Pagi itu, Chaewon merasakan getaran terus menerus dari handphone-nya. Dengan mata yang setengah terbuka, Chaewon meraba-raba sisi tempat tidurnya. Hari ini kelasnya ditiadakan, oleh karena itu, Chaewon berencana untuk bermalas-malasan di asrama, namun harus terganggu dengan notifikasi yang entah dari siapa.
"Hm?" Chaewon menajamkan penglihatannya. Seingatnya ia tidak menulis tweet apa pun kemarin, namun semua notifikasi yang mengganggu tidur nyenyaknya datang dari Twitter.
Tak butuh waktu banyak untuk mengembangkan senyum Chaewon. Rasa kesal dan mengantuk seketika menghilang entah kemana.
Chaewon melempar handphone-nya ke samping. "Akh! Kim Chaewon babo!" Ia pun berguling-guling di atas kasur sembari merutuki dirinya yang tidak sadar bahwa ia mengatakan nama Yunseong di groupchat yang mana di sana ada pria tersebut. Mungkin itu tidak masalah jika mereka dalam posisi biasanya, tapi sekarang mereka dalam tahap membenahi diri masing-masing, atau bisa disebut break?
Chaewon berhenti berguling-guling. Ia memeluk erat guling sembari menatap langit-langit kamarnya. Tidak bisa dipungkiri bahwa ia benar-benar merindukan pria itu. Terhitung tiga hari sejak malam itu dan mereka sama sekali tidak ada interaksi bersama. Di tempat latihan pun, interaksi keduanya hanya sebatas rekan, tidak lebih.
Bayangan wajah Yunseong di langit-langit kamar hilang ketika terdengar ketukan pintu beberapa kali. Yena muncul dengan bibir khas bebeknya. Ia berjalan menghampiri Chaewon dan dengan cepat merebahkan dirinya sambil memeluk Chaewon erat.
"Eonni, sedang apa? Bukannya eonni ada kelas?"
Yena semakin mengeratkan pelukannya, "Karena itu aku ke sini. Setengah jam lagi seret aku ke kamar mandi."
Chaewon mendengus tapi ia tidak bisa menolak. Maka, ia pun kembali membayangkan wajah yang ia rindukan. Membayangkan apa yang sedang pria itu lakukan sekarang.
"Jadi, kalian sudah berbaikan?" Yena masih memeluk Chaewon meski sekarang matanya terbuka untuk menatap wajah Chaewon dari samping.
"Sebenarnya kami tidak sedang dalam pertengkaran."
"Lalu? Bukankah kamu bilang tidak lagi bersama Yunseong?" Yena semakin tertarik dalam topik pembicaraan. Keningnya mengerut disertai bibir yang maju.
"Sementara. Hingga aku selesai memperbaiki diriku sendiri."
Kerutan di kening Yena semakin dalam. "Memang apa yang rusak?"
Chaewon menolehkan kepalanya untuk menghadap Yena. Ia menjapit bibir itu dengan telunjuk dan ibu jari. "Bukan seperti itu."
Kemudian ia kembali menghadap atas. "Karena hubunganku sebelumnya, aku selalu menahan diri. Aku takut, Yunseong akan melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukan Seungyoun oppa. Jadi, aku tidak pernah mengatakan apa pun yang ada dalam pikiranku. Aku pikir semua akan baik-baik saja awalnya. Nyatanya, ini tidak hanya menyakitiku, tapi juga menyakitinya."
Kedua ujung bibir Chaewon tertekuk ke bawah. Ia merasa sedih jika memori malam itu terlintas dalam otaknya. "Aku yang tidak terbuka membuatnya ikut menutup diri."
"Lalu? Bukankah kalian hanya perlu saling terbuka satu sama lain?"
Chaewon mengangguk, "Ya. Tapi ada sesuatu yang harus aku lakukan lebih dahulu. Aku tidak akan lagi kabur kali ini."
***
Setelah membaca pesan di groupchat, Yunseong menjadi tidak fokus mengikuti kelas kali ini. Ucapan dosen di depan tidak bisa ia tangkap dengan benar. Beberapa kali ia membuka dan menutup aplikasi Kakaotalk. Kemudian melirik jam dinding di depan.
Kurang dari lima belas menit lagi kelas akan selesai, tapi Yunseong merasa bahwa setiap detik berjalan semakin melambat. Belum lagi dosen di sana masih bersemangat untuk menerangkan materi, meski pun mahasiswa barisan belakang telah melambaikan bendera putih.
'Ayo fokus! Jangan malas!'
Yunseong hampir terjatuh dari kursinya, saat tiba-tiba ia bisa melihat Chaewon berdiri di depannya dengan berkacak pinggang. Ia menggelengkan kepala, mengedipkan mata berkali-kali, dan bayangan Chaewon menghilang dari hadapannya. Sepertinya ia terlalu merindukan gadis itu.
"Hah..." Yunseong menghela nafas. Menepuk kedua pipinya beberapa kali, berusaha untuk kembali fokus mengikuti materi.
***
"Chaewon-ah!" Yena mengetuk pintu kamar Chaewon beberapa kali sebelum membukanya. Yena dapat melihat gadis itu masih berada di tempat tidur, masih dengan baju yang sama seperti tadi pagi.
"Hei, bangun!" Pantat Chaewon menjadi korban tepukan Yena. Ia terus memukul hingga gadis itu mengerang kesal.
"Akh, sakit!" Chaewon balas memukul asal Yena dengan kedua tangannya. "Bisakah tinggalkan aku seharian ini? Aku mau tidur!"
"Jangan lupa, nanti sore kamu ada latihan." Yena mendudukan dirinya di pinggir tempat tidur Chaewon setelah pukulan Chaewon berhenti.
"Aku tahu. Maka itu, biarkan aku tidur hingga sore nanti."
"Tidak bisa. Seseorang menitipkan sesuatu padaku. Dia bilang aku bertanggung jawab untuk ini."
Chaewon yang merasa tertarik, membuka matanya untuk melihat Yena. Kantung plastik putih menggantung di atas Chaewon yang berbaring. "Apa ini?"
"Kamu akan tahu setelah membukanya." Yena menyerahkan kantung plastik tersebut. Ia berdiri, bersiap untuk pergi. "Bye. Nanti aku kembali."
Setelah Yena pergi, Chaewon melihat isi dari kantung dengan rasa penasaran.
Sebungkus roti isi, satu kotak susu, satu kotak kecil berisi beberapa potongan buah dan sebotol air mineral.
"Kebetulan. Aku belum makan dari pagi," gumam Chaewon sambil mengeluarkan sebungkus roti isi.
"Hm?" Sesuatu menarik perhatiannya. Chaewon mengambil selembar kertas berisi tulisan dan ia tahu betul siapa yang memiliki tulisan tangan ini.
Rasanya mau gila. Tidak, ia sudah gila. Chaewon tidak bisa untuk tidak menahan senyuman lebarnya. Ia bahkan lupa bagaimana cara untuk tidak tersenyum.
I love you and I miss you too.
<To Be Continued>
KAMU SEDANG MEMBACA
Simple Love | Season 2 (✔️)
Hayran KurguAkhirnya, Hwang Yunseong dan Kim Chaewon resmi menjalin hubungan. Tapi mulai dari sini, hubungan mereka akan benar-benar diuji. "Ini hanya tentang kepercayaan kita yang rapuh." Hwang Yunseong x Kim Chaewon Just For Fun. Don't Take It Seriously.