Part 9 - Time

329 40 0
                                    

Siang itu, di bawah terik matahari, Yunseong melipat kedua tangannya di atas tembok pembatas. Meski puncak kepalanya terasa terbakar karena sinar matahari, namun ada hatinya yang jauh lebih terbakar. Ia memandang hamparan langit biru yang luas. Berharap ia dapat kembali tenang dan melakukan semua dengan benar kali ini.

"Aha! Aku tahu kamu pasti ada di sini."

Sebuah suara membuyarkan lamunan Yunseong. Pria itu menoleh ke belakang dan menemukan Hwamin datang dengan wajah ceria. Ia berjalan mendekati Yunseong. Sesampainya di tembok pembatas, gadis itu mendudukkan dirinya di bawah, tanpa peduli celananya mungkin akan kotor.

Hwamin mendongak untuk melihat Yunseong, meski kedua matanya harus memincing karena sinar matahari. Ia menarik celana Yunseong, memintanya untuk segera duduk dan bergabung dengannya.

Tak ada pilihan, Yunseong duduk setelah menghela nafas. Sepertinya waktu tenangnya telah berakhir, pikir Yunseong.

"Meski di sini aku terlihat mengganggumu, tapi aku tidak peduli. Lebih baik seperti ini daripada harus membiarkanmu terlihat mengenaskan." Hwamin mengambil dua es krim dari kantung plastik yang ia bawa. Menyerahkannya satu ke Yunseong.

Sesaat keduanya terdiam setelah Yunseong mengucapkan terima kasih. Mereka lebih memilih untuk menikmati es krim di antara udara yang panas.

"Apa kalian sedang bertengkar?" Hwamin melirik Yunseong yang berhenti menjilat es krimnya. Pria itu menatap Hwamin bingung. "Kim Chaewon. Apa kalian ada masalah?"

Yunseong menggeleng, "Kami baik-baik saja."

"Benarkah?" Hwamin nampak berpikir.

"Kenapa nuna berpikir kami sedang bertengkar?"

Mendengar pertanyaan Yunseong membuat Hwamin berdecak. Ia mengigit kecil es krimnya sebelum menjawab. "Apa lagi yang bisa membuat seorang Hwang Yunseong tampak kacau seperti ini jika bukan karena Kim Chaewon?"

Yunseong tersenyum kecil saat menyadari bahwa apa yang diucapkan Hwamin adalah benar. Bahkan ketika ia ditolak Son Hwamin kala itu, hanya butuh semalaman bagi dirinya untuk bisa kembali menjalankan aktifitas seperti biasanya. Meski hatinya sedih, tapi ia bisa menyembunyikannya dengan baik.

"Benarkan. Ini pasti tentang Kim Chaewon."

"Ya, tapi kami tidak sedang bertengkar. Hanya entah kenapa-" Jeda sejenak. Yunseong menundukkan kepalanya. "-aku merasa cemas."

Hwamin mengerti apa maksud cemas yang diucapkan Yunseong. Ia tidak menutup telinga mengenai berita disekitarnya. Terlebih ini menyangkut orang-orang terdekatnya. Ia pun menatap Yunseong yang masih menunduk. Tersenyum tipis, entah apa maksudnya.

"Kurasa kamu hanya perlu lebih percaya padanya." Hwamin menatap lurus jauh ke depan. "Jika masih merasa cemas, cobalah untuk bicara dengannya. Ungkapkan apa yang membuatmu cemas tanpa menyudutkannya."

Yunseong berpikir keras. Meski hubungan mereka terlihat baik-baik saja selama ini, tapi di dalamnya mereka jarang mengungkapkan apa yang sebenarnya mereka rasakan. Meski kalimat cinta selalu mereka ucapkan setiap hari, tapi Yunseong pribadi tidak benar-benar tahu mengenai Kim Chaewon. Mereka masih baru mengenal dan merasa selama saling terikat maka akan baik-baik saja.

"Ini adalah tentang hubungan antara dua orang. Kamu tidak bisa menyelesaikannya sendiri. Jadi kalian harus bekerja sama atau ini hanya akan saling menyakiti kalian sendiri."

Senyuman mulai terkembang di wajah Yunseong. Kini ia sedikit merasa lega karena tahu apa yang harus ia lakukan setelah ini.

Hwamin yang melihatnya turut tersenyum. Gadis itu memukul lengan Yunseong. "Nah, aku merasa tidak sia-sia membawa banyak camilan. Kita harus merayakan kembalinya Hwang Yunseong."

Simple Love | Season 2 (✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang