatas kasurnya.

"Seperti apa penampilanku sekarang? Tak ada lagi yang bisa aku lakukan, dunia begitu kosong dan gelap. Mata aku sudah terbuka, tapi kanapa aku tak bisa melihat cahaya! Ujian ini terlalu berat, tapi Allah tidak menimpakan melampaui batas kemampuan hambanya."

Tiba-tiba Azazah merasakan ingin buang air kecil, dia beranjak turun dari ranjangnya, dengan ber-abal berjalan menuju kamar mandi, tapi dia malah menabrak meja riasnya hingga terjatuh. Meja itu terletak di samping lemari sebelah kanan, dan di samping lemari barulah pintu kamar mandi.

"Dunia ini begitu gelap, aku tidak bisa melangkah dengan benar. Aku sungguh hancur," tangis Azazah, "Astagfirullah Ya Allah, Azazah sabar, kamu harus sabar," sambungnya lagi.

Air mata itu tak mampu lagi untuk dibendung, Azazah menangis dan menutupi wajahnya menggunakan telapak tangannya.

***

Dimeja makan sudah tersedia lauk dan nasi, Aira menyiapkan nasi kedalam piring untuk Fardan. Lalu dia menyuapi Azazah. Wajah gadis itu, tak lah menampilkan senyum, Aira dan Fardan hanya saling tatap melihat keadaan putrinya sekarang.

"Umi apa Azazah merepotkan? Biar aku sendiri saja yang menyuapi. Aku harus belajar untuk terbiasa menerima takdirku."
"Apa kamu bisa sayang?"tanya Uminya.
"Aku harus mencoba!"
"Baiklah, Umi akan memotong-motong lauknya, biar kamu nggak kesulitan."

***

Melihat putrinya yang selalu murung, Aira tidak tega, lalu dia mengajak Fardan untuk mencarikan guru khusus untuk Azazah. Dan akhirnya ketemu lah Hera Guru yang mengajarkan untuk membaca menggunakan indra peraba. Azazah dibelikan Al-qur'an khusus untuk orang yang tidak bisa melihat.

Awalnya Azazah mengalami kesusahan, dan dia sempat kesal pada dirinya.

"Kamu kenapa Azazah?"tanya Hera Gurunya.
"Saya sedih pada diri saya sendiri Buk."
"Azazah tau tidak, diluar sana ada yang ditakdirkan Tuhan memang tidak bisa melihat sejak lahir, ada yang tidak memiliki tangan, ada yang tidak memiliki kaki, tapi mereka mau berusaha, yang tidak memiliki tangan dia makan dengan di suapi kakinya, jika berusaha dan tidak mengeluh! Tantangan pasti bisa dilewati. Apa Azazah lupa? Azazah pernah diberi nikmat sama Allah untuk melihat dunia selama 16 tahun ini, Azazah bisa melihat wajah kedua orangtua Azazah. Percayalah Azazah kamu pasti bisa!"

Mendengar nasehat itu, Azazah terhenyak. Yang dikatakan Gurunya itu benar, dia tidak boleh putus asa, dan Allah tidak menyukai hamba yang mudah menyerah.

"Saya merindukan Al-Qur'an Buk! Saya akan belajar terbiasa untuk menghadapi keadaan saya yang sekarang."

Hera senang mendengar ucapan Azazah, lalu dia juga membawa buku bacaan khusus untuk yang tidak bisa melihat seperti Azazah.

Bersambung

Ketika Aku Buta (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang