(In memorial for moonbin) Semuanya berawal saat Luna menyetujui menikah secara kontrak dengan bos di perusahaannya, Moonbin. Masa lalu, cinta, kekuasaan, dan orang orang baru mulai berdatangan, mengakibatkan bencana yang membuat perasaan dua manusia...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dulu banyak hal yang kita bicarakan sampai terkadang subuh lah yang menghentikan percakapan kita, apa kabar? Ini bintang mu, susah sekali mencari akun sosial media mu, Lun. Ternyata patah hati seperti ini ya, bintang mu patah, Lun. Saya patah hati. Ingat foto ini? salah satu foto favorit saya.
—
Sudah beberapa hari ini Luna mendapatkan beberapa kiriman, dengan isi yang bervariasi. Namun, Luna tidak mengetahui siapakah pengirim tersebut.
Luna memutuskan untuk kembali bekerja, walaupun ada sedikit pertengkaran dengan Moonbin, namun bagaimana pun juga ia harus terbiasa jauh dari Moonbin. Luna juga sudah memutuskan untuk pisah kamar untuk beberapa hari.
Luna kerap kali melamun, sikap nya mulai berubah semenjak pertengkaran hebat terakhir kali itu. Sampai sekarang pun ia belum mengetahui memilih siapakah Moonbin.
"Lun, ayo makan malam."
Moonbin membuka pintu kamar, ia juga harus mengerti bahwa Luna butuh ruang sendiri jadi ia mengizinkan mereka pisah kamar. Mereka makan dalam diam, Moonbin sibuk dengan makanan nya Luna sibuk dengan pikiran nya. Tidak ada yang berbicara, hawa nya terasa sepi dan canggung.
"Lun,"
Akhirnya Moonbin berbicara, menampis keheningan di antara mereka.
"Akhir akhir ini kamu suka dapat kiriman, dari siapa?"
Luna hanya menaikan bahu nya, kalaupun ia tahu mungkin Luna akan membalikan semua barang itu karna sedikit menganggu.
"Gimana jadi nya?" Ujar Luna
"Apa?"
"Kamu sama mantan istri kamu."
Lagi-lagi Luna membahas hal yang tidak pernah ia sukai, namun mau tak mau ia harus mendapatkan kepastian dari pria di depan nya ini.
"Kehamilan nya baik, sebentar lagi dia akan melahirkan. Saya harap laki-laki."
Semua ucapan yang Moonbin bicarakan terdengar sangat ringan sampai ia lupa di depan siapa ia berbicara. Luna mengigit bibir bawah nya menahan emosi, bahwa ia ini hanya pelarian Moonbin.
"Cepat atau lambat, kamu harus pilih. Ga bisa seterusnya kita kaya gini, Bin. Aku juga punya perasaan." Akhirnya Luna bisa membicarakan sedikit tentang perasaan nya.
Moonbin menghentikan makan nya lalu menatap mata Luna, "Lun, saya bakal ninggalin dia selepas dia melahirkan."