12. Keponakan Moonbin

6.3K 493 47
                                    

Aku membaca kembali pesan yang aku kirim tadi pagi, berharap pesan itu di baca oleh Kak Rocky, Moonbin pun sudah berusaha memaklumi pria yang kata nya sedikit nakal itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku membaca kembali pesan yang aku kirim tadi pagi, berharap pesan itu di baca oleh Kak Rocky, Moonbin pun sudah berusaha memaklumi pria yang kata nya sedikit nakal itu.

Hari ini aku memutuskan untuk naik bus menuju kantor, entah karna rindu suasana kota atau rindu masa jomblo ku, haha. Moonbin juga memperbolehkan, ia berangkat sendiri tanpaku.

"Hati-hati." Jawab nya sebelum mencium keningku, jujur aku belum terbiasa di perlakukan seperti ini, namun jika aku menolak ia akan sedikit marah.

lima belas menit aku menunggu bus, hari itu tidak terlalu ramai, namun cerah membuat semangat dalam diri ku naik 80 persen dari sebelumnya. Aku rindu dengan halte ini, saat di mana aku menunggu bus yang akan mengantar ku hingga depan pertigaan jalan menuju kos an ku.

Dan, aku juga ingat saat Sanha menggantikan heels ku dengan sebuah sepatu kets, ah.. kemana anak itu?

Beberapa orang juga menunggu bus sama seperti ku, tapi sebuah tepukan membuat aku terkejut.

"Noona?!!" Pekik nya

Ah, baru saja aku memikirkan pria ini.. memang ajaib sekali dunia ini.

"Noona.. wah sudah lama," Ucap nya, terlihat gembira.

"Sudah lama apa nya? Baru beberapa bulan kau datang ke pernikahan ku." Jawab ku, sambil menyenggol bahu nya.

Ia terkikik pelan, lalu melihat jari ku.

"Daebak, berlian asli ini, Noona?" Tanya nya, sambil memegang jari tangan ku, melihat dengan mimik terkejut karna cincin berlian yang aku kenakan.

Entah dia ingin melihat cincinku atau hanya modus untuk memegang tangan ku, aku pun tidak tahu.

Aku hanya menangguk, tersenyum bangga karna mendapatkan cincin itu dari Moonbin.

Bus datang, aku dan Sanha masuk ke dalam bus yang sama walaupun kantor kami berbeda namun bus ini melewati rute yang sama.

"Bagaimana rasanya menikah?" Tanya Sanha tiba-tiba.

Aku tersentak, namun berusaha santai, "Kadang menyenangkan, kadang yaa sedikit bikin pusing." Jawabku

"Apa menjadi istri Pak Moonbin, menyusahkan Noona?" Tanya nya lagi.

Aku buru-buru menggelengkan kepala, malah sebaliknya menjadi istri Moonbin adalah sebuah keberuntungan dalam kehidupan seorang Luna.

Sanha tertawa, "Aku nunggu keponakan dari kalian, Noona." Ucapnya sebelum aku turun. Tanpa lupa melambaikan tangan, Sanha membalas nya.

Kontrak menikah | Moonbin ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang