"everybody hurts sometimes, everybody hurts someday."
-Maroon5's lyrics🌻🌻🌻🌻🌻
"Kau seorang Dokter?"
Pertanyaan itu menghentikan kegiatan Emily yang tengah membalut luka Jeffrey.
"Luka ini, apa benar karena kecelakaan tadi?" Ia melirik lelaki yang setengah berbaring dihadapannya, "Ini seperti tusukan yang disengaja."
"Menurut mu?"
Wanita itu menatap datar-Jeffrey. Ia bangkit dari tempatnya, "Akan ku bayar kompensasi atas kecelakaan tadi."
Jeffrey terkekeh, "I dont need your money."
Emily melipat tangan di dada, menanti kalimat Jeffrey selanjutnya.
"Kau harus jadi dokter pribadi ku, merawat luka ini sampai sembuh- tentu nya. Besides that, u also have to be my driver."
"You cant control me."
"Well, akan ku bawa insiden ini ke hukum."
"Do i looks like i care?"
"Fine." Jeffrey meraih ponsel dari saku, "I'll call the cop to checkin' ur car to find out the cause of this accident."
Alis Emily menyatu. Walau terlihat tenang, tetapi ia sedang berpikir dengan keras. Tentu akan banyak masalah jika polisi ikut campur dan menyelidiki dirinya.
"Deal!" Emily menjilat bibir, "Hanya sampai luka mu sembuh."
"Good girl." Jeffrey tersenyum puas, terkekeh kecil sembari mengantungi kembali ponselnya.
Emily yang terlihat tak suka, hendak berbicara saat suara ringtone menginterupsi. Ia berjalan ke arah nakas, mengecek ponselnya. Tertulis 'Alexa's Calling' pada layar.
"Siapa?" Tanya Jeffrey
Emily menoleh, tangannya menyenbunyikan ponsel di balik saku, "Aku dokter dan supir pribadi mu, bukan pacar mu. You've to know ur limit."
"Haruskah ku jadikan kau--pacar ku, juga?"
"You wish."
🌻🌻🌻🌻🌻
Begitu tiba di Apartemen, Alexa bersandar dipintu untuk mengambil nafas, "Emily, teman macam apa kau ini?" Gumamnya, kemudian menyalakan lampu.
Ia terhenti saat melihat pantulan dirinya di pintu kulkas. Pakaiannya bernoda merah, rambut acak, bau amis darah serta rasa lengket yang membuat tak nyaman.
"Johnny sialan..." gumam Alexa.
"Kau benar."
Suara berat itu mengejutkan. Ia berbalik, mencari si pemilik suara. Di kursi yang membelakangi nya, tengah duduk lelaki berpostur tinggi dengan rambut kecokelatan.
"Johnny memang menyebalkan...." lanjut suara itu.
Perlahan, Alexa berjalan ke arah nakas, membuka laci untuk mencari seusatu.
"Tapi dia tetap saudaraku, Alexa. Kau tahu itu?"
Gadis itu terdiam, wajahnya menegang, "Ja-Javier?"
Lelaki itu berdiri dan bertepuk tangan dengan tempo lambat. Ia berbalik menatap Alexa, "Your acting is hella good."
Javier lalu melirik sebelah tangan Alexa yang masuk kedalam laci, "You're looking for it, hun?"
Mata Alexa melebar melihat pistol yang ia cari kini berputar-putar di telunjuk Javier. Ia mengutuk hari nya yang begitu sial saat itu.
Lelaki itu mendekat, mencekram dagu Alexa, "You came to me on purpose to kill my Brother, how dare you!"
Ekspresi Javier sangat dingin, Alexa tidak menyangka bahwa lelaki yang ia kenal kurang dari dua minggu ini memiliki sisi yang gelap.
"Kau terkejut?" Tanya Javier--sinis.
"Aku sama berbahaya nya seperti kedua saudaraku-- asal kau tau."Alexa terkekeh, "i knew it. Even u killed ur dad two years ago."
Javier mengetatkan cengkramannya membuat senyum Alexa menghilang. Giginya gemertak kesal. Ia menghempaskan dagu wanita itu, lalu melangkah pergi.
"I thought u gonna kill me. that rumour is true, u're the weakest among ur brothers."
Lelaki itu berbalik, "Why do i have to kill you if Johnny can do it easily?" Ia menatap lengan Alexa yang terluka, "I bet u almost died bcuz of him, right?"
"Akan ku bunuh dia di lain waktu!"
"Go ahead. But ever u think 'bout it?" Kini Javier yang memberi senyum remeh, "Jika aku--si lemah ini bisa menemukan persembunyianmu dan menyelinap masuk, bagaimana dengan Johnny? Mungkin dia sudah memasang bom disini."
Kedua kali, Alexa mengutuk didalam hati. Tentu ia tak pernah berpikir sejauh itu.
"Ck, dumbwitch." Maki Javier, melanjutkan langkahnya.
----------------------
"Even u killed your dad two years a go."
Kalimat Alexa seperti musik yang di pasangkan ke telinganya, begitu mengganggu. "Tau apa dia? Sialan!"
BRAK!
Langkah Javier terhenti ketika ia bertabrakan dengan seorang anak kecil sehingga menjatuhkan minuman milik anak itu.
Javier bergeming, ia hanya menatap anak kecil itu, hingga membuatnya menangis ketakutan.
Sadar seluruh pandangan mulai melirik ke arahnya, Javier menarik nafas dan berjongkok di depan anak itu. "Where's ur mom?"
"Mommy...Hiks.. Mommy...."
"Im sorry. i'll buy u a new drink if u stop crying."
"Really? Hiks..hiks.."
"I prom--"
"Ethan? Kau kenapa?"
Javier refleks menengadah ketika seorang wanita menarik anak itu dari hadapannya. Alisnya menyatu saat melihat dengan jelas wajah wanita itu.
"Issabel Aunty, minuman ku jatuh.." Adu anak itu.
"Issa...bel?" Beo Javier, membuat wanita itu menoleh ke arahnya.
"Kau?! Sedang apa kau disini?!!" Hardik wanita itu, "Kau apakan Ethan? Kau bahkan meneriaki anak kecil juga?"
"Aku tidak melakukan apapun."
"Manusia sepertimu mana bisa di percaya!"
"Wah, Eunbi. Sikap mu sangat berbeda saat jam kerja dan diluar. Tidak salah aku memecat mu."
"Kau pikir aku sudi berbaik hati pada orang yang menghancurkan karir ku?" Suara Eunbi kian meninggi, "Ini bukan Korea, kau tidak bisa sesuka mu disini. Bahkan kepada anak kecil sekalipun!"
"I've done nothing to him. Kau tidak punya bukti untuk menuduhku." Balas Javier dengan penuh penekanan.
"Kau menanyakan bukti?" Kini Eunbi berdiri tepat di hadapan Javier, "Pasti sudah kau hancurkan. Itulah yang dilakukan orang jika sudah berniat jahat. Remember?"
Javier terdiam. Kalimat terakhir Eunbi sukses membuatnya malu. Kenapa tidak? Itu adalah kalimat yang sama dia ucapkan saat Eunbi menanyakan bukti mengenai tuduhan Javier kepadanya.
"Get off!!" Perintah Eunbi, "Dan jangan pernah muncul lagi dihadapan ku!" Eunbi berjalan melalui Javier dengan dagu yang sedikit ia dongakkan.
Lelaki itu menggeleng, "Bukankah dia yang muncul di hadapan ku?"
-
-
-
to be continuedudah sampe sini, kalian ada yang bingung kah sama alurnya?😂
Okydoky, tengkiu my fellow readers!
See you!
KAMU SEDANG MEMBACA
lacuna.
Fanfictionla-cu-na (red) ləˈk(y)o͞onə (noun) a blank space, a missing part,- an unfilled place. Johnny selalu meneriaki kedua saudaranya-- Jeffrey dan Javier untuk menghindari masalah dan bahaya sebisa mungkin, justru kini tidak dapat mengontrol dirinya. Ada...