(In memorial for moonbin) Semuanya berawal saat Luna menyetujui menikah secara kontrak dengan bos di perusahaannya, Moonbin. Masa lalu, cinta, kekuasaan, dan orang orang baru mulai berdatangan, mengakibatkan bencana yang membuat perasaan dua manusia...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Sudah lama tidak bertemu, apa kabar adik ku?" Jendra menatap Moonbin dengan senyum kiri yang ia sunggingkan.
"Tidak usah berbasa basi, apa yang kau inginkan?" Jawaban Moonbin membuat Jendra terkekeh, ia meletakan cangkir kopi nya lalu menatap Moonbin.
"Memang nya aku tidak tahu akal akalmu? pernikahan mu palsu kan?" Jendra mendekatkan kepala nya, sedikit berbisik. Moonbin menahan emosi nya.
"Tidak usah ikut campur dengan urusan pribadiku."
"Apa yang kamu pikirkan jika ibu tahu? bukankah ini akan menyakiti hati nya?" Jendra kembali terkekeh.
Moonbin terdiam, meremas jari jemari nya. Menyetujui bertemu dengan kakak tiri nya disaat keadaan nya sedang tidak baik baik saja memang bukan hal yang bagus, rasa rasa nya ia ingin meninju wajah kakak nya itu sekarang juga.
"Bukan urusan mu."
"Tentu, tentu urusan ku."
Jendra menyerahkan handphone nya, memberikan sebuah bukti yang akan membuat Moonbin sedikit hancur.
"Kenapa diam? Moonbin, aku tetaplah aku. Jendra yang selalu ingin mengalahkan mu, camkan itu."
—
Kehamilan ku sudah memasuki bulan ke 3, namun perut ku belum terlihat membesar. Masih seperti biasa, dan aku sangat amat bersyukur celana jeans masih muat di kaki ku.
Besok adalah hari yang amat aku tunggu-tunggu. Menonton konser bersama Gunmin, lihat sampai sampai aku tidak bisa tidur malam ini, membayangkan mereka yang aku cintai menyanyi live di depanku. Argh, aku sangat tidak sabar!
Waktu sudah menunjukan pukul 12 dini hari, namun mata ku sama sekali belum mengantuk. Aku dan Moonbin -lagi lagi berpisah kamar-, bukan karna hubungan kami yang tidak baik tapi karna 'ingin saja'.
Ah, tenggorokan ku kering, aku lupa mengisi botol minum ku. Aku bangun, lalu sedikit membuka pintu kamar Moonbin, apakah dia sudah tertidur?
Moonbin tidak ada di kamar nya. Kemana dia? Aku menyalakan semua lampu utama, namun Moonbin tidak ada. Di ruang televisi maupun ruang kerja nya. Apa dia belum pulang? aku sama sekali tidak tahu..
Aku segera mengambil handphone, berinisiatif untuk menelpon nya. Namun, sebelum panggilan itu tersambung, Moonbin pulang.
"Moonbin?" Aku memastikan bahwa dia baik baik saja karna ia benar benar terlihat lelah. Bau alkohol sedikit menyengat, seperti nya ia sedikit mabuk?
"Lun.." Ia mengenggam tangan ku, tangan nya.. terdapat luka. Apakah ia berkelahi?
Aku membawa nya keruang tengah, ia benar benar diam. Menyuruh nya duduk, lalu aku membersihkan luka-luka di tangan nya. Moonbin kenapa?