empatbelas

3.3K 458 132
                                    

Terimakasih @janeetakhazz yang sudah mengingatkan aku, kalau di work ini aku punya banyak utang wkwk. Selamat membacaa~

***

Jimin tak bisa berhenti tersenyum, sejak sinar mentari menyelusup tak sopan melalui jendela, bibirnya sudah membusur sempurna. Nampaknya, ini menjadi hari ini yang sangat ia nantikan, terbukti dari seberapa cepat ia bangkit dari kasur besarnya untuk bertarung dengan dinginya air di pagi hari.

Hari ini, Seokjin benar-benar tak begitu di butuhkan, siapa sangka Jimin bisa bangun tidur dengan cepat, mandi tanpa di titah, sarapan tanpa perlu berperang. Mungkin ini hadiah Tuhan untuk Seokjin yang setiap saat repot mengurusi Jimin si anak manja. Sepanjang kegiatannya, Jimin tak henti bersenandung, mengalunkan melodi indah yang di ciptakan bibir plum nya, imajinasi tentang harinya kian berkembang menciptakan hormone endorphin yang dalam hitungan detik siap membeludak.

Saking menikmati kegiatan mematut dirinya di depan cermin, Jimin sampai-sampai tak menyadari seorang pria tinggi sedang memerhatikannya dengan kedua tangan yang mengendap di saku celana, menatap nya dengan takjub. "Jimin, apa itu kau?" Tanya nya khawatir.

Jimin menoleh, memberikan senyum terbaik nya sepanjang masa, beri satu senti lagi Seokjin yakin bibir Jimin akan robek saking lebar senyumannya. "Tentu saja ini aku. Lihatlah wajah tampan ku, hyung. Bukankah wajah ini hanya dimiliki oleh Park Jimin? Seluruh dunia juga tahu itu," jawab nya sumringah mengabaikan ekspresi mual yang Seokjin buat.

"Sesuatu membuatmu senang?" tanya Seokjin sambil melangkah mendekati ranjang, mulai membuka ransel Jimin sambil mencocokkan dengan note di ponsel nya untuk memeriksa barangkali ada buku yang tertinggal.

Dan detik selanjutnya, Seokjin sungguh menyesali pertanyaan bodohnya, terlebih saat Jimin menghentikan aktivitas hanya untuk menghampiri Seokjin dengan semangat. "Hyung, semalam aku bermimpi Taehyung. Kita bermain basket di belakang sekolah. Ah, apa aku sudah bercerita? Tentang aku dan Taehyung yang tanding minggu lalu. Waktu itu aku belum berteman dengannya, jadi aku tak mau mengalah. Dan kau tahu kan, seberapa hebat aku dalam permainan basket? Aku mengalah dalam mimpiku, dan Taehyung tertawa bahagia saat ia mengalahkan ku. Ah, aku akan terus mengalah kalau dengan cara itu bisa melihat lagi tawa nya."

Seokjin menanggapi dengan antusias, bukan karena ia mau tapi karena ia harus. Jimin jika cerita nya tak di tanggapi dengan baik akan marah dan berakhir mengulang cerita hingga ia mendapatkan reaksi yang ia inginkan. Yaps, sebocah itu pemikiran si pria yang katanya paling cool sekorea selatan.

Tapi mungkin hari ini kesialan lain bagi Seokjin. Jimin mengambil napas nya panjang dan memulai aksi rapping nya. "Saat aku menginap di rumah Taehyung, aku merasa sangat senang. Hyung, Taehyung itu baik sekali, rasanya dia benar-benar di luar perkiraanku, tak ku sangka aku akan salah menilai nya. Kau tahu, dia memang dingin tapi sebenarnya hati nya hangat sekali," ucapnya dengan permainan mimik wajahnya yang gemas.

Jimin menarik tangan Seokjin untuk duduk di pinggir ranjang mendengar cerita panjang nya. "Sore itu aku mengikuti nya, ternyata aku melihat sisi lain dari dirinya. Tebak apa yang terjadi? Aku sampai-sampai mau tertawa sampai pingsan jika mengingatnya lagi."

Seokjin mengerling bosan. "Tentu saja aku tahu. Kau di gendong sampai ke rumah nya, dia meminjamimu baju hangat dan membiarkanmu menginap disana. Dan bagian terpentingnya, dia memelukmu sepanjang malam saat ia sendiri yang memberi peraturan tak boleh menyentuhnya. Kau sudah mengulang itu empat kali sejak kemarin, Park Jimin," ucapnya datar.

Jimin tertawa membeludak, hingga tubuhnya terkapar di atas kasur, mata nya membentuk sebuah garis yang menyembunyikan bola matanya, sepuas itulah tawanya. "Bukankah itu lucu, hyung? Ya Tuhan, aku sampai tak berhenti tertawa jika ingat lagi. Aku bahkan menyimpan bukti nya, dia menghapusnya, dia tidak tahu saja aku lebih pintar dari nya, sebelum ia hapus aku sudah membuat banyak sekali salinan untuk foto itu." Jimin merangkak mengambil ponsel nya. "Kau mau lihat, hyung?"

MikrokosmosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang