satu.

6.5K 582 81
                                    

Surai hitam legam tak tertata, seragam kacau dan wajah lebam. Tipikal anak badung sok berkuasa memang. Tapi itu bukan ia, title itu tak sedikitpun tersemat di belakang nama nya—pemuda yang sedang berjalan santai melewati koridor dengan ransel tersampir ringan di bahu nya. Tatapannya sangat dingin, tak ada senyum yang terulas. Misterius, aura nya terlalu gelap. Membuat hampir setengah penghuni sekolah itu mundur teratur tak ingin mencari masalah.

Kim Taehyung, pemuda itu bernama Kim Taehyung, siswa IPS-2. Luka yang selalu di bawa nya terlihat mencolok, merepresentasikan citra nya. Bengis nan ringan tangan. Sebab dari mana lagi luka itu di dapat jika bukan karena sebuah perkelahian atau ringkas nya, tawuran?

Gerbang diujung sana terlihat bercahaya, sebab pemuda itu tak sabar ingin segera melewati nya, bergelut dengan keseharian nya.

"Kim Taehyung!" panggil seseorang bersuara berat. Taehyung memejamkan matanya lalu berbalik malas. Ia terlampau tahu siapa yang memanggilnya dan untuk urusan apa pria itu memanggilnya. Membosankan.

"Ne, Kim-seongsangnim." Taehyung menunduk kecil memberi hormat tanpa niat.

Kim Namjoon, pria yang baru saja memanggilnya mendesah berat melihat kondisi Taehyung. Lagi-lagi luka menghiasi wajah tampan dan tubuh atletis nya. Namjoon berdecak dengan tangan yang memegang kedua pinggangnya. "Ikut aku."

Taehyung membenarkan ranselnya yang sedikit merosot, lalu mengikuti Namjoon tanpa membantah.

Ruang ini lagi, Taehyung bersumpah ingin sekali membakar ruang ini. Pasalnya, selama ia bersekolah mungkin waktunya lebih banyak di habiskan di ruang ini dari pada ruang kelas nya.

Taehyung langsung duduk di kursi yang tersedia tanpa menunggu Namjoon mempersilahkan, menyenderkan punggungnya sambil menatap Namjoon dingin. Seolah hubungan mereka lebih dari seorang guru dan murid.

"Kau tidak bosan datang kemari?" tanya Namjoon sebagai sapaan.

Taehyung mengedikkan bahu nya acuh. "Kau sendiri tidak bosan memanggilku kemari?"

Namjoon tak mempedulikan jawaban sarkas Taehyung, ia sudah cukup banyak menerima itu. "Dari mana kau dapatkan luka itu?"

Pertanyaan yang selalu sama, Taehyung sedikit bosan mendengarnya.

"Kim seongsangnim, tidakkah kau bosan menanyakan hal yang sama setiap bertemu?"

Namjoon menggeleng. "Tentu saja tidak, bagaimana bisa aku bosan kalau sebanyak itupun aku bertanya, tak sekalipun aku mendapat jawaban. Sebenarnya kau ini kenapa? Apa ada yang meriksak mu?"

Taehyung tertawa sarkas. "Apa wajah ku wajah-wajah korban pembully-an?"

Namjoon tertawa. "Tidak, wajahmu lebih cocok menjadi pentolan sekolah yang suka membully. Tapi, luka-luka mu itu tidakkah kau berpikir itu bukti dimana posisimu berada?"

Taehyung membenarkan posisi duduknya. "Tidak, aku bukan korban pembully-an," jawab nya dingin.

"Menyebalkan ketika luka-luka itu tak kau terima di lingkungan sekolah, tapi aku tetap harus mengurus dan menyelidiki semua karena kau berada di bawah asuhan ku," racau nya penuh derita seraya membuka catatan sanksi milik Taeyung yang berisi lautan tinta merah.

"Tolong beritahu aku, kau melakukan tawuran di luar sekolah? Sebab selama enam bulan aku sudah menyelidiki, luka itu tak kau dapatkan disini. Bahkan kau tak pernah punya masalah dengan teman sekolah mu," tanya nya dengan nada sangat serius, tak ingin di ajak bercanda.

Taehyung memainkan pulpen yang berada di atas meja Namjoon. "Kau mau kuberitahu sesuatu tidak?" tanyanya dengan wajah tak kalah serius.

Namjoon seketika memajukan wajahnya, jantungnya berdegup lebih kencang, apakah ini saatnya ia tahu sedikit saja rahasia yang selama ini Taehyung tutup rapat-rapat? Kedua siku tangannya sudah menopang dagu, bersiap mendengar rahasia Taehyung. "Apa?"

MikrokosmosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang