"Pakai ini," Jimin melempar kaos dan celana pendek milik Seokjin pada Taehyung. Tidur dengan satu set baju seragam tentu saja bukan yang Taehyung harapkan, karenanya tanpa protes ia menangkap pemberian Jimin dengan sigap. "Thanks."
"Ayah mu belum pulang?" Tanya Taehyung sambil meloloskan kaos dari kepalanya dan mengganti dengan kaos milik Seokjin.
Jimin mengedikkan bahu nya acuh. "Ayah sedang tak di Seoul, ia tidak akan pulang."
"Ah.." Taehyung mengangguk mengerti, mengambil setengah lahan kasur Jimin untuk nya.
Taehyung mengeluarkan ponsel nya, mengetikkan sederet pesan untuk sang Ibu.
Bu, aku menginap di rumah Jimin.
Tak lama, ponsel nya bergetar tanda pesan masuk.
Kenapa baru mengabari? Jimin yang mana?
"Kita bisa bermain sepuasnya, nanti kalau kau bosan datang saja ya kerumah ku. Kau bodoh, kau masih harus banyak belajar cara bermain dengan ku, aku tak akan membiarkan mu menjadi bahan olokkan saat bermain dengan teman-teman di sekolah," cerocos nya tanpa henti meski Taehyung sama sekali tak memerhatikannya.
Fokus nya jatuh pada benda pipih dengan layar benderang, jarinya menari indah diatas papan keyboard sekedar membalas kekhawatiran sang Ibu jauh disana. Ini sudah jam 10 malam, bagaimana bisa Ibu nya tak khawatir. Taehyung mengaku salah, lupa mengabari karena terlalu larut bermain dengan Jimin. Jangan hina Taehyung, mengakui nya saja ia harus melempar jauh harga dirinya.
Maaf membuat Ibu khawatir.
Jimin yang mana lagi, Jimin teman ku, bu.
Taehyung otomatis menjauhkan ponsel nya saat Jimin berusaha mengintip. "Kau tak mendengarku ya? Sedang apa?!" sembur nya kesal. Jimin ikut bergelung di atas kasur dengan tangan yang sibuk memeluk guling. Wajah nya mengeryit tak suka pada Taehyung. Bagaimana tidak, ia sudah seperti pengacara yang memepertahankan klien nya dan Taehyung sama sekali tak menanggapi nya.
Taehyung menjauh, menampar wajah Jimin dengan bantal yang tak berdosa. "Matamu! Jangan mengintip!"
Jimin tertawa kemudian memincingkan matanya curiga. "Kau bertukar pesan dengan gadis mana? Apakah satu sekolah dengan kita?" tanya nya dengan bisik antusias dan dua alis yang bergerak aktif.
Jimin semakin menggila saat ponsel Taehyung kembali bergetar. "Ayolah, tak ada yang harus kau sembunyikan juga dari teman mu! Cepat, aku bahkan bisa membantumu mendekati nya jika kau beri tahu."
Taehyung mendecih kesal. "Jaga ucapanmu, apa nya yang gadis, ini Ibuku!"
Seketika Jimin membelalakkan mata nya lalu terbahak. "Ah, ternyata Ibumu. Kalau begitu, untuk apa menyembunyikannya, bodoh!"
Ini karena aku membicarakanmu!
Taehyung memilih mengabaikan Jimin lalu membuka pesan dari Ibu nya.
Oh, yang waktu itu menginap? Lain kali, ajak makan ke kedai. Ibu ingin tahu seperti apa Jimin sampai bisa menjadi teman mu.
Taehyung membalas dengan cepat. Iya, lain kali aku akan membawa nya. Aku tidur dulu ya bu.
"JANJI YA?!" todong Jimin dengan suara menggelegar hingga membuat Taehyung melonjak terkejut. Taehyung tidak menyadari Jimin terdiam karena sedang mengintip percakapannya dengan sang Ibu. Sial.
"Janji akan membawaku ke kedai Ibu mu ya?" ulang Jimin sekali lagi, mata nya berbinar penuh harap dengan bibir yang melengkung indah. Kenapa setelah berteman dengan Taehyung Jimin jadi terlihat polos? Taehyung kan jadi tak bisa mengabaikannya lama-lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mikrokosmos
Fanfic[BROTHERSHIP] Mereka memiliki luka, meski dalam artian berbeda. Luka itu, mempertemukan mereka. Jika ada tempat yang patut di syukuri keberadaannya oleh dua bocah itu, tempat itu adalah Ruang Konseling. Tak begitu istimewa, namun justru disanalah m...